65. The Book & The Bad News

2.2K 182 8
                                    

16.34

Aldric: Ra, aku ke rmh km.

Aldric menghela nafasnya.

Ingin berteriak? Pasti.

Mencurahkan isi hatinya yang sebenarnya.

Ingin menolak Cia, tapi bagaimana?

Kalau sampai Cia pergi duluan gara-gara jawabannya, gimana? Bagaimana cara Aldric bertanggung jawab atas nyawanya? Pasti tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Sehari sudah terlewatkan, Aldric memutuskan untuk bertemu dengan Nura dan memberitahunya.

"Apapun jawaban Nura, gue harus terima," Aldric meyakinkan dirinya sendiri.

| | |

Tok. Tok. Tok.

"Iya, tunggu."

Dengan celana pendek santainya, Nura berjalan dan membukakan pintunya.

Tepat setelah membukanya, kedua ujung bibir Nura naik.

"Aldric!" Nura berteriak.

Tanpa meminta izin atau pun basa basi, Nura langsung memeluk lelaki di hadapannya. Walau baru hampir seminggu tak bertemu, Nura begitu merindukannya.

Karena pelukan Nura, Aldric jadi semakin susah untuk memberitahunya tentang pernikahannya dengan Cia. Pasti akan sangat menyakitkan Nura. Pasti.

"Aku punya sesuatu buat kamu, yuk!" Nura menarik Aldric masuk.

Padahal, yang Aldric ingat, saat itu Nura sedang marah dengannya, tapi kenapa sekarang malah jadi seperti ini?

Tapi Aldric bersyukur, setidaknya, responnya nanti mungkin tidak akan separah saat ia marah.

Nura menyuruh Aldric duduk, sedangkan ia berlari ke kamarnya.

Tak lama, Nura kembali dengan sesuatu di tangannya.

"Tebak aku bawa apa hayo...," kata Nura sambil berjalan mendekat.

"Aku ngga tau lah, Sayang," Aldric memaksakan senyumnya.

Nura duduk di sebelah Aldric, lalu langsung memberikan hadiah itu pada Aldric.

"Nih!" Nura menyodorkan hadiahnya.

"Apa nih?" Tanya Aldric sembari menerimanya.

"Jadi gini, itu buku. Isinya, yaaa...cerita kita. Aku selama ini diem-diem nulis cerita tentang kita. Dan kenangan kita dulu, semakin lama, semakin aku ingat dan aku jadiin tulisan di buku itu."

Dengan menunduk, Aldric perlahan membuka buku itu dan melihat-lihatnya.

"Aku sekalian nambahin gambarnya dikit."

Air mata menggumpal di penghujung mata Aldric.

"Bagus gambar kamu," puji Aldric dengan suara gemetar.

"Makasih ya," Nura terkekeh. "Dan, itu juga ending-nya belum aku tulis. Karena apa? Masa, cerita kita cuma aku doang yang nulis, kamu juga harus ikut serta.

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang