Bus kuning itu melaju dengan gesit di jalan raya. Kami, para murid tampak cukup menikmati perjalanan. Aku duduk sebangku dengan Amy dan Chelsea di seberang kananku. Mataku menatap punggung Val yang duduk dua bangku di depan Chel, yang kemudian berbalik, memergokiku sedang menatapnya dan tersenyum. Pipiku memerah dan aku membuang muka
Aku bisa mendengar Leia Micht sedang bersenandung di bagian belakang bus, dan melihat Andrew Lynn sibuk memainkan ipodnya. Aku juga menangkap adegan Brian Lowell sedang menggoda Susan Lue yang justru mengacuhkannya. Perjalanan ini akan berlangsung lama
Aku melayangkan pandanganku kembali pada Val, menepis pikiran konyol kalau bus ini akan terjun ke sisi jurang.
Klakson berbunyi nyaring, bus kami menyalip sebuah truk besar
Truk. Yang menghantuiku selama 12 tahun
Tiba-tiba sisi truk menyambar sisi bus dan kaca di barisan kami pecah. Amy menjerit dan mencengkeram tanganku. Dan bus kami menubruk pagar pembatas, dan meluncur
Senandung Leia berubah menjadi teriakan
Chel menangis
Dan punggung Val menegang
Bus terbalik, berputar-putar menuruni lereng. Dan jeritan-jeritan makin melemah, berubah menjadi isak tangis menyedihkan. Bau asam yang familier menyengat hidungku dan pandanganku berputar-putar. Ketika bus berhenti, posisi kami terbalik.
Aku tergantung di kursiku, tertahan sabuk pengaman. Kepalaku pusing dan berdenyut-denyut. Pandanganku memerah, kurasa pembuluh darah di mataku pecah akibat terantuk kursi depan. Aku mencakari tempat dudukku, mencoba melepaskan diri
Amy tidak sadarkan diri. Darah menetes-netes dari pelipisnya namun pundaknya masih bergerak naik turun, menandakan ia masih hidup
Aku menoleh ke kanan, dan mendapati Chel terbaring di dasar -yang sekarang adalah atap bus- rambut pirangnya berbercak merah, menutupi wajahnya. Ia tidak bergerak. Aku mengamatinya lebih lama. Tidak terlihat tanda-tanda kehidupan. Tidak bernapas. Tidak ada lagi Chelsea. Dan ketika aku menyadarinya tangisku pecah.
Leia menangis memanggil-manggil nama seseorang. Susan sedang mengguncang-guncang tubuh Brian dan Andrew tidak terlihat. Kepalaku makin berat, dan aku makin sulit bernapas karena sakit dan karena airmata mulai mengalir melalui hidungku. Sulit kupercaya, ibuku benar
Val.
Ia berdiri dengan lunglai, mengumpulkan tenaga. Menatapku dengan kaget dan menghampiriku dengan susah payah
"Val.."panggilku lirih "Val!!"
Ia mencengkeram kursiku, menekan tombol pelepas sabuk pengaman dan menangkapku ketika gravitasi mengambil alih tubuhku.
"Amy.."bisikku pelan. Menoleh pada Chel "Chel.."
"Sst.."
Aku mengerang dan perasaanku kacau balau. Tangisanku melemah.
Kepalaku meremasku, penglihatanku memburam dan jantungku berdetak tak karuan. Dan aku tahu saatku akan tiba
Val masih memelukku. Memar di bibir kananya dan luka di dahinya tidak mempengaruhi kekuatannya. Ia masih memelukku, meletakkan kepalaku di dadanya sehingga aku bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar kencang namun, entah kenapa aku merasa aman. Aku masih mendengar erangan dan rintihan dari sisi bus yang lain
"kau akan baik-baik saja..percayalah..kau akan baik-baik saja" bisik Val lembut namun suaranya bergetar
"Bertahanlah...kumohon..kau..kita akan baik baik saja" katanya sambil mengurai rambutku.
Aku tersenyum, mengangguk
Mataku memburam dan aku menengadahkan kepalaku, menatap Val ke dalam matanya yang kelabu
Aku menangkupkan tanganku ke wajahnya dengan segenap sisa kekuatanku
Aku tersenyum
"aku tahu"
Dan jantungku berhenti berdetak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed Time
FantasyKetika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimewa. Ia tidak bisa mati. Bukan abadi, hanya berumur panjang. Keadaannya itu membuatnya frustrasi, paranoid, dan berbeda. Sampai ia bertemu Val...