Delapan

2.1K 192 0
                                    

Suasana kantin saat itu sangat ramai dan aku tidak bisa konsentrasi untuk makan namun, Chel tidak terlihat terganggu. Ia masih asik mengoceh tentang kelas biologinya dan aku hanya tersenyum saja mendengar aksi konyolnya. Aku memperluas pandanganku untuk mencari Amy yang terlambat istirahat karena mengikuti pelajaran tambahan untuk ikut sebuah lomba akademik seperti olimpiade atau apalah

Dan sialnya, aku melihat Val

Mempesona seperti biasa, namun secara bersamaan terlihat memuakkan. Sudah seminggu sejak kami berciuman -bukan- dia menciumku dan dia bahkan tidak menegurku setelahnya. Aku hanya berusaha keras menarik perhatian Chel agar dia tidak melihat Val dan mengajaknya makan bersama.

"Hei Sewell" panggil Chel.

Sial. Aku menyikutnya dan mencoba mempertahankan posisiku sebagai kontra

"Jangan, sudah tidak ada tempat. Nanti Amy duduk dimana?" Aku mencari-cari alasan

"Tidak usah malu, manis. Amy tidak bakal makan siang kok. Kau tahu bagaimana Amy itu kalau mengenai pelajaran dan buku"

"Aku tidak malu!"

"Hai Chelsea, bisa aku bergabung?"

Tidak boleh, aku menjawab dalam hati sambil menghembuskan napas kesal. Chel sebaliknya, ia mengangguk penuh semangat dan bahkan bergeser agar aku juga bergeser mendekati Val. Ada keheningan ganjil di antara kami sampai Chel meminta diri untuk pergi ke toilet. Aku ingin menemaninya tapi ia menolak dengan tegas.

Tentu saja. Tujuannya kan agar aku dan Val bisa berduaan.

Setelah Chel menghilang dibalik kerumunan orang, kami hanya terdiam, mencoba menikmati makanan masing-masing. Tidak berhasil. Tidak tahan lagi, aku membentaknya

"Apa yang kau inginkan sih?!"

Ia tidak menjawab, tidak juga menoleh. Aku berasumsi ia tidak mendengar pertanyaanku ketika tiba-tiba ia menjawab

"Aku tidak mengerti maksudmu"

"Apa!?"

"Dengar, disini terlalu ramai, aku tidak merasa nyaman. Terima kasih atas tempat duduknya" ia berkata tanpa menoleh ke arahku, mengangkat bakinya dan pergi.

Aku tak percaya ia melakukam hal itu. Lagi-lagi muncul di hadapanku dan kemudian menghilang, menghidar dariku. Chel baru saja kembali dari toilet dan bertanya tentang Val

"Aku segera kembali" itu saja yang aku katakan.

****

Aku sudah mengelilingi seluruh sudut sekolah untuk mencari Val tapi ia tidak berhasil ditemukan. Akhirnya aku mengambil secarik kertas dan menulis pesan yang kemudian akan kuselipkan di lokernya.

Cukup sulit menemukan lokernya. Aku hanya melihatnya berdiri di depan lokernya sekali dan aku tidak yakin yang mana. Aku masih berdiri di depan 3 loker yang kuharap salah satunya adalah milik Val.

"Sedang apa kau?"

Aku terkejut mendengar suara yang berat itu dan membalikkan badanku. Melihat Val yang balik menatapku.

"Ini" aku mengulurkan secarik kertas itu padanya dan begitu ia menerimanya , aku langsung berbalik pergi

TEMUI AKU SEPULANG SEKOLAH DI ATAP

ADA YANG HARUS KUBICARAKAN

-R.S

***

Angin meniup rambutku dan aku tidak punya waktu untuk merapikannya. Val sudah berdiri di depanku, kedua tangannya diselipkan di saku jaketnya yang entah kenapa membuatnya terlihat makin keren. Tidak Rae! Tidak ada toleransi untuk perbuatannya walaupun dia, well, memang tampan

"Jadi..." Val angkat bicara, mencoba terlihat tenang "kau mau bicara apa?"

Aku memikirkan jawaban yang tepat untuk kulontarkan. Kenapa aku memanggilnya ke sini? Atap sekolah yang sepi yang dimanfaatkan menjadi rumah kaca bagi tanaman-tanaman mungil dan indah pada musim semi. Aku menelan ludah sebelum memantapkan jawabanku

"Kenapa kau menciumku?"

Val tetap tampak tenang, seakan-akan sudah mengetahui pertanyaanku. Tentu saja aku akan menanyakannya. Ia justru akan terlihat bodoh apabila tidak menyadarinya.

"Karena..." Ia mengangkat sebelah bibirnya sehingga membuat setengah senyum yang memabukkan "aku ingin menciummu"

Ingin?ingin?! Memangnya dia pikir dia siapa? Dia Vaclav, Rae... Cowok impianmu menurut Chel

"Apa?! Jadi kalau kau menginginkan sesuatu kau tinggal mengambilnya saja begitu? Apabila kau menyukai iPod terbaru kAu tinggal mengambilnya begitu saja dari toko gadget?! Atau kau ingin uang, kau merampasnya saja dari bank? Itu bukan alasan logis! Itu mencuri!" Jawabku sambil tersengal-sengal menahan darahku yang sudah mencapai ubun-ubun.

"Kau tidak menyukainya?" Ia maju selangkah

"Apa?" Aku terkesiap. Ia mengambil satu langkah lagi.

"Kenapa kau menanyakannya? Tentu saja....tentu saja..." Aku kesulitan menjawab. Otakku berputar. Tentu saja aku menyukai kenyataan Val menciumku. Aku hanya tidak menyukai caranya. Val maju selangkah lagi sehingga spontan aku melangkah mundur.

"Kita bahkan bukan pasangan!" Ia maju selangkah lagi. Aku mundur menjauh

"Kita bahkan baru kenal!" Punggungku sudah menempel di dinding dan ia makin mendekat

"Kau bahkan tidak mengenalku 3 minggu sebelumnya dan seminggu sesudahnya aku di rumah sakit karen kecelakaan bus itu!" Aku mengatupkan bibirku usai bicara dan Val menaikkan alisnya penuh tanda tanya.

"Kecelakaan bus itu?"

"Maksudku aku.. Aku yang mengalami kecelakaan dalam bus bukan busnya yang kecelakaan..kau tahu kan?" Aku mulai gugup. Kenapa aku gugup? Val tidak tahu tentang kecelakaan yang sebenarnya. Tidak ada yang tahu. Saat ini wajah Val sudah makin mendekat ke wajahku.

"Tidak. Aku tidak tahu" bisiknya

Peluangku untuk menghindar kini tinggal satu senti lagi. Aku bergerak ke samping namun tangan Val lebih cepat, mencengkeram bahuku dan menempelku kembali ke dinding. Kini aku terperangkap di antara kedua tangan Val yang jauh lebih besar dariku

"Lepaskan aku!!" Aku menjerit marah

"Kau belum menjawab pertanyaanku"

"Apalagi yang perlu kujawab?" Tanyaku putus asa. Val semakin mendekat dan aku menutup mataku, menahan air mataku yang akan keluar.

"Kumohon...lepaskan..." Aku merintih. Hening panjang di antara kami, hanya ada bunyi angin mendesir di antara daun-daun hias di rumah kaca. Aku merasakan cengkeraman Val mengendur.

"Raellene?"

Val menoleh, begitu juga aku. Dan kami melihat Chelsea. Berdiri di pintu masuk, terkejut. Dan sedetik kemudian, sorot matanya berubah menjadi sengit. Seperti binatang buas yang menemukan mangsanya. Kami, aku dan Val, adalah mangsanya.

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang