Empat Belas

2.2K 174 0
                                    

Sudah tiga bulan sejak Val menyatakan perasaannya padaku. Aku juga -sangat- tidak keberatan atas pengakuannya itu. Sesudah kami menenangkan diri, Val mengantarku pulang. Tentu saja diawali dengan diriku yang panik karena harus naik kendaraan bermotor itu dan Val yang mencoba menenangkanku dengan kata-katanya yang lembut. Setelah beberapa ciuman kecil, aku berhasil mengatasi serangan panik yang menghampiriku.

Val juga tidak mengantarku pulang tepat di depan rumahku. Hal itu akan membawa tanda tanya besar bagi Mom. Aku yang baru saja kehilangan sahabatku karena kecelakaan lalu lintas, kini pulang dengan motor. Dan seorang cowok! Mom pasti tidak senang. Karena itu aku turun di halte bus dekat rumahku dan beralasan aku pulang naik bus, setelah meneguk beberapa obat anti mabuk darat yang membuatku terlelap sepanjang perjalanan. Obat itu kuperoleh dari apotik terdekat. Alasan yang baik. Mom menerimanya.

Masalah baru yang kuhadapi tentu saja Amy. Ia tidak setuju dengan kenyataan bahwa aku sekarang berkencan dengan Val.

"Kalian baru kenal" bisik Amy, di suatu siang saat kami sedang istirahat. Aku baru saja memberitahunya tentang berita baru tersebut, sehari sesudah insiden itu.

"Lalu? Tidak apa kan? Susan juga bahkan berkencan dengan orang yang TIDAK ia kenal" aku menekankan kata tidak.

"Sama saja kan?" Sambung Amy, matanya melotot.

"Tidak sama" aku memprotes

"Dan lagi, kalian resmi pacaran kapan? Kemarin! Pada hari pemakaman Chelsea!"

"Ia menolongku.."

"Kalian terbawa suasana"'dan sebelum aku membantah, Amy melanjutkan "kurasa kau hanya mencari pengganti Chelsea saja, Rae... Seorang pacar menggantikan posisi sahabat dalam hidupmu"

Aku melengos "kau tidak perlu merasa tersaingi Amy, aku tidak mengganti posisi Chelsea.. Tidak akan pernah. Begitu juga dengan kau dan posisimu dalam hidupku"

"Tetap saja aku merasa tidak yakin dengan hubungan kalian berdua"

"Val orang yang baik"

"Kau tahu darimana?"

"Ia...spesial" ia bisa merasakan pemunduran waktu yang kulakukan, tambahku dalam hati

"Kata semua orang yang jatuh cinta!" Amy bersedekap

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku begitu"

"Oh ya, aku perlu! Aku tidak ingin kau yang masih begitu naif di dunia percintaan ini disakiti oleh seorang cowok"

"Kau terdengar seperti Chelsea"

Ia tidak menjawab. Aku mendesah dan memanggil namanya, memancing perhatiannya.

"Amy..." Kataku lembut. Ia menatapku. Wajahnya masih cemberut

"Aku menyukai cowok ini, oke?"

***

Aku mondar mandir di depan halte bus yang berjarak beberapa blok dari rumahku. Hari ini, setelah 3 bulan lebih beberapa hari, aku akan berkencan -secara resmi- dengan Val. Kuakui sebelumnya kami tidak pernah berkencan, kecuali jalan-jalan ke toko buku atau makan siang di kafe dekat sekolah dihitung sebagai kencan.

Entah apa yang merasuki Val, ia mengajakku keluar hari ini. Tentu saja kutolak dengan halus mengingat situasiku sebagai remaja yang tidak diizinkan berkencan atas berbagai faktor. Pertama, kondisiku yang tidak wajar dimana aku bukan remaja biasa. Kedua, ibuku yang sama paranoidnya denganku tentang kondisi yang tidak wajar itu. Ketiga, ayahku. Tidak ada alasan khusus. Hanya saja seorang ayah dan anak perempuannya memiliki hubungan yang relatif lebih sakral.

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang