Part 30

30K 1.5K 18
                                    

David memikirkan kembali ucapan Gerald. Ia memegangi kepalanya sendiri yang terasa berdenyut.

"Dave, kau harus tumbuh menjadi anak yang pintar dan bertanggung jawab." Ucap Ibunya. Wanita itu sedang menemani David yang sedang bermain di taman, mengelus rambut anaknya dengan sayang dan tulus.

"Bertanggung jawab itu apa, Bu?" tanya David kecil.

"Bertanggung jawab adalah saat kau melakukan sesuatu, kau harus bisa menyelesaikannya. Jika kau punya masalah, hadapi itu dan jangan pernah berlari."

"Kalau aku tidak bertanggung jawab, apakah Ibu akan marah padaku?" wanita itu tersenyum dan berkata, "Tentu! Anak ibu harus menjadi lelaki yang penuh tanggung jawab. Ingat ini saat kau besar nanti, berbahagialah. Cintai wanita yang baik dan bisa membuatmu menjadi lebih baik."

"Apa itu Cinta, Bu? Bahasa orang dewasa rumit sekali." Ujar David mengerutkan dahinya.

Wanita itu tertawa dan mencubiti kedua pipi David.

"Cinta itu adalah perasaan sayang pada seseorang. Perasaan ingin melindungi. Seperti ibu dan ayah terhadapmu. Kami tidak ingin kau terluka. Itulah namanya Cinta, putraku."

David hanya mengangguk. Ia berlari mengambil bunga matahari yang baru akan mekar dengan susah payah, lalu memberikannya pada ibunya.

"Aku hanya mencintai Ibu, aku tidak akan mencintai wanita lain. Ibuku tercantik didunia."

Mendengar ucapan David yang sangat menggemaskan, ibunya memeluk kencang dan mencubiti pipi anaknya itu lagi dengan gemas.

Ingatan itu muncul dikepala David dengan sendirinya. Ia meneteskan sebulir air mata dan langsung menghapusnya.

***

Saat Robert dan Marilyn pulang dari rumah sakit, Laura langsung menghampiri mereka di ruang tamu dengan wajah yang cemas.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Laura dengan nafas memburu. Robert tersenyum penuh arti pada Marilyn dan masuk ke kamarnya, sementara Marilyn memegang bahu Laura dan mengajaknya untuk santai di sofa.

"Bagaimana Dave, Bu? Ia tidak apa-apa, 'kan?"

Marilyn memegang tangan Laura dan berkata, "Dia tidak apa-apa, hanya kelelahan."

Laura menghembuskan nafas leganya, "Syukurlah."

"Ibu pikir kau sudah tidak peduli, ternyata kau masih menyimpan sisi pedulimu padanya." Goda Marilyn.

"Uh? Tidak. aku—aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padanya karna kelakuan bodohnya itu. Nanti aku yang disalahkan." Bantah Laura.

"Baiklah." Ujar Marilyn tidak mau berdebat.

Bel di pintu mengintrupsi keduanya, Marilyn melihat Laura dengan pandangan bertanya yang ternyata Laura memberikan pandangan yang sama.

"Akan kubukakan." Ucap Marilyn.

Saat ia membuka pintu, Marilyn meihat seorang lelaki muda dengan pakaian formalnya. Jas hitam dengan dasi putih. Wajahnya tampan dan punya senyuman yang tidak biasa.

"Selamat malam, Ma'am." Ucap lelaki itu.

"Selama malam." Balas Marilyn dengan tersenyum. "Kau mencari seseorang?"

"Saya ingin bertemu dengan Laura Darnell, apakah ia ada?"

"Siapa, Bu?" tanya Laura yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Marilyn.

"Sayang, ada yang ingin bertemu denganmu."

Saat Laura maju kedepan dan melihat siapa yang datang, matanya menatap penuh kejutan namun lelaki itu hanya melemparkan seringaiannya yang entah kenapa terlihat sangat tampan.

Obsessed (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang