59. Our Future

2.3K 172 2
                                    

"Haloooo," sahut Aldric sepersekian detik setelah Nura mengangkat telfonnya.

"Iya, siapa ya?"

"Cowok ganteng."

"Ha, ha, ha. Menurut kamu doang ya."

"Menurut kamu juga."

"Engga."

Keduanya tertawa.

Topik demi topik mereka bicarakan sampai akhirnya pembicaraan mereka mentok karena kehabisan topik.

"Ngomong-ngomong, Al.."

"Kenapa?"

"Kamu mau masa depan kamu nanti gimana?"

"Masa depan aku?"

"He-eh."

"Aku mau sama kamu. Hidup bareng, tinggal bareng, tidur bareng," di akhir kalimat, Aldric tertawa.

"Pikirannya," Nura terkekeh. "Serius ah."

"Iya, aku serius. Aku mau hidup bareng kamu. Punya rumah sendiri, mobil sendiri, anak kembar, TK sendiri buat kamu, dan semuanya apa-apa sendiri biar ga repot."

Nura tertawa.

"Ya, mungkin kamu bisa bilang aku mikir terlalu jauh. Ya tapi kalau sekarang aku gak mikir sampe sana, mau kapan lagi aku mikir dan nyusunnya? Pas hari H mau nikahin kamu? Ya, enggak kan?"

"Engga kok."

"Aku sering curhat sama temen bangku aku, aku bilang nanti aku mau nikahin kamu pas umur aku 23 paling mentok. Eh, malah diketawain, dibilang mikir kejauhan. Dianya aja yang gak bisa mikir jauh."

"Aku juga sering gitu, aku curhat sama temen aku juga diketawain. Terlalu jauh buat mikirin itu sekarang katanya, soalnya aku sama kamu masih SMA. Eh, maksudnya, kamu baru mau kuliah."

"Kita sama-sama dibilang gitu, mungkin jodoh kali ya," Aldric lagi-lagi tertawa.

"Gitu aja bisa dibilang jodoh. Entar nggak sengaja pake baju warnanya sama dibilang jodoh juga lagi."

"Mau gimana pun kamu, mau beda kek, sama kek, suka kek, benci kek, intinya kamu jodoh aku. Aku udah bilang sama Tuhan, kunci kamu di hati aku, biar gak bisa pergi ke mana-mana dan nggak bisa diambil sama siapa-siapa lagi."

"Ah, masa?" Tanya Nura dengan nada menggoda.

"Beneran, Ra. Aku juga minta sama Tuhan, kalau kamu bukan jodohku, yaudah paksain jodohin aja deh. Untuk satu permintaan ituuuu aja, paksain kalau emang gak jodoh."

Bukannya menjawab, Nura malah tertawa.

"Kok malah ketawa?"

"Abisan permintaan kamu tuh lucu tau gak."

"Emangnya kamu gak pernah apa do'a kaya gitu?"

"Sering. Tiap hari."

Senyum manis tercetak jelas dari bibir Aldric. Tak bisa dipungkiri, memang Aldric sedikit melting saat mendengar jawaban Nura barusan.

"Bikin tambah sayang aja."

Lagi-lagi, tawa menggema di kedua kamarnya masing-masing.

Mereka meneruskan telfonnya, sampai akhirnya Aldric ketiduran duluan dan Nura menunggu sampai ia ikut mengantuk lalu ketiduran.

Merasa sudah mengantuk, Nura memutuskan untuk memejamkan matanya.

"Malam, pacarku," bisik Nura.

| | | | |

Tangerang, 14 Januari 2017

Gak jelas sih, tapi ya gapapalah ya. hihi.

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang