Bab 14

15K 610 12
                                    


Suara suara samar mulai terdengar . Terkadang terdengar suara tangis seorang wanita yang tidak terlalu jelas.

Matanya gelap. Pandangannya tak tampak.
Viona terbaring lemah dengan berbagai macam alat medis ditubuhnya. Wajahnya yang ceria kini pucat bagaikan mayat. Matanya tertutup rapat , enggan terbuka. Disana, Viona dengan raga yang entah dimana. Berkeliling mencari jalan. Hingga ia mendengar suara seorang lelaki yang bahkan tak asing baginya.

"Gia,".
Suara itu terdengar samar.

"Siapa ?!".
Viona sedikit berteriak.

"Aku gi. Kamu ga inget suara aku?".

Viona mengikuti arah suara itu berasal. Ia mendapati seorang lelaki yang sedang berdiri diujung lorong. Viona berjalan mendekat menuju lelaki itu berdiri.
Viona kini berdiri tepat dibelakang pria berjaket putih. Tangannya terangkat mengarah ke bahu lelaki itu.
Belum sempat Viona lihat wajah lelaki itu, semua memudar.
Seakan raga nya kembali ketubuhnya. Matanya mendapati Bastian dan Morin -papa mama Viona. Berdiri diujung tempat Viona berbaring dengan air mata di pipi Morin.

"Mah, pah".
Panggil Viona pelan.

Morin dan Bastian yang kaget seketika menoleh kearah putrinya yang terbaring lemah diatas tempat tidur kecil besprei putih.

"Viona, sayang. Kamu sudah bangun sayang. Tuhann.. engkau kabulkan doaku.. sayanggg".
Morin memeluk Viona dengan air mata yang tiba tiba berlinang dimatanya. Bagaikan lautan yang penuh dengan kesedihan. Mata Bastian sendu menatap anak perempuan satu satunya miliknya kembali terlelap ditempat yang bukan seharusnya. Bastian mengusapkan jemarinya kearah dagunya. Matanya mulai berkaca kaca.

Terlihat seorang lelaki muda memasuki ruangan sunyi ini.
Raynold.
Sejak kejadian 2 malam yang lalu , yang mengakibatkan adik semata wayangnya kembali mengukir luka ditangan cantiknya karna jarum infus.
Raynold merasa tidak berguna sebagai seorang kakak.

"Dek, Viona, udah bangun, maafin abang ya Gi, ab-".

Plakkk!

Belum sempat Raynold menyelesaikan perkataannya. Tamparan keras mendarat di rahang kanan Raynold. Bastian.
Bastian menamparnya keras. Menyebabkan Morin terlonjak kaget.

"Kamu itu! Apa guna kamu sebagai abangnya ha!! Jagain adik sendiri saja gak becus kamu! Apa mau kamu Ray! Mau senang senang saja kamu?! Iya?! Kalau mau senang senang jangan jadi anak saya! Dasar anak tidak tau diri!!!".

Spontan air mata Viona menetes mendengar perkataan lelaki yang selama ini dikiranya diselimuti dengan kelembutan dan kehangatan, berubah menjadi sejahat itu.

"Pa, udahhh.!! Bang Raynold gak salah. Viona yang gak bisa jaga diri. Tampar Viona juga pa!! Tampar!!".
Viona terisak. Dadanya sesak melihat Raynold yang hanya tertunduk diam.

"Saya tau saya tidak becus. Papa pantas bilang saya tidak tau diri. Karna saya memang salah. Kalau papa masih ingin menampar saya, silahkan. Saya rela, demi menebus kesalahan saya pada adik saya. Dan saya rasa saya memang tidak pantas jadi bagian dari keluarga anda,".
Raynold tertunduk. Diikuti tatapan tak menyangka Morin mendengar kata kata Raynold.

"Bicara apa kamu nak, minta maaf sama papa kamu. Semuanya sudah digariskan. Jangan saling menyalahkan. Yang terpenting sekarang Viona sudah sadar dan kembali pada kita semua, harusnya kita bersyukur. Bukan bertengkar . Mama tau papa emosi. Tapi lihat keadaan Viona pa. Dia baru saja sadar. Dan saya , tidak mau kehilangan dia karna pertengkaran kalian,".
Suara sendu memohon keluar dari bibir Morin , masig memeluk Viona yang masih menangis kencang.

SECRET LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang