"Apa yang kau lakukan?!"
Aku tidak yakin apkah pertanyaan itu ditujukan untukku atau Val atau bahkan kami berdua. Val sudah melonggarkan cengkeramannya sehingga dengan mudah aku bisa membebaskan diri. Aku langsung menghampiri Chel, berharap ia bisa mengerti situasinya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Chel saat aku mendekatinya.
"Aku..aku.." Aku terbata-bata, mencoba menjelaskan yang terjadi. Namun Chel lebih dulu bertindak sebelum aku mulai bicara.
"Sudah berapa lama kau berdiri di situ?" Val bertanya
"Cukup lama untuk mengerti betapa brengseknya dirimu!" Bentak Chel
"Ayo pergi Rae" ia menarik tanganku, berbalik menuju pintu keluar. Aku tak punya pilihan selain mengikutinya, tapi sebelumnya, aku menoleh ke belakang dan melihat Val. Hanya sesaat, sedetik dan ia tampak tidak senang.
"Sial." Ia mengumpat sambil menendang sebuah pecahan pot
Aku mempercepat langkah kakiku mencoba menyamai langkah Chelsea. Tapi ia terlalu cepat, terlalu marah untuk memperlambat langkahnya. Kami menerobos kawanan manusia yang tidak sabar ingin segera keluar dari gedung sekolah ini. Aku mendengar Val memanggil Chel memintanya untuk berhenti dan mendengar penjelasannya.
Kami menapaki tangga di depan gedung dan Chel memintaku untuk menunggunya mengambil mobil di lapangan parkir. Aku berjinjit-jinjit, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi. Val mendesakku, Chel melihatnya dan sama sekali tidak senang, dan aku menunggu disini saat Chel mengambil mobil. Semua terjadi begitu cepat aku harus menenangkan pikiranku.
Dari kejauhan aku mengenali mobil sedan Chel dan ingatanku kembali ke setahun yang lalu. Saat itu Chel sedang memamerkan SIM nya yang baru saja diterimanya. Kemudian ia memaksa mengantar aku dan Amy pulang supaya ia bisa menunjukkan keahliannya menyetir. Aku- yang saat itu selalu pulang sambil berjalan kaki karena sifat paranoidku itu- tentu saja menolak dengan halus tapi Chel, bukanlah Chel yang menerima penolakan begitu mudah. Aku masih ingat begitu aku duduk di kursi penumpang depan, aku menjerit-jerit minta diturunkan sampai mereka kewalahan untuk menenangkanku, dan akhirnya aku langsung membuka pintu dan melarikan diri, tidak berani lagi menoleh ke belakang.
Chelsea belum menyerah. Itulah pertama kalinya Chel mengetahui sifatku yang mudah ketakutan dan ia bertekad memperbaikinya. Awalnya ia hanya menuntunku untuk duduk di dalam mobilnya yang masih diparkir, beranjak ke mesin di nyalakan dan akhirnya mobilnya di jalankan. Butuh waktu sebulan penuh agar aku terbiasa dan mengatasi paranoid ku terhadap mengendarai mobil.
"Raellene! Sedang apa kau? Ayo naik" Entah sejak kapan Chel sudah memarkir mobilnya di depanku dan menungguku naik. Aku menuruni tangga setapak ketika suara Val menarik perhatianku.
"Tunggu Rae.. Aku.. Aku tidak bermaksud"
Aku menoleh ke arahnya dan sesuatu menahanku untuk membuka pintu mobil. Meskipun Chel sudah membunyikan klaksonnya berkali-kali, aku merasakan sebuah keraguan besar. Naik saja Rae, tidak usah gubris dia. Tapi... Pergilah saja. Naik mobilnya dan pergi.
Aku masih berdiri di situ.
Val tinggal menuruni tangga setapak saat ia dicegat oleh serombongan gadis berseragam cheerleader.
'Hai Vaclav. Kenapa terburu-buru?'
'Mau menonton kami latihan?'
'Dijamin kau pasti suka'
Aku membuang muka. Kesal. Val bodoh! Seharusnya aku tidak usah menunggunya. Aku langsung membuka pintu mobil dan membantingnya. Seketika itu mobil langsung melaju pergi dan aku menutup mataku, mencegah keduanya melihat kaca spion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed Time
FantasiKetika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimewa. Ia tidak bisa mati. Bukan abadi, hanya berumur panjang. Keadaannya itu membuatnya frustrasi, paranoid, dan berbeda. Sampai ia bertemu Val...