"Aku benci Biologi!!" suara Chelsea menjerit di telingaku tidak membuatku berhenti mencabik-cabik roti yang ada di piringku
"oh, tenanglah sedikit. Kita tinggal menghabiskan 2 semester dan semuanya akan jadi masa lalu" Amy mengaduk saladnya dan menatap Chelsea sedikit kesal. "dan kau, makanlah yang benar. Jangan mencabik makananmu seperti itu" ia menyikutku sambil melotot. Aku mendengus
"Tapi aku benar-benar benci Biologi!! Kalian tahu tidak tadi aku..." Chelsea meneruskan ocehannya sambil mengangkat garpunya dan menunjuk ke arahku
"Hei! Sudah kubilang jangan mengancungkan benda seperti itu ke wajahku" aku mendorong garpunya menjauh. "Maaf.. tapi aku sudah tidak sanggup lagi dengan Mr. Harrison" Chelsea membuang mukanya, mengakibatkan rambut pirangnya jatuh ke sisi wajahnya yang berbintik cokelat
Mr. Harrison adalah guru biologi kami. Orangnya tegas dan tidak kenal belas kasihan. Aku sudah tahu bahwa dari awal Chelsea yang seronok tidak akan cocok dengan guru yang disiplin seperti Mr. Harrison
Aku memperhatikan Amy, gadis yang bijaksana di antara kami, dengan rambut hitam lurusnya dan wajah Asianya, mencoba menenangkan Chelsea yang mengomel sepuas hati. Aku kemudian melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kantin sekolah. Memperhatikan sekelompok cheerleaders yang memamerkan tubuh berbentuk mereka ke para cowok-cowok berandalan. Dan sekelompok remaja yang memakai dandanan serba gothic namun ada juga yang tampak normal dan menikmati makanan mereka sambil bercanda.
Tapi tidak ada yang seribut Chelsea. Dan aku tidak mempedulikan tentang pembagian kelompok di sekolah ini. Yang lebih jauh aku khawatirkan adalah apabila anak-anak yang membawa baki ke lantai dua kantin tidak terpeleset jatuh dari tangga. Atau dapur kantin sewaktu-waktu dapat meledak karena kebocoran gas, atau gelang-gelang berpaku milik seorang cowok gothic menusuk mata temannya dan sejumlah kecelekaan mengerikan lainnya
"Haloo?? Bumi memanggil Rae...!" lagi-lagi Chelsea berteriak di depan wajahku. Amy memandangku dengan kesal sebelum memutuskan menceramahiku
"biarkan saja dia. Palingan ia hanya memikirkan tentang kematian seseorang. Menurutku Rae, kau harus mendapat bantuan. Sifat paranoidmu ini membuatku takut. Sungguh, tidak ada yang akan mati, oke?"
Amy memang sudah mengetahui sikap konyolku ini. Kami sudah bersama-sama semenjak di bangku SMP. Tapi menurutku ini sama sekali tidak konyol. Namun apa yang bisa kubilang? Maaf, tapi aku tahu rasanya mati itu bagaimana, dan hei aku lolos dari kematian itu karena aku seorang Underhand alias manusia yang bisa mencurangi kematian!
Mereka hanya akan tertawa, atau lebih parah lagi, mereka menghubungi guru konseling dan memutuskan aku ditempatkan di rumah sakit jiwa dan menjadwalkan terapi untukku
Karena itu sebagai balasan, aku hanya tersenyum sambil mengangkat bahu
"setidaknya, mengkhawatirkan kematianmu sendiri lebih logis daripada proyek Biologi yang konyol"
Chelsea cemberut sambil menghirup yogurthnya. Sedangkan aku dan Amy tertawa lepas karena menggoda Chelsea menimbulkan perasaan yang menyenangkan.
*** Mr. Harrison tampak sibuk berusaha menjejalkan otak kami dengan materi-materi tentang sel dan jaringan. Aku sama sekali tidak tertarik dan membuang muka, menghadap jendela - hal yang kusukai dari sekolah ini adalah tempat dudukku dekat jendela menghadap taman- dan berusaha memikirkan kata-kata Amy tentang aku yang terlalu paranoid dan kenyataan mengerikan yang disampaikan ibuku bahwa aku bukanlah manusia biasa.
Semuanya diawali dari kepongahan nenek moyangku, leluhurku, yang mengadakan taruhan dengan seseorang bahwa ia bisa hidup sehari lebih lama. Entah apa taruhannya, tapi membuat kedua orang (yang menurutku bodoh itu) berupaya saling menghabisi hidup satu sama lain. Sampai leluhurku menemukan mantra yang bisa membuatnya umur panjang.
Sayang sekali, itu bukan umur panjang yang sering diimpikan setiap orang, tidak bertambahnya umur atau tidak bisa menjadi tua atau menjadi tua tanpa keriput atau kantong mata yang menyedihkan. Menjadi umur panjang jauh lebih mengerikan dari itu. Ia menjadi seorang Underhand - pencurang kematian. Memang awalnya agak sukar dipahami, sampai mantra yang kuanggap kutukan itu tidak terlepas dari setiap keturunannya termasuk kakekku, ibuku dan berlanjut padaku dan mungkin sampai ke anak cucuku.
Setelah pengalaman 'kematianku' saat aku berumur lima tahun , aku mengetahui bahwa mencurangi kematian merupakan proses yang amat.. amat menyakitkan.
Ketika jantungku berhenti berdetak. Saat itu aku yakin aku sudah mati. Tapi aku merasakan kekuatan besar menyambar diriku, seakan-akan menarikku keluar dari kegelapan yang menyelimutiku. Dadaku yang sesak tak bernapas perlahan mendapatkan oksigen. Rasa amis di mulutku menghilang dan aku bisa melihat semua luka dan darah di tubuhku lenyap.
Berlawanan dengan apa yang kulihat, aku merasakan kesakitan yang luar biasa, yang merayapi saraf-sarafku, merasuk hingga ke sumsum tulangku. Aku menahan jeritanku sambil menyaksikan serpihan kaca kembali menjadi utuh, dan rongsokan besi kembali menjadi mulus tak bercacat.
Dan seperti film yang diputar mundur, aku melihat truk besar yang menubrukku mundur menjauhi kaca samping mobilku. Dan mobil yang melucur kembali naik ke tanjakan garasi dan aku melihat kedua orang tuaku yang menggendong dus-dus besar berjalan mundur ke arah bagasi mobil yang terbuka.
Adegan demi adegan terulang kembali sampai aku melihat ayahku tersenyum padaku sebelum menutup pintu mobil. Dan saat itu jeritanku meloncat keluar dari tenggorokanku, membuat ayahku dengan panik memelukku, menenangkanku, berkata semuanya hanya mimpi buruk.
Mimpi buruk yang menghantuiku sampai setahun kemudian ketika ibuku menjelaskan semuanya padaku, bahwa aku seorang Underhand, sama seperti dirinya. Awalnya aku tidak percaya, namun ketika ia menceritakan proses yang sakit dan gila itu seakan ia ada disana, aku tidak punya pilihan selain percaya
Dan mimpi-mimpi itu terus merasukiku, mimpi mengerikan yang buruk terus terbayang di otakku
Membuatku paranoid, kata Amy
Aku kembali ke dunia nyata ketika Mr. Harrison menegurku dan bel pulang sekolah menyelamatku dari hukuman.
Aku menyusuri koridor dengan langkah cepat, hampir menubruk segerombolan anak perempuan yang baru keluar dari toilet. Aku tidak bisa melambatkan gerakan kakiku. Tepatnya tidak mampu. Aku merasakan kematian kapan saja bisa menyergapku dan ketika jantungku berhenti berdetak, aku akan mengulang proses menyiksa itu. Aku tidak ingin mengalaminya lagi,terima kasih
Dan saat itulah aku ceroboh. Menubruk seseorang. Seorang cowok tepatnya. Dan lebih detail lagi, seorang cowok berambut hitam, bermata kelabu yang menatapku tepat sampai ke relung hatiku. Aku berdebar-debar melihatnya, dengan gugup berusaha mengumpulkan suaraku yang hilang
"Kau tidak apa-apa?"
Ya Tuhan, mendengar suaranya seakan menghipnotisku untuk menatap matanya. Siapa dia? Kenapa sikapku jadi seperti ini?
Aku menggeleng dan mengucapkan maaf sepelan mungkin dan menghilang ke belokan koridor
***
"Cowok bermata kelabu?" Chelsea mengangkat sebelah alisnya. "tidak biasanya kau berbicara soal cowok. Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan pada Rae yang asli?"
"entahlah. Kau tahu siapa dia?" aku tidak merespon lelucon Chelsea dan menatapnya tajam
"ooh sayang, kau tahu berapa banyak cowok bermata kelabu di dunia ini?"
"cukup banyak. Tapi kurasa di sekolah kita hanya satu"
"ya mungkin saja. Tapi aku tidak menilai cowok dari matanya Rae. namun aku akan memperhatikannya mulai sekarang" Chelsea menyetir mobil dengan tenang. Ia tersenyum
"menyenangkan rasanya melihatmu tertarik pada seseorang"
Aku melengos "aku tidak tertarik!" aku berteriak. Kemudian terdiam "aku hanya..kau tahu.. penasaran saja"
"ya ya.. aku tahu" Chelsea tertawa sambil menepikan mobilnya, tepat di depan rumahku. Aku merapikan tas sekolahku, dan meloncat turun dari mobilnya. Dan ketika aku hendak mengucapkan terima kasih, Chelsea menatapku dan tertawa
"aku akan mengabarimu jika aku tahu siapa si pemilik mata kelabu idamanmu"
Dan sebelum aku mencakarnya, Chelsea menginjak gas dan menghilang di balik belokan

KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed Time
FantasyKetika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimewa. Ia tidak bisa mati. Bukan abadi, hanya berumur panjang. Keadaannya itu membuatnya frustrasi, paranoid, dan berbeda. Sampai ia bertemu Val...