43. The Old Park

2.2K 192 2
                                    

10.38

Aldric: Cia

Cia: Apaan lagi?

Cia: Elu kan ngeline gue kalo ada mau doang.

Aldric: Tau aja

Cia: Apaan

Aldric: Temenin

Cia: Kemane lagi.

Aldric: Sklh gue.

Cia: Ngapain?

Aldric: Liatin dedek2 ucul

Cia: Najis.

Cia: Jemput.

Aldric: Y

Aldric: Siap2

Cia: Y

Cia: O K

Aldric langsung bergegas siap-siap. Setelah rapi, Aldric langsung mengendarai motornya ke rumah Cia, yang pastinya untuk menjemput Cia.

"Ngapain sih ke sekolah lo?" Tanya Cia yang sedaritadi sudah berada di belakang Aldric--yang sedang mengendarai motor.

"Bawel banget lo, ah," dumel Aldric.

Tak lama, Aldric dan Cia pun sampai di sekolahnya Aldric. Di sana, Aldric menyuruh Cia untuk menunggunya di kantin. Sedangkan Aldric sendiri, ia ada urusan.

"Jangan lama-lama lu, Chol," ancam Cia.

"Bawel," balas Aldric singkat lalu berbalik badan, membiarkan Cia menikmati waktunya di kantin sekolah itu.

"Ngapain kalo gitu gue ikut ke sini kalo akhirnya gue ditinggal," gumam Cia.

Aldric melangkahkan kakinya menuju sebuah kelas yang dulu biasa ia datangi. Sesampainya di depan kelas itu, Aldric mengetuk pintu itu, semua pun menengok.

"Ada Nura gak?" Tanya Aldric dengan suara lantang.

"Di taman, Kak!" Balas salah seorang teman Nura di dalam kelasnya.

Ngapain coba? Mau ngenang kenangan gue sama dia dulu?

"Makasih ya!" Balas Aldric lagi.

Aldric langsung beranjak ke taman, di mana dulu ia dan Nura biasa makan bekal bersama.

Di sanalah Nura, sedang memakan bekalnya sendiri, di taman, di tempat duduk biasa dulu ia duduki bersama Aldric.

Aldric mendekat, lalu mencolek pundak Nura dari belakang. Nura menoleh dan agak sedikit terkejut.

"Ngapain?" Tanya Nura.

"I just wanna check on you. And also, I miss you," ujar Aldric sembari tersenyum tipis.

Sebenarnya, memang Aldric seharusnya move on. Tetapi ya bagaimana, Aldric masih belum bisa. Ditambah, ia suka asal ceplas ceplos kalau rindu oleh seseorang.

Pipi Nura tampak memerah seperti tomat rebus.

Tak ada angin, tak ada hujan, Aldric menempelkan telapak tangannya di pipi Nura, membuat pipi Nura tambah memerah seperti ingin meledak.

"Cie, ngeblush," ledek Aldric.

Nura hanya terkekeh malu, "Sama siapa ke sini?"

"Temen."

"Temen?"

"Iya, Cia Cia itu."

Kedua ujung bibir Nura yang semula naik, turun perlahan-lahan.

"Oh, Cia."

"Kenapa?"

Nura menggeleng, "Gak apa-apa."

Aldric tersenyum miring, cemburu mah bilang.

"Oh iya, nih makan bareng Nura. Nasinya banyak banget. Siapa tau terbantu sama Aldric," Nura tersenyum canggung.

Sedangkan Aldric tersenyum manis, "Nanti Willo marah lagi dah kalau gue makan bareng lo."

"Gak akan kok. Lagi pula Willo gak ada di sini."

"Dasar. Calon-calon selingkuh," ledek Aldric lagi.

Nura tertawa, "Nggak lah. Nura mau setia sama Willo dan Nura pasti bisa buktiin kalau kita bisa awet."

"Coba aja," Aldric tersenyum menantang.

Gak akan mungkin, liat aja. Tambah Aldric dalam hati.

| | | | |

Tangerang, 19 Desember 2016

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang