Part 27

27.9K 1.5K 72
                                    

Actually im gonna post this tomorrow, tapi gatau rasanya gak sabar nunggu besok jadinya post sekarang aja.. semoga kalian belum pada tidur yaaa 😁😁
HAPPY READING.

***
Terik matahari hari itu mampu membuat peluh Laura berjatuhan. Tangannya dilengkapi sarung tangan plastik dengan rambut yang dikepang ke belakang. Ia seperti gadis gembala desa.

Berkali-kali ia menghapus keringat yang turun, dan Doria yang melihat hanya dapat tertawa. Pekerja lain seperti Nanny dan Penny—kakak beradik yang berumur sama dengan Doria pun ikut tertawa memperhatikan Laura. Penny melepaskan topinya dan memberikan pada Laura. Laura tersenyum dan mengucapkan terima kasih meskipun seharusnya Penny tidak perlu melakukan itu.

"Nona mengapa tidak masuk saja? Kami bisa mengatasi kebun anggur ini." Ujar Nanny kasihan melihat Nona-nya.

"Tidak apa, aku hanya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Hitung-hitung belajar berkebun jika nanti aku punya rumah sendiri." Ucapnya ceria. Yang ia bayangkan adalah berumah tangga dengan David, dan itu membuatnya terlihat seperti orang gila didepan para pekerja rumahannya.

"Apa?" tanya Laura polos saat menyadari semua mata menatapnya.

Mereka mengalihkan perhatiannya dari Laura dan lanjut bertanam bibit anggur di tanah yang sudah disiapkan.

Laura fokus memerhatikan Doria dan bagaimana ia menanam bibit itu. Laura mencobanya pada tanahnya sendiri dan ia berdoa agar nanti anggu itu dapat tumbuh dengan baik dibelakang rumahnya.

"Nona." Ucap Doria memanggilnya. Laura menoleh pada Doria yang kala itu memandang kearah lain, secara otomatis Laura mengikuti arah pandang Doria dan menemukan Louis berdiri tak jauh dari tempatnya.

Louis melemparkan senyuman hangat pada Laura. Rambutnya disisir rapih dan mata abu-abunya tampak transparan setelah diterpa matahari. Louis mengenakan kemeja dengan celana jins serta membawa sebuah tas, Laura bertanya-tanya apa yang dibawa oleh lelaki itu.

"Louis." Ucapnya. Laura langsung berlari menuju Louis untuk memeluk lelaki itu tetapi Louis memperingatkan untuk tidak menempelkan tangan wanita itu dibajunya.

"Ups.. Aku lupa." Laura melepas sarung tangannya lalu memeluk Louis dengan erat.

"Kemana saja kau?" tanya Laura.

"Bisa kita masuk dulu?" tanya Louis balik. Laura menuruti dan mereka masuk bersama ke ruang tamu. Laura menawarkan untuk mengambil minum untuk Lois namun Louis menahan tangan wanita itu.

"Duduklah." Pinta lelaki itu. Laura duduk disamping Louis dengan perasaan bingung. Ia menunggu apa yang akan diucapkan Louis yang tampak serius kali ini.

"Aku harus segera kembali ke Jerman, masa percobaanku sudah hampir habis dan tugasku disini telah selesai." Ujar Louis menunggu reaksi Laura.

"Lou." Ucap Laura memegang tangan Louis. "Secepat itu? Tapi—Tapi kita belum menghabiskan waktu berdua." Laura menangis, ia menunduk dan menahan hidungnya.

"Sssshh.. Kau tidak boleh seperti ini. Sekali-kali kunjungilah aku ke Jerman, aku akam demgan senang hati menyambutmu." Kedua tangan Louis memegang wajah Laura, menghapus air mata yang jatuh. Dan Laura seketika merasakan sakit. Ia merasa menyesal ketika Louis disini, ia malah sibuk dengan urusan cintanya dengan David.

"Maafkan aku Lou, aku terlalu sibuk mengurusi diriku sendiri hingga aku lupa padamu." Tangis Laura semakin pecah. Laura menyampirkan pipinya ke telapak tangan Louis.

"Sebelum aku pergi, aku ingin menanyakan suatu hal yang selama ini terasa belum jeas." Ujar Louis.

"Apa itu?" tanya Laura.

Obsessed (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang