Bab 33

7.4K 481 13
                                    


"Bagaimana keadaan anak saya dok,?"
Wajah Morin tampak pucat.
Bastian disampingnya terus mendekap erat istri tercintanya. Jiwa Morin benar benar tergoncang sekarang, mengingat putri satu satunya terbaring lemah di bangker rumah sakit yang dingin itu. Lagi.

"Kondisi Viona ..... sangat mengkhawatirkan. Sebelumnya, apa bapak dan ibu tau penyakit nak Viona,?"
Tanya dokter lelaki itu kearah Morin.

Morin tertunduk. Dan kembali menangis dalam pelukan suaminya.

"I- iya dok. Saya tau. Saya tau,"
Jawab Morin diikuti suara tangisnya.

"Viona mengidap kanker sum sum tulang belakang, stadium tiga,"
Lanjut dokter itu parau.

Morin dan Bastian yang mendengar hal itu lemas seketika. Morin meremas erat kemeja suaminya seiring tangisnya semakin kencang. Bastian memeluk Morin erat erat. Kini, mereka benar hancur. Hancur.

*****

Di dalam kamar rawat Viona tampak teman teman nya yang sudah terlihat cemas. Galang juga berada disana. Bersisian dengan Raynold. Mario masih duduk dikursi samping bangker menunggu bidadari nya bangun dari tidurnya. Anggap saja ia tidur. Tidur yang mengkhawatirkan.

"Kak , gimana ceritanya Viona bisa jadi kaya gini ,?"
Inge membuka keheningan dengan segala rasa ingin tau di otaknya yang sudah menjalar hingga ke perutnya.

Tak ada yang bicara. Suasana tetap hening. Raynold hanya memandang Inge sekilas tanpa niat sedikitpun berbicara.

"Sekarang, yang penting kita sama sama doain yang terbaik buat Viona. Semoga dia cepet sadar dan kumpul lagi sama kita. ,"

Mendengar perkataan Galang yang sangat mengejutkan, semuanya mengangguk dan mengucapkan Aamiin.
.
.
"Kami akan bawa Viona ke Belanda dok. Untuk transplantasi sum sum tulang belakang. Secepatnya dok. ,"
Morin bicara sambil tercekat di pelukan Bastian.

"Kami akan urus segala surat dan dokumen nya. Viona harus mendapatkan donor itu, secepetnya ."
Lanjut dokter pasti.

.
.
Bastian dan Morin tiba di kamar rawat Viona yang sedang ramai. Ramai dengan gerombolan yang sering Viona bilang anak anak 'nackal'. Teman teman Viona. Sahabatnya.

"Tante , om"
Nathalie menyapa Morin dan Bastian yang baru saja tiba di ruangan.

"Iya. Lagi pada rame ternyata. Raynold, sayang,"

Morin memanggil Raynold yang masih berdiri di samping Viona.

"Sayang, kamu pulang ya, kemasi barang barang adek kamu masukin ke koper putih yang gede ya,semuanya,"

Wajah Raynold terheran heran mendengar perkataan Morin.

"Mau kemana ma, Viona belum sadar mah,"
Tanya Raynold heran.

"Viona dipindahkan ke Belanda besok pagi ."
Jawab Morin lembut.

"APA MA?!"
Raynold kaget bukan main. Diikuti orang orang disekitarnya menjadi heran kini. Gilbert yang sedari tadi mencoba untuk tenang kini justru berdiri maju melangkah mendekati Raynold.

"Kenapa Viona harus kesana tante, banyak rumah sakit yang berkualitas disini, kenapa gak sekalian tante bawa aja Viona pulang ke Paris tante,kenapa harus ke Belanda tante,?"

"Karna donor Viona sudah siap di Belanda. Viona butuh donor itu. "
Morin terjatuh. Lututnya memangku tubuh lemas nya. Bastian tak henti memeluk istrinya itu.

"Kanker sum sum tulang belakang. Stadium tiga. Sebentar lagi akan menjadi stadium akhir. Apa yang bisa kami lakukan, katakan pada kami, apa yang harus dilakukan?,"
Lanjut Bastian tak kalah dengan Morin yang sudah lemah di pelukannya.

"Ka-kanker. Sum sum tulang,? Apa ini om. Viona? Kanker? Nggak om. G-gak mungkin. Om , om tante. Jawab aku om!"
Mario berdiri emosi. Air mata nya luruh. Pandangan Raynold teralihkan pada Mario yang menangis hebat menangkupkan wajahnya pada bangker Viona saat ini. Suasana ruangan menjadi penuh haru. Padahal yang sakit belum menjadi jenazah dingin. Ia hanya tidur. Tidur yang mengkhawatirkan .

*****

Jederrr.. baa gue update lagi kan. Meskipun hari ini gue lagi sakit tapi gue tetep fighting nihhh. Maaf ya pendek. Inshaallah part selanjutnya bakalan lebih panjang.

SECRET LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang