47. Againts Brother

2.5K 202 7
                                    

"Aldric!" Teriak Willo sesampainya ia di rumah.

Aldric keluar dengan santai dari kamarnya.

Willo langsung berjalan cepat ke arah Aldric lalu mendorong Aldric sampai ke tembok dan menahannya.

"Maksud lo apaan?!" Willo menarik baju Aldric dengan kasar.

"Apaan sih?"

"Pasti gara-gara lo kan Nura mutusin gue?!"

"Lo ngomong apaan?"

"Gak usah sok gak tau lo!"

"Kalau dia mutusin lo, harusnya lo sadar diri lah. Jangan bisanya nyalahin orang."

"Lo emang salah! Selama ini lo masih deket-deketin dia. Kalau lo deketin dia mulu, dia inget semuanya, dia lari dari gue ke lo!"

"Sebelum dia inget aja, sekarang dia udah lari kan dari lo?"

"Sialan lo!"

Baru saja hendak memberikan satu pukulan, Aldric berbicara lagi.

"Dia capek sama lo, Wil!"

Willo berhenti sebelum mendaratkan pukulannya.

"Harusnya lo sadar."

"Dia nungguin lo terus."

"Lo sebagai cowok harusnya ngejar! Jangan buat dia nunggu!"

Aldric melepaskan pegangan Willo pada bajunya dengan kasar.

"Lo tuh masih terlalu bocah tau gak?"

"Lo egois. Daridulu."

"Lo gak mau orang lain nyakitin lo, tapi lo mau nyakitin orang lain."

"Gue aja selama pacaran sama dia gak mau buat dia nunggu."

"Karena apa?"

"Gue sadar gue cowok. Gak seharusnya cewek duluan yang ngejar, tapi cowok. Cowok!"

"Cewek itu berharga, Dek. Jangan buat cewek itu seakan-akan gak ada harganya."

"Mikir," Aldric menunjuk tepat di dahi Willo.

"Dan jangan nyalahin orang. Intropeksi."

Aldric beranjak ke kamarnya, meninggalkan Willo yang mematung.

| | | | |

18.24

Aldric: Pts?

Nuragi: Iya

Aldric: Mau gue hibur?

Nuragi: Dengan cara?

Aldric: Kita prgi. Jln2.

Nuragi: Udah jam segini

Aldric: Yadh. Gue ke rmh lo.

Nuragi: Emangnya nggak papa?

Aldric: Gpp

Aldric: Gue otw.

Nuragi: Hati2

Aldric langsung beranjak ke motornya dan mengendarai sampai rumah Nura.

Dan malam itu, Aldric menghabiskan waktunya bersama Nura. Membuat Nura tidak bersedih lagi. Membuat Nura melupakan masalahnya dengan Willo.

"Sebutin 2 keinginan lo, Ra," pinta Aldric.

Sekarang mereka sedang duduk berdua di sofa panjang di kamar Nura sekaligus menonton film dengan lampu yang dimatikan.

"Pengen punya anak kembar sama pengen jadi guru TK."

"Eh, anak kembar. Boleh tuh."

"Boleh apanya?"

"Nanti lo ngurus yang cowok, gue ngurus yang cewek. Karena ngurus cowok itu biasanya susah kan."

"Eh?"

"Kan nanti lucu tuh, kalau kita anterin mereka sekolah terus muka mereka kayak mirip-mirip gitu," Aldric tertawa sendiri membayangkannya.

Nura juga ikut tertawa walau masih heran.

"Apalagi lo jadi guru TK. Wah, udah dah. Lengkap banget. Anak kita nanti lo yang ngajar," Aldric tertawa lagi dan lagi.

Nura hanya tersenyum manis melihat Aldric tertawa yang tampaknya sangat bahagia.

Kemudian, keduanya terdiam.

Aldric menoleh ke arah Nura dan memerhatikan Nura yang sedang menonton film.

Diam-diam, tangan Aldric bergerak, menggenggam tangan Nura yang tergeletak bebas di atas sofa.

"Ra," panggilnya.

Nura menoleh.

"Gue tau kok lo baru putus. Tapi..."

"Tapi?"

"Jangka waktunya kan sampe besok. Nah, ini belum seminggu. Berarti, lo balikan ya sama gue."

"Balikan?"

"Ah, iya. Maksud gue jadian dah ah."

Nura tertawa.

"Gue mau kita ulang semuanua dari awal. Kecuali kalau lo udah inget sama masa-masa kita yang dulu. Gue janji bakal bantuin lo inget sama kenangan kita. Janji."

Nura hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi?"

"Iya, kita jadian."

Senyum lebar tercetak jelas di bibir Aldric.

| | | | |

Tangerang, 20 Desember 2016

Wekekeke. Kalau ngga ngerti, ngertiin aja dah yak *smooch*

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang