Biru seperti lautan yang mampu menenggelamkan, dengan kilatan-kilatan cahaya yang memantulkan dari warna matanya.
Rambutnya yang coklat bergelombang dan tergerai indah disapu angin. Berkali-kali ia membetulkan tatanan rambutnya, duduk di kursi kayu coklat di pinggir danau, di bawah pohon besar seakan membantunya terhindar dari sinar matahari.
Matanya menatap air yang tenang dan ia memejamkan matanya, mendengarkan segala suara yang tertangkap oleh telinga. Ia mengulas senyum sekilas saat mendengar kicauan burung-burung di atas pohon, di atas kepalanya.
Gaun selututnya yang berwarna merah jambu tampak indah membalut dengan jahitan-jahitan indah mengelilingi bagian dadanya. Kulit putihnya tampak memerah saat terpapar sinar matahari, begitu cantik, dan polos.
"Laura..." Sebuah suara lembut memanggilnya dari belakang. Suara yang meneduhkannya seperti pohon yang saat ini melindunginya.
Laura menoleh ke asal suara, melihat wanita paruh baya yang hampir serupa dengannya menghampirinya dengan senyuman seindah surga.Dengan warna mata yang sama, warna rambut yang sama, serta kecantikannya yang hampir sama. Laura sempat berfikir, apakah tua nanti ia akan seperti wanita itu. Apakah masih akan terlihat cantik dan memiliki hati yang baik. Apakah ia akan sama seperti ibunya, yang menyayanginya tidak peduli apapun yang terjadi.
Laura tersenyum pada ibunya, menantikan apa yang ingin disampaikan oleh ibunya itu. Ibunya duduk bersama dengannya di kursi itu. Dengan lembut, Marilyn―ibu Laura mengambil tangan Laura dan menggenggamnya.
"Ada apa, Bu?" tanya Laura masih dengan senyumannya yang sangat manis bak gulali kapas.
"Bersiaplah sayang, kita akan pergi kerumah keluarga Harrington. Mereka mengundang kita ke acara makan malamnya."
"Apakah Ibu dan Ayah akan menjodohkanku lagi pada anak-anak dari teman Ayah?" tanya Laura diselingi dengan raut wajahnya yang sedih. Sudah dua kali orang tuanya mencoba menjodohkan ia dengan anak-anak dari teman ayahnya, dan dua kali pula ia bertemu dengan laki-laki yang salah. Ia benci harus menuruti, tetapi ia juga benci jika harus mempermalukan kedua orangtuanya.
Sebenarnya kedua orang tua Laura tidak pernah memaksa Laura untuk menikah atau menyukai laki-laki yang mereka kenalkan. Mereka hanya ingin Laura lebih membuka diri mengingat umurnya telah menginjak 21 tahun.
Dengan sabar dan penuh senyuman menghiasi wajahnya, ibunya berkata, "Tidak, sayangku. Kita hanya makan malam, dan mau tidak mau kita harus memenuhi undangan mereka. Hanya bersikap sopan dan mempererat ikatan persaudaraan kepada mereka."
"Benarkah?"
"Ya. Bersiaplah. Kita akan berangkat pukul 7."
**
Gaun berwarna putih membalut tubuh ramping Laura, dengan salur-salur di bagian perut hingga mata kaki membuatnya terlihat seperti Ratu Kerajaan. Belum lagi rambutnya yang bergelombang di gerai serta dijepit dengan jepitan berwarna putih perak berbentuk kupu-kupu bertengger dengan indah diatas sana. Sepatu berhak tinggi yang ia kenakan berwarna perak pula, bak sepatu kaca Cinderella dalam cerita dongeng. Membuat tubuhnya tampak indah dan sempurna. Wajahnya yang cantik alami, semakin cantik dengan diberi polesan di bagian mata serta bibirnya yang ranum.Marilyn melihatnya dengan penuh takjub dan bangga. Anaknya begitu cantik dan mempesona. Siapapun akan berlomba memperebutkan wanita ini.
"Robert, lihatlah.." Marilyn berbicara pada Robert―suaminya, agar melihat kebelakang. Robert yang melihat kearah pandang Marilyn benar-benar dibuat takjub. Putri cantiknya memang selalu terlihat cantik, dan Robert sudah tidak heran lagi.
Laura yang menuruni tangga satu persatu dengan bantuan Doria―pembantunya, hanya tersenyum malu diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana jika keluarga Harrington yang memperhatikannya seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...