Bab 32

8.5K 447 14
                                    

"Vionaaa. Dek . Dek. Bangunnn. Plisss , sayaaang bangunnn . Ini abang.... WOY ANJING. LO PADA MO NONTONIN AJA HAA! TELPON RUMAH SAKIT. CEPAT!. VIONAAAA!"
Raynold terus mendekap adik kecilnya itu di pelukannya. Enggan untuk melepaskannya.

"Udah gue telpon ambulance. Bentar lagi dateng. Viona kenapaa Ray. Kok gue jadi bego sih,?"
Tutur Gilbert disebelah Raynold.

"Diem!"
Pekik Raynold.

Seketika Gilbert terjungkal dan bungkam seribu bahasa. Mendoakan Viona dalam hati agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan bagi Viona.

"Sayangg. Sayang. Bangunn Gia. Pleasee,"
Mario datang langsung menghampiri Viona. Raynold yang terlihat emosi langsung mendorong Mario menjauhi tubuh lemah Viona yang berlumuran darah.

"Jangan lo sentuh Viona. Lagi. Sedikitpun jangan. Gue gak sudih lo pegang pegang adek gue!"
Raynold menatap nanar setiap sudut Mario. Penuh kebencian dan ketidakpercayaan.

"Ray. Maafin gue. Jelasin Ray, Gia kena-"
.
.
.
.
Suara sirine ambulance terdengar sangat jelas dari luar sekolah. Raynold bergegas mengangkat Viona menuju ambulance secepat yang ia bisa. Tubuh Viona sudah putih pucat. Tangannya dingin.
Mario, Gilbert saling berlari bersisian tanpa melihat satu sama lain. Satu satunya yang ada difikiran mereka saat ini hanya seorang. Seorang.
.
.
Seorang Viona. Just it.

"Gue ikut Ray,"
Gilbert menahan lengan Raynold sesaat.

Raynold hanya mengangguk kencang. Tanda ia setuju Gilbert ikut mendampinginya.

"Ray, izinin gue ikut. Tolong Ray. Gue cuman-"

"Diem lo anjing.!,"
Raynold kembali mencekal kerah baju Mario. Lebih kencang dari sebelumnya. Sampai kepala Mario terangkat lebih tinggi.

"Gue janji, gue gak bakal sentuh dia. Gue gak bakal pegang dia. Gue cuman mau nemenin dia. Gue janji Ray. Gue janji."

Beberapa saat Raynold masih menatap aneh Mario.

Kalo Mario gak ikut, Viona?
Viona pasti nyari si tengik sialan ini.
Pasti.
Arrrgg. Anjing.

"Haissh. Bangsat. Cepetan lo naik! Ga ada waktu dengerin bacotan lo,"

Raynold segera naik. Diikuti Mario dibelakangnya. Gilbert sudah ada di dalam ambulance terlebih dulu.

Kerumunan siswa masih ramai disekitar ambulance. Banyak yang berwajah cemas, banyak yang berwajah bingung , banyak juga yang hanya sekedar ingin tau. Tapi yang salah disini, kelima teman Viona tak tau ada dimana.

Mobil ambulance perlahan melaju dengan Viona didalamnya. Meninggalkan segala hiruk pikuk kerumunan manusia dibelakangnya.

"Dadaa Viona. Cepet mati ya. Biar gak nyusahin. Ternyata , gue gak perlu ngotorin tangan cantik gue buat nyingkirin lo. Hahah."
Ditengah kerumunan , wanita tersenyum sumringah penuh kemenangan.
.
.
.
.
"Si Viona mana sih. Ga keliatan batang idungnya dari tadi pagi."
Inge menyusuri setiap sudut kelas mencari cari sahabat ter'lelet' nya itu.

"Iya. Gak biasanya tu anak telat. Kemana ya,?"
Jawab Nathalie.

Semua bingung mencari keberadaan Viona.

"Eh. Kok kalian berlima disini , gak ikut kerumah sakit?"
Tanya Shily yang tiba tiba memasuki kelas dan kaget melihat genks Viona ada dikelas.
"Maksud lo , Shil,?"
Tanya Febby heran.

"Iya. Maksud gue, kok kalian gak ikut nganter Viona kerumah sakit. Viona kan tadi jatoh waktu main basket. Hidungnya pendarahan hebat. Kak Raynold, kak Mario , sama siapa tuh satu lagi gatau gue. Juga ikut dalem ambulance,"

SECRET LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang