Dua Puluh Lima

1.6K 160 1
                                        

"Aku tidak tahu apa yang anda bicarakan" sahut Mr. Sewell walaupun sebelumnya ia sempat terdiam sampai aku mengira aku dan Neal salah besar.

"Tunggu pak! Aku...aku hanya ingin bicara sebentar" gumamku gugup. Mr. Sewell tidak menggubris perkataanku dan hendak menutup pintu. Aku mencegahnya

"Anak anda... Vaclav..ia bisa merasakan pemunduran!" Bagus. Lempar saja semuanya Raellene. Biarkan ia mengira ada gadis gila yang bertamu dirumahnya di siang bolong. Aku beruntung bila ia tidak segera menelepon rumah sakit jiwa.

"Aku masih tidak tahu apa yang anda bicarakan..." Ucapnya tegas "selamat siang!" Ia merapatkan pintu dan aku mulai putus asa.

"Aku menyukai Vaclav!" Teriakku spontan. Tangannya terhenti dan ia melongo menatapku.

"Well, lebih tepatnya.. Aku jatuh..cinta kepadanya?" Nadaku terdengar seperti pertanyaan dan aku merasa konyol. Ia masih terpaku pada posisinya sehingga aku salah tingkah

"Aku hanya ingin bicara...meminta penjelasan sebetulnya.. Namun, apabila anda memang sibuk.." Aku mulai merasa tidak enak hati.

"Kau... Ibumu bernama Magdalene?" Akhirnya ia bersuara

"Ya.."jawabku heran. Kenapa ia menanyakan ibuku?

"Silakan masuk"

Oke. Aku tidak mengira itu berhasil. Tapi, rupanya memang berhasil. Mr. Sewell mempersilahkanku duduk di sebuah sofa panjang dan empuk. Aku masih bergumul dalam hatiku harus memulai bagaimana

"Mau minum?"

"Oh?" Aku terkesiap "tidak terima kasih" aku menolak dengan halus karena tidak ingin merepotkan.

"Jadi.. Ehm" ia berdehem

"Bagaimana anda tahu nama ibu saya?" Tanyaku sopan. Memang itu bukan tujuanku datang kemari tapi ketika ia menyinggungnya..

"Karena kau tampak seperti ibumu ketika ia masih muda" jawab pria yang sudah berumur itu

"Anda kenal ibu saya?"

"Kami satu sekolah dulu. Bisa dibilang aku mengenalnya. Tapi sayangnya, ia tidak mengenalku" ia tersenyum ramah dan aku merasa buruk sekali. Ia kemudian melanjutkan

"Kau menyebutkan tentang perasaanmu tadi, bisa dibilang aku juga.. Menyukai ibumu"

Kau sudah punya mantan istri dan istri baru pak! Sergahku dalam hati

"Hanya sebatas cinta pada masa sekolah saja, kau tahu. Lagipula ia dulu amat berandalan. Aku tidak pernah terlibat dengan masalah seperti itu. Tapi, Maggie.. Ia.. Benar-benar jagoan dalam balapan liar" ia bercerita sambil memandang ke arah jendela seakan-akan menerawang

"Tapi anehnya, ia selalu baik-baik saja. Bekas luka saja tidak ada. Segarispun tidak ada. Aku langsung tahu dirinya yang sebenarnya. Karena kau tahu?" Ia memandangku sekarang " kami selalu mengawasi kalian"

"Aku tahu itu.." Jawabku pelan

"Kau benar-benar mengingatkanku padanya. Ia pasti bangga bisa mempunyai putri secantik anda. Dan ternyata memiliki kemampuan yang sama dengannya"

"Lebih kepada kutukan menurutku pak. Lagipula, sepertinya Vaclav juga mewarisi bakat keluarga yang sangat hebat" sindirku halus.

"Ah.. Val.. Ia memang berbeda bukan? Ia spesial" sambung Mr. Sewell

Sangat. Tambahku dalam hati.

"Anda mengatakan kalau kaum anda mengawasi kami dan tahu keberadaan kami. Tapi, mengapa Val tidak? Ia bahkan sangat kaget ketika ia bisa mengalami pemunduran yang seharusnya hanya akulah yang merasakannya. Lalu mengenai garis keturunan itu. Val segaris dengan siapa? Bagaimana dengan kakak dan adiknya?" Aku memberondong pertanyaanku dengan cepat sehingga Mr. Sewell tampak gelagapan

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang