"Ini pesananmu, Nona." Halsey datang membawakan nampan berisi satu gelas kopi dan sepiring kue. Ia mengenakan pakaian kerjanya dengan rambut yang dikuncir kuda.
"Kukira kau bekerja malam?" ucap Laura sambil menyesap kopinya. "Ini enak." Lanjutnya kemudian.
Halsey mengambil duduk di depan Laura dan bertopang dagu.
"Hari ini aku bekerja gratis, untuk menebus kesalahanku pada si bos. Well, kau tinggal dimana, Laura?"
"Tidak jauh dari sini." Ucap Laura sambil tersenyum.
"Lalu, sedang apa kau sendiri? Tidak bersama seseorang?" tanya Halsey.
Laura melingkarkan jarinya di bibir gelas sambil tersenyum simpul, "Aku baru saja bertemu seseorang."
"Siapa? Kekasihmu?"
Laura menunduk malu, dan saat itulah Halsey menyadari bahwa Laura tipikal wanita pemalu. Ia juga menebak bahwa Laura punya tutur kata yang lembut, dilihat dari bagaimana ia berbicara dengan Barry dan bagaimana respon Laura setiap menjawab pertanyaan Halsey dengan senyuman. Berbeda sekali dengan kepribadiannya.
"Wahh.. sepertinya kau sedang jatuh cinta, Nona." Goda Halsey.
Laura tertawa dan menyesap kopinya lagi.
"Kubilang apa padamu, Halsey?" Barry datang sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan tatapan tajamnya. Ia berdiri dengan angkuh dan kesal. Halsey berdiri dan memberikan isyarat pada Laura bahwa ia harus segera menghadapi singa ini. Laura menahan tawanya melihat ekspresi wajah Halsey yang begitu lucu.
"Kenapa kau selalu berteriak padaku. Baiklah, Laura aku harus segera kembali bekerja. Nikmati makananmu." Halsey pamit pada Barry sambil memberikan hormat, dan Barry hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Halsey yang seperti anak kecil tersebut.
"Maafkan pegawaiku yang satu itu, Laura. Dia memang kurang sopan santun." Barry duduk di depan Laura sambil mengusap kepalanya.
Laura tertawa, "Tidak apa-apa. Aku menyukainya, dia ada adanya dan baik."
"Yah, kau tahu dia memang rajin dan pekerja keras. Namun begitu menyebalkan, untung saja aku bersikap baik padanya. Bagaimana kabar ayah dan ibumu?"
"Baik, kau sendiri kemana saja selama ini? Bagaimana dengan kedua orang tuamu?"
"Begitulah, sejak bangkrut ayahku sering sakit-sakitan. Untung saja sebelumnya aku sudah menggunakan sebagian uangnya untuk membuka kedai ini."
"Aku yakin sekali, bahwa kau akan sukses dengan usaha ini. Kau tidak boleh putus asa." Barry mengangguk lemah, Laura dapat melihat tatapan matanya yang hampir hilang harapan namun Barry berusaha kuat dan tegar.
"Sekali-kali, kita harus berkumpul. Kau tahu, Louis sedang di California sekarang."
"Louis? Maksudmu Louis yang dulu selalu kemana-mana berdua denganmu seperti pengawal?" candaan Barry membuat Laura tersenyum. Semua orang tahu bahwa ketika mereka satu sekolah menengah, Louis selalu berada disamping Laura untuk menjaga dan melindungi wanita itu mengingat Laura adalah seorang anak yang pemalu.
"Ya, dia disini hanya selama 6 bulan karna dia harus mengurus pekerjaannya disini. Kita harus bersenang-senang sebelum Louis kembali ke German. Kau tahu sendiri sejak lulus dari Yale, ia pindah kesana."
"Anak itu sudah sukses ya, ternyata. Sudah 6 tahun aku tidak bertemu dengan kalian berdua. Kau akan kuperkenalkan dengan istriku nanti, Laura."
"Aku tahu wanita itu pasti sangat beruntung."
Barry tertawa mendengar pujian Laura, dan berkata "Bagaimana denganmu? Kau sudah memiliki kekasih? Atau jangan-jangan kau berkencan dengan Louis?"
Laura memukul bahu Barry, "Tidak. Louis adalah sahabatku. Aku sedang berkencan dengan seorang laki-laki." Tampak semburat dipipi Laura, ia malu mengakui bahwa ia sedang dekat dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...