Fyi: Beberapa part di private..
***
Hari itu sinar matahari menembus melalui kisi-kisi jendela, menyelip di balik tirai berwarna coklat muda. Cahayanya seakan menari-nari diatas wajah manusia yang tertidur dengan dibanjiri keringat.Caranya membuka mata begitu sulit, semakin ia berusaha, semakin pusing kepala itu dibuatnya. David memejamkan matanya berkali-kali, mencoba menyesuaikan antara cahaya dan retina matanya. Sesuatu yang lembab di dahinya, jatuh perlahan saat ia mencoba untuk bangun. Dan sesuatu yang menahan tangannya, menarik perhatiannya. Dengan posisi seperti itu, David tahu bahwa Laura menunggunya semalaman.
Wanita itu duduk di lantai, dengan kepala bertumpu pada ranjang sembari memegang tangan David. Wanita itu tampak kelelahan juga kedinginan. David merasa ia sudah baikan, dan dengan perlahan ia melepaskan tangan Laura dari tangannya. Ia turun dari ranjang mencoba tidak menimbulkan suara dengan bobot tubuhnya yang terbilang besar.
Laura tampak tidak terganggu, mungkin wanita itu terlalu lelah, pikir David. Wajah wanita itu begitu teduh dan damai. Rambutnya yang berwarna coklat tersapu cahaya matahari dengan cara yang tak biasa.
Melalui lengan-lengan besarnya, David mengangkat tubuh Laura dan membaringkannya di tempat tidur dengan pelan, seakan Laura adalah barang pecah belah yang begitu berharga. David tidak ingat bagaimana ia bisa berakhir di tempat ini, dan ia terlalu sungkan untuk membangunkan Laura dan meminta penjelasan.
Kamar itu terbilang cukup besar untuk wanita seukuran Laura. Dengan nuansa putih dan coklat, bisa dibilang tempat ini terkesan minimalis. Pada sudut sebelah kanan setelah pintu masuk, terdapat meja rias berwarna putih gading dengan garis keemasan di tiap sisinya. Kacanya seukuran tubuh wanita itu namun separuh dari tinggi badan David. David mengitari kamar Laura, melihat-lihat sambil menunggu Laura bangun--meskipun hal itu dianggap lancang oleh dirinya sendiri.
Pada dinding-dinding yang juga bercat putih gading, terdapat rak buku dengan beberapa bacaan. David baru menyadari bahwa Laura tertarik pada dunia bisnis. Ia banyak membaca buku mengenai manajemen serta keuangan, ada beberapa novel klasik yang dibaca oleh wanita itu seperti Pride and Prejudice karya Jane Austen, Lolita karya Vladimir Nabokov, berbagai macam karangan dari penulis ternama lainnya seperti Anna Karenina oleh Leo Tolstoy, dan Gone With The Wind oleh Margaret Mitchell pun menjadi salah satu pengisi rak buku wanita itu.
Ada meja lainnya berukuran kecil dengan satu kursi berwarna coklat tua yang terbuat dari rotan terbaik. Diatas meja terdapat bunga Ivy berukuran kecil dalam vas bunga berwarna putih dengan hiasan dibagian luarnya. David merasa bahwa itu digunakan untuk belajar atau membaca. David bertanya-tanya, apakah Laura bersekolah atau menempuh pendidikan tertentu? Seingatnya, ia belum pernah mendengar Laura bercerita tentang pendidikannya sendiri.
Di depan ranjangnya, terdapat perapian kecil yang sudah mati, hanya tersisa asap-asap kecil serta kayu-kayu yang sudah menjadi arang.
Pada sebelah kiri setelah pintu masuk terdapat Walk in Closet milik Laura. David tersenyum, membayangkan bagaimana Laura dengan manjanya memilah baju yang akan ia gunakan setiap harinya. Laura sangat berkecukupan, namun ia begitu dewasa dan mandiri di mata David. Ia tidak seperti kebanyakan wanita lainnya, ia lebih suka melakukan kegiatan amal, ia suka membaca berita bisnis, ia polos dan klasik, manis dan juga pemalu.
Sedang diujung ruangan berbarisan dengan Walk in Closet tersebut, terdapat sebuah ruangan yang mungkin saja kamar mandi. Secara keseluruhan, ruangannya terkesan simpel dan semua yang ada di dalamnya adalah yang dibutuhkan. Tidak ada alat-alat yang disfungsi, ruangannya besar namun terisi dengan rapih dan minimalis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (COMPLETED)
RomanceWARNING: (be wise for younger readers under 17, THIS STORY CONTAINS MATURE THEME AND STRONG LANGUANGE +) beberapa part akan di private. Follow if u wanna read it. Enjoy guys! ** Tangan keras laki-laki itu menggenggam erat jemarinya. Menelusup di...