Dua Puluh Tiga

1.7K 165 1
                                        

Aku merasakan Neal yang mengendurkan tangannya dari leherku, aku melihatnya meneriakkan perasaannya padaku, aku melihatnya berjalan mundur denganku menjauhi hutan.

Badanku terasa sakit dan aku sudah melampaui batas pemunduran waktu. Tapi ini belum cukup. Aku belum menyelamatkan Val. Aku mengernyit menahan sakit yang menjalari tubuhku dan menelan ludah berkali-kali mencoba melawan waktu. Aku melihat diriku yang meraung-raung sambil mengguncang-guncang tubuh Val dan melihat diriku mundur, menjauhi kerumunan.

Oke, sedikit lagi, aku memotivasi diriku sendiri lalu hidungku terasa sakit. Aku menyentuhnya dan melihat darah di ujung jariku. Bagus, saat yang tepat untuk mimisan Rae. Aku hampir menyerah saat aku melangkah mundur ke pinggir jalan dan melihat truk itu melaju mundur.

Lalu aku mendengar klakson truk.

Aku menyudahi pemunduran waktu. Mudah saja, seperti ketika manusia menahan napas selama beberapa saat lalu menghembuskannya, begitu juga diriku memundurkan waktu. Namun, sama seperti manusia kesulitan menahan napas lama-lama, begitu juga aku, kalikan saja dengan sepuluh ribu rasa sakit.

Tubuhku terasa lemas dan aku melihat truk itu melaju melewatiku. Aku tidak jadi melompat ke tengah jalan. Lalu sepasang tangan memelukku dari belakang dan aku mengenali aroma dari tangan itu. Aku berbalik dan mendapati Val, terengah-engah dengan keringat berucucuran dari pelipisnya.

Aku menaruh telapak tanganku di dadanya dan aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Aku mengeluarkan sebuah tawa kecil yang lebih mirip tersedak. Aku berhasil. Val masih hidup. Ia masih ada disini.

"Apa yang kau lakukan?!" Val berteriak tertahan. Ia menangkup wajahku dan memaksaku melihat wajahnya. Ia tidak terlihat senang

"Kenapa kau melakukannya bodoh??! Aku mencarimu kemana-mana! Hidungmu berdarah Rae!!" Ia membentakku lagi. Tapi aku tidak peduli soal itu. Aku hanya tersenyum

"Kau masih hidup" bisikku.

Lalu aku kehilangan kesadaranku.

***

Aku mencoba menebak di mana diriku. Aku mengenali ruangan yang putih bersih ini. Aku menoleh ke kiri dan melihat sosok laki-laki berjas putih berdiri di sampingku. Ia tersenyum genit dan aku membalas senyumnya.

"Dokter Lloyd" sapaku

"Ah..putri tidur kita sudah bangun. Bagaimana keadaanmu?"

"Baik, hanya lemas saja. Berapa lama aku tak sadarkan diri?"

"Tidak lama. Kurang lebih lima jam sejak kau dibawa ke rumah sakit. Temperatur tubuhmu memurun dan kau mimisan hebat" sahut Dr. Lloyd. Ia mengukur suhu tubuhku, memeriksa mataku dan mengecek sarafku

"Kau benar-benar gadis yang luar biasa" katanya "keadaanmu sudah normal. Mau kupanggilkan ibumu?"

Aku mengangguk kecil dan ia mengacak-acak rambutku sebelum keluar dari ruangan. Tak lama kemudian, Mom masuk dan wajahnya pucat pasi.

"Ya ampun Raellene.. Apa yang terjadi?" Ia langsung menghampiri sisi tempat tidurku dan duduk disitu sambil memandang lurus-lurus ke wajahku

"Tidak apa-apa" jawabku seadanya. Ia tampak tidak puas

"Jangan membohongiku, nona muda..kau akan kena masalah besar nanti" ancamnya

"Siapa yang berbohong di sini?" Aku membalas ancamannya.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Entahlah, mungkin sesuatu tentang kenapa kau berbohong pada putrimu dan membiarkan dia mencari tahu sendiri tentang keberadaan Jinx di muka bumi ini dengan cara yang tidak menyenangkan!" Sergahku. Ia mengatupkan mulutnya dengan tangannya.

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang