SECRET LOVE [Completed]

Bab 27

"Kok kamu gak pernah bilang kalo udah kurus?"
Aku membuka keheningan antara aku dan Mario sekarang.

Setelah kejadian tadi, Mario gak langsung bawa gue pulang. Dia nyulik gue lagi ke starbucks tempat biasa gue nongkrong.

"Apa? Ulang. Gak denger,"
Kata Mario lantang.

"Kenapa lo gak pernah bilang kalo lo udah kurus?"
Kataku sedikit kasar kali ini.
Lo pikir gue gaktau lo mau ngerjain gue. Awas lo Mario.

"Perasaan tadi gak gitu ngomongnya. Coba deh ulang,"

"Budeg lo !"
Kini lebih kasar.

"Ihh judes. Gemesin deh kalo nyinyir gitu,"

Aku tak lagi menggubris omongan Mario yang semakin ngaco. Gue beneran sebel kali ini. Kenapa selama ini dia gak bilang kalo dia tu Rio anak tante Kara. Kesayangan gue.

Tapi , sekarang beda. Dia, RIVAL gue.

"Kenapa lo gak pernah bilang kalo lo itu Rio, anak tante Kara,"

"Kamu gak nanya,"
Jawabnya santai sambil mengaduk kopinya.

"Hmm. Yasih gue gak nanya. Gak peduli juga. "
Aku kembali mencoba fokua pada donat didepanku. Bahkan sekarang, donat yang selalu gue puja puja jadi gak ada gairahnya sama sekali buat di telen. Hashhh. Nyebelin.

"Rio kangen, Gi,"

"Apa lo bilang?"
Sebenernya gue bisa denger Mario ngomong apaan. Cuman pura pura ga denger aja. Rasainn lo gue kerjain balik. Mang enak.
.
.
.
.
Rasanya belum sampe 24 jam jantung gue normal. Sekarang udah berpacu kenceng lagi kaya abis lari estafet. Beneran gue kaget , Mario berdiri dari tempat duduk nya yang tadinya di di depan gue , sekarang dia ada disamping gue. Meluk gue. Lagi. Buat kesekian kalinya dia Meluk gue. Dan ini ditempat umum.

"Mario Mario , lepasin. Disini banyak orang. Plis deh"

Jelas banget gue rasain , tangan Mario makin kenceng meluk pinggang gue. Gue bener bener gak bisa ngelepasin Mario. Dia, kuat banget.

"Gia gak kangen Io,?"

Badan gue seakan mau meleleh denger suara Mario sendu banget di kuping gue. Merinding. Itu hal pertama yang gue rasain. Sebelum tangan tangan gue gerak sendiri meluk ke belakang badan tinggi Mario.

"Kangen banget, kangen , banget Rio,"
Kalimat terakhir, sebelum badan gue lembek kaya ager ager jelly.

"Sekarang kamu maaf, hutang cerita sama aku. Utang nya dobel. Siapa aja yang udah tau kalo kamu Rio?"
Kataku pelan. Masih memeluknya.

"Kamu, Raynold,"

"Ha?! Raynold?! Kok kamu jahat sih,"
Seketika aku melepaskan pelukan ku di badannya.

"Salah sendiri. Siapa suruh betah banget di SMP. kamu aja gak tau waktu SMP , kita satu SMP,"

"Sumpah ?! Kok aku gaktau sih,"

"Udalah ... ntar aja marah nya. Aku masih kangen Giaa. Plis dehh. Sini deh peluk lagi,"
Mario menarik tanganku kembali ke pelukannya . Tapi, aku menolak. Gue bersumpah bakal introgasi dia sekarang.

"Ceritain ke aku , semuanya. Kenapa tante Kara bisa kaya gitu? Kenapa tante Kara kenal Maudy ? Kemana om Ramon? Kemana kak Stu? Jawab,"
Kataku panjang lebar.

"Banyak banget. Aku gak mau jawab,"

"Iiih Riooo... ayoo dong. Kamu tau gak sih. Kamu udah hampir buat aku mati bediri karna hari ini. ,"

"Kan HAMPIR,"
Kata Mario santai sambil mengelus tanganku pelan dan menyentil hidungku dengan kukunya. Hmm.

"Iihhh Mario. Kamu ih nyebelin. Yaudah aku ngambek,"