56. The Reasons

2.4K 181 2
                                    

Few days later


21.18

Aldric is calling...

"Hallo?" Sahut Aldric.

"Hallo."

"Hai," sapa Aldric dengan suara lembutnya.

"Hai juga."

"Lagi ngapain?"

"Tiduran."

"Ga nyariin aku?"

"Nunggu kamu."

"Aku hari ini ga kemana-mana cuma ngeband doang."

"Yaaa, tetep aja kan aku nunggu kamu."

"Yang ada aku yang nunggu kamu sekolah. Apalagi, seharian ga ada kabar. Dari awal kita balikan malah, kaya gini."

"Aku nunggu kamu sampe kamu yang ngechat atau nyari duluan."

"Ga ada niatan buat nyariin aku juga gitu?"

"Ada..."

"Kok ga nyariin?"

Nura tidak bisa menjawab.

"Sebelum kamu amnesia, kamu sering tuh dulu nyariin aku."

Aldric mulai emosi sendiri.

"Iya aku mana tau kalau sebelum itu, jangan bahas yang itu."

"Dulu aja ya, aku sama mantan aku si Lia, kita saling cari-carian. Gak kayak kita gini, yang cuma aku doang yang nyari."

Sudah lama Aldric menyimpan perasaan kesalnya ini, dari awal-awal mereka balikan.

Benar adanya, Nura memang jarang mencari Aldric. Selalu Aldric dulu yang mencari Nura.

Tapi, ucapan Aldric barusan tepat mengenai hati Nura. Yang mana Nura menganggap, ia bukan apa-apa dibanding mantannya Aldric.

"Ya kan setiap orang beda-beda, Al."

"Ga ada yang beda, kita sama-sama manusia tuh."

"Ih, bukan gitu."

"Apanya yang bukan gitu?"

"Gimana ya, ah susah jelasinnya."

"Coba jelasin."

Nura menarik nafasnya perlahan.

"Dengerin aku, jangan motong omongan aku dulu."

"Iya."

"Maaf ya, Al. Iya, aku emang jarang nyariin kamu, bahkan ga pernah. Karena apa? Aku malu. Aku ga pedean buat nyari kamu. Ya, aku gatau ya sebelum aku amnesia gimana. Tapi intinya, aku malu."

"Dan, aku juga berfikir, kita pacaran, tapi kita ga harus selalu kontak-kontakan kan satu hari full? Aku tau, dunia kamu itu bukan cuma aku. Kamu punya temen kamu, kamu punya band kamu, kamu punya keluarga kamu, kamu juga ngurusin kampus kamu. Aku gak mau jadi cewek egois yang kayak ngurung kamu di duniaku. Enggak, aku gak mau."

"Itu kenapa, lebih baik aku dicari. Karena kapanpun kamu nyari aku, pasti aku bakal selalu ada, buat kamu. Dan takutnya, kalau aku cari kamu, kamu malah lagi sibuk ga bisa diganggu. Jadi maaf, itu kenapa alasan aku ga nyariin kamu."

"Eh, satu lagi. True gentleman never ask a lady to after him, but he'll after her."

Nura tersenyum di akhir kalimatnya.

"Panjang ya? Kayak pidato," tambah Nura.

Aldric terdiam, tidak bisa berkata. Ia hanya memikirkan egonya saja, sampai-sampai membandingkan mantannya, Lia, dengan Nura yang jelas-jelas jauh berbeda.

"Is it too late to say sorry?"

"No, it's not. Never."

"I'm sorry."

"Buat apa?"

"Udah ngebandingin kamu sama mantan aku yang udah bikin kamu amnesia."

"Ga apa-apa. Gitu-gitu dulu dia pernah jadi nomor 1 di hati Aldric."

"Makasih... Maafin aku," Aldric malah jadi sedih sendiri.

"Gapapa. Yuk, ngomongin yang lain."

"Gamau," kata Aldric dengan suara manjanya.

"Maaf," katanya lagi.

"Ih, dibilang gapapa."

"Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf."

"Iyaaaaa, udah ah."

"Kamu orang tersabar yang pernah aku kenal setelah mamaku, Ra."

Nura jadi malu sendiri.


"Makasih ya, Ra."



| | | | |


Tangerang, 1 Januari 2017


Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang