24. That's It

2.7K 228 2
                                    

Aldric's point of view

| | | | |

Hari ini aku harus menginjakkan kakiku di sekolah sendirian, tanpa Nuragi. Nuragi masih juga belum bangun, dan yang aku dengar dari dokter saat beliau berbicara pada mama Nuragi, operasinya berhasil. Jarang yang berhasil, tapi sebuah mukjizat operasi Nuragi berhasil.

Terimakasih Tuhan.

Tetapi, aku akan tetap mencari tau siapa pelaku di balik semua ini. Pasti.

Aku memutuskan saat pulang nanti aku akan menemui Lia untuk menanyakan apa dia pelakunya. Karena terakhir aku bertemu Lia, ia marah denganku.

| | | | |

"Kenapa, Al?" Tanya Lia langsung saat ia sudah berada di hadapanku.

Aku menyuruhnya untuk menemuiku di belakang sekolah, tempat sepi yang tak banyak orang.

"Lo harus jawab yang sebenernya," tukasku dingin.

"Apa?"

"Lo pasti yang nabrak Nura kan?"

"Nabrak?" Ia tertawa. "Ngapain gue nabrak dia, Al. Buang-buang tenaga gue."

"Lo akan melakukan apapun untuk menyingkirkan seseorang yang ada di sisi gue, dan gue yakin pasti itu lo. Gak mungkin komplek sepi yang ada peraturannya malah ada mobil ngebut. Pasti itu lo."

"Bukan gue, Aldrico Abraham."

"Kalau sampe gue tau itu lo, habis lo sama gue Li. Gue gak mandang lo cewek, karena sekali lo nyakitin orang yang gue sayang, habis lo."

Aku langsung berbalik badan dan berniat meninggalkannya.

"Harusnya gue suruh mereka bunuh cewek lo sekalian! Biar lo gak kaya gini ke gue, Aldric!" Teriak Lia tiba-tiba.

Aku terdiam di tempat. Aku mematung.

Itu memang dia. Lebih tepatnya, suruhannya.

Aku berbalik badan lalu berjalan lagi ke arahnya. Aku mendekatinya.

"Lo harusnya suruh mereka untuk nabrak gue, jangan cewek gue."

Aku langsung berbalik lagi, dan pulang. Meninggalkan Lia sendiri yang tertiba menangis.

| | | | |



Tangerang, 23 November 2016

Started By LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang