Bab 31

8.4K 451 4
                                    

Author POV

Pagi itu seperti biasa Viona berjalan gontai memasuki area sekolah . Hingga , sesuatu yang keras mendarat di bahunya. Viona seketika menoleh ke arah datangnya benda itu.

"Kak Dafa, "
Tanya Viona dengan tatapan heran melihat Dafa di depannya.

"Vi, huhh. Vi,"
Nafas Dafa ngos ngosan kaya abis dikejer banci Karawang.

"Tarik nafas dulu deh bang. Baru ngomong ada apaan,"

"Tolong gue Vi. Tolong gue, "
Kata Dafa setengah terengah.

"Ha? Tolong apaan. Abang kenapa? Sakit? Mau kerumah sakit? Aku gak bawa mobil,"
Jawab Viona setengah takut ngeliat ekspresi Dafa .

"Duhhh. Lo tuh ya. Suudzon mulu. Kagak. Gue gak sakit. Tolong gue, lo bisa kan main basket?"
Kata Dafa memperjelas.

"Ha? Apaa,bisa sih. Emang kenapa sih,"
Viona mulai risih dengan Dafa yang tele tele kaya telenovela lapan puluan.

"Iya. Bantuin gue. Masuk tim basket cewek kelas gue. Ya, plisss. Kurang orang ni. Bukan lomba antar kelas si, jadi gue butuh elo. Banget,"

"Gak ada yang lain apa ya,?"
Tanya Viona cengo.

"Mario recomended nya elo si. Hmm. Sekali kali berbakti napa sih lo ame pacar ,"
Jelas Dafa.

Whattt?!
Apa kata ni anak , gila kali ya . Pacar ? Kok jahat banget.
Pantes aja tadi pagi dia gak jemput gue , oooh ternyata dia ngerjain gue. Awas aja lo ya. Dasar pacar gak berbakti.!!!
Batin Viona.

"Gak ah. Cari aja yang laen. Males gue,"
Ketus Viona.

"Ya elaahh. Capek nih gue lari lari dari indoor . Gak ngehargain banget sih lo, "
Keluh Dafa dengan wajah semu.

"Bodo,"
Peduli Viona.

"Plisss dong Viii. Pliss. Gue beliin jus mangga sekonteiner dehh. Ya allohhh musti nyari siapa lagi guee. Mati deh ni kena gantung ama pak Dedi. Yaudah deh Vi,"

Wajah Dafa tertunduk. Ia mulai berbalik. Kini tubuhnya membelakangi Viona. Disana, Viona kasian sih liat Dafa, mikir juga kali masih punya kemanusiaan deh kayanya. Setelah menimbang dan menjabarkan sebab-akibat. Akhirnyaa....

"Bang, tunggu,"

"Apa,"
Dafa berbalik dengan wajah pucat.

"Iyadeh. Gue mau. Setelah menimbang nimbang sampe akhirnya gue memutuskan-"

"Ya ellahh... tukan. Udah gue tebak deh. Lo tu emang berbakti banget ame pacar. Ihh gemes gue gemess. Thanks banget. Thanks bangett,"
Mata Dafa membulat seakan akan mao keluar . Dafa mengguncang kedua bahu Viona dengan tangannya. Tampak ekspresi wajah Viona yang kini kaget , cengo, bego. Tapi, Dafa lebih bego. Ok.

"Yaudah ayokk ikut gue,"
Dafa meraih tangan Viona ingin menariknya.

"Ehh mo kemana. Gue aja belon taro tas inihh,"
Jawab Viona keras.

"Elahh buset. Ribet amat. Ke indoor lah. Lo gak akan belajar. Kita tanding nyonyahhh. Oke. Let's to the go. Let's go..."
Dafa berlari dengan tangan memegang tangan Viona.

Viona berusaha menepuk nepuk tangan Dafa agar melepaskan tangan nya. Percuma. Dafa udah keasikan lari sama kakinya. Dia ama kakinya udah chemistry kenceng banget jadi susah.

"Sejidat lo aja sih bang kalo ngomong. Bang. Bang Dafaaa, Dafaaaaaaaa!"

Dafa tetap saja tidak menghiraukan Viona dibelakangnya dan tetap menariknya sambil berlari.

Dafa tetap saja tidak menghiraukan Viona dibelakangnya dan tetap menariknya sambil berlari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Capekk deh gue. Pacar biaddab emang!
Rutuk Viona geram.
.
.
.
.
Sesampainya di lapangan indoor, seketika semua mata tertuju pada Dafa dan Viona di depan pintu. Langsung aja Viona mendapati Mario di tribun terdepan dengan wajah merah sedang berdiri dengan muka cengo.

"Woi Dafa, lo gak gue suruh pegang pegang cewek gue ya, lancang amat !"
Sahut Mario dari kejauhan. Tapi bisa banget bikin Dafa berenti tiba tiba dan hampir aja Viona nabrak punggung Dafa.

Sontak saja Dafa menoleh pada Mario dan langsung melepas tangan Viona tiba tiba. Kejam. Dafa malah senyum senyum nyengir kuda ke arah Mario yang mukanya udah merah kaya ghost rider diatas sonoh. Cari mati deh lo Dafa.

"Kagak. Kagak. Buru buru gue. Ampunn .. ampun deh yoo,"

Mario melangkah turun dari tribun perlahan. Mario berdiri di depan Viona. Menarik tubuh Viona ke belakang tubuh nya.

Viona menengadah melihat kearah belakang tubuh Mario.

PLETAK!

Satu jitakan geram mendarat di kepala keras Dafa. Emang pala batu banget.

"Daw...adaww.. sakit bego. Kan udah minta ampun...,"

"DAFAA!"
Suara berat menggema di seluruh lapangan Indoor. Pak Dedi datang dengan wajah nanar menatap ke arah Dafa.

"Tolong gue tolong gue. Viona mana Viona. Oyy jangan lo singitin deh Viona,"

"Dafa. Mau kemana lagi kamu ?!"

Mampus!
Dafa sempurna tertunduk . Ia sadari pak Dedi telah berdiri gusar didepan Dafa.

"I-iya pak,"
Jawab Dafa kaku.

"Perasaan saya tadi kamu saya suruh cari anggota tambahan, mana? Kamu nongkrong dikantinn selama ini, iya?!"

"Loh loh loh. Kagak pak. Kagak. Itu tu penggantinya disingitin sama si Mario tuh. Marahin Mario tuh,"
Sahut Dafa sedikit takut.
.
.
"Saya pak,"
Viona keluar dari balik badan besar Mario.

"Kamu? Bisa ?"
Tanya pak Dedi ragu melihat postur badan Viona.

"Mudah mudah-"

"Dia bisa kok pak. Pacar saya ini,"
Potong Mario cepat.

"Ishh Mario. Paan sih,"
Viona menyikut tangan Mario keras .

"Yaudah yaudah. Kamu kesana, ganti baju . Oh iya, kamu masuk tim kelas Dafa. Yang baju merah. "
Kata pak Dedi menunjuk kearah para pemain basket putri .
.
.
.
.
Permainan berlangsung riuh. Genk genk Mario udah pada dateng . Termasuk Raynold dan Gilbert. Raynold dengan wajah shock melihat adik kesayangannya bermain di bawah sana. Gilbert terheran heran melihat ekspresi kaget Raynold yang parah banget.

Raynold menepuk pundak Mario disebelahnya.

"Bro, siapa yang ngajak adek gue main,?"
Tanya Raynold .

"Gue yang recomended. Soalnya dia keren mainnya,"
Jawab Mario santai.

"What?!"
Raynold yang kaget langsung berdiri dan mencekal kerah baju Mario.

"Apa apaan si lo?!"
Mario ikut berdiri karna ditarik oleh Raynold.

"Ray Ray. Lo kenapa? Woy orang rame disini. Kenapa sih?"
Gilbert yang tidak tau apa apa mencoba melerai Raynold yang masih menggenggam erat Mario.

"Lo diem. Lo gak tau apa apa. Lepasin gue!"
Raynold menyentak tangan Gilbert kasar. Gilbert melongo melihat perlakuan Raynold yang tiba tiba.

"Lo tau. Viona tu sakit. Adek gue hampir sekarat gara gara lo . Paham lo! Pacar macem apa sih lo! Ga nyangka gue. Lo tau Viona tu sekarat. Bangsat!"
.
.
.
.
BRUK!

"VIONAAAAA..."

"VIONAAAAAAAAAA,"

Teriakan teriakan bersahutan ditengah lapangan. Semua orang berkumpul berkerumun di lapangan. Seketika Raynold menengadah menyusuri titik lapangan.

"Vionaaaaa,"
Suara Raynold gusar seketika berlari diikuti Gilbert yang tak kalah paniknya.

Tubuh Viona terkulai lemah ditengah lapangan dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya.

"Viona, viona. VIONAAAAAA!"
Pekik Mario.

Semuanya saling bersahutan pandang memandang antara satu dan lainnya. Melontarkan banyak pertanyaan.

Viona kenapa?
Viona, sakit apa?
Apa yang terjadi?

*****

To be Continue....

SECRET LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang