64. Marriage

2.1K 150 10
                                    

same day as before

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, tiba-tiba seseorang memegang pundaknya.

Aldric berbalik, "Tante?"

Mama Cia tersenyum.

"Kenapa, Tante?"

"Tante mau bilang suatu hal penting ke kamu. Ikut Tante yuk."

Aldric mengangguk.

Mereka berdua pun beranjak ke kantin 24 jam yang ada di rumah sakit itu.

Mama Cia memainkan jarinya di bibir cangkir. Ingin berbicara, rasanya pun tak enak pada Aldric.

"Jadi, kenapa Tante?" Tanya Aldric setelah menyesap teh hangatnya.

Mama Cia menggenggam tangan Aldric yang tergeletak bebas di atas mejanya. Satu tetes air mata tiba-tiba terjatuh dari kelopak matanya.

"Loh, Tante?"

"Tante pengen minta satu hal sama kamu, Al.."

"Apa, Tante?"

"Tapi Tante yakin, kamu akan berfikir berulang-ulang kali atau bahkan tanpa berfikir kamu akan langsung menolaknya."

Aldric pun jadi tambah penasaran.

"Tolong, apapun yang Cia pinta, turuti ya Al. Umurnya diprediksi hanya tinggal beberapa minggu lagi. Tolong, bahagiakan Cia sebelum Cia pergi Al."

Mama Cia terisak.

"Kamu satu-satunya yang Cia sayangi dari dia kecil, dari pertama dia ketemu kamu. Tante udah suruh untuk pindah hati, tapi Cia enggak mau Al.

"Sampai-sampai, saat ia divonis kanker, hal pertama yang ia ingin lakukan adalah menghubungi kamu. Karena dia pengen menghabiskan waktu sama kamu sebelum dia pergi selama-lamanya."

Aldric masih terdiam.

"Tante pernah mendengar satu permohonan Cia saat itu, saat sedang menangis dan berdo'a."

"Apa Tante?"

"Yaitu menikah dengan kamu sebelum dia pergi."

Aldric terkejut.

Tidak, Aldric tidak bisa. Bagaimana nanti kabarnya dengan Nura?

"Tapi, Tante..."

"Tante tau kamu punya pacar, dan Cia sering curhat ke Tante tentang pacar kamu. Tapi tolong Al...kita gak ada yang tau umur dia. Bisa saja dalam hari, atau mingguan."

"Tante.."

"Tolong...setelah Cia tiada, kamu boleh saja bersama pacar kamu lagi yang sekarang. Tapi Tante mohon, menikahlah dengan Cia, Nak..."

Aldric menarik nafas dalam-dalam.

Permintaan mama Cia terlalu berat untuknya, dan ia tak bisa menghadapinya.

Terus gimana sama kamu Ra...?

| | |

Aldric berjalan masuk ke dalam kamar Cia lalu langsung duduk di kursi sebelah kasur Cia.

"Co, mukanya bete banget?"

"Engga apa-apa," Aldric memaksa senyumnya.

"Tadi abis kemana?"

"Ke kantin, laper," Aldric beralasan sambil mengelus perutnya.

"Perut lo mah perut karet tau ga," Cia tertawa, pun Aldric dengan terpaksa.

Topik demi topik pun akhirnya mereka bicarakan. Aldric, terpaksa harus mengikuti alur dan mood Cia. Tidak bisa dong, kalau Aldric mengeluarkan aura tak enak di depan Cia?

Tak lama, topik pembicaraan pun habis. Suasana menjadi hening. Mama dan papa Cia berada di luar, entah sedang apa.

Tiba-tiba, Cia menarik tangan Aldric yang sedang berada di sisi kasurnya.

"Ric..."

Mata Aldric melebar. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Bila Cia melamar, apa yang harus Aldric jawab?

"Gue sayang banget sama lo dari kita kecil. Gue seneng, lo selalu ada di sisi gue waktu itu. Seneng, sedih, lo selalu ada. Dan gue bersyukur akan itu sama Tuhan."

"Co, gue tau lo punya cewek. Gue tau, lo punya rencana hidup lo yang udah lo susun bareng cewek lo. Tapi, Co...sebelum terlambat, lebih baik gue menanyakannya lebih dulu."

Aldric masih terdiam.

"But, will you marry me?"

Aldric mematung seketika.

Aldric tak bisa menjawabnya. Tidak bisa.

Lalu, bagaimana kabarnya dengan Nura? Bagaimana perasaannya nanti?

"Gue tau, bentar lagi gue mati. Gue pengen ngerasain yang namanya menikah, dan sama lo, Ric. Satu-satunya laki-laki yang gak pernah berhenti gue sayangi."

"Bukannya lo sama Raqha...?"

"Raqha cuma sebagai pelarian Ric..."

"Tapi..."

"Jawab dengan iya atau tidak Co..gue gak nerima jawaban lain..."

Aldric menarik nafasnya lamat-lamat.

Sebenarnya butuh waktu untuk berfikir, tapi Aldric tau, waktu itu sangat terbatas dan sangat berharga.


"Iyaudah."

Senyum lebar tercetak jelas di bibir Cia.

Ra, maafin aku...

| | | | |

Tangerang, 23 Januari 2016

"Mengingatmu kembali, bukan berarti menginginkanmu kembali."

Asik wkwk.

Btw, aku akan berusaha buat tamatin sebelum aku ujian praktek. Do'akan saja ea wkwk.

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang