Sembilan Belas

1.7K 152 1
                                    

Amy menatap Neal yang sedang asyik mengunyah nugget di piringnya. Amy kemudian melemparkan tatapan siapa-lagi-ini? ke arahku. Aku memegang pundak Amy sambil berdeham

"Ehm, Amy, perkenalkan...ini Neal Hudson. Neal, ini sahabatku, Amy Chang"

Neal memandang ke arah kami dan mengeluarkan senyum khasnya yang lebar.

"Hai, Amy! Rere tidak pernah menyebut tentang teman ceweknya" sapa Neal lalu lanjut mengunyah.

"Rere??"

"Eh, ceritanya panjang" jawabku kikuk. Amy menggeleng lalu mengangkat tangannya ke wajahku.

"Aku harus mencari sesuatu untuk diminum" katanya. Wajahnya dihiasi sejuta kebingungan. Lalu ia bangkit berdiri untuk mencari minuman.

Aku memandang Neal yang masih berjuang menghabiskan makanannya. Aku juga bingung. Sesaat yang lalu, ia masih menyapa diriku dikoridor. Sekarang, ia sudah makan semeja denganku dan Amy. Untuk orang yang baru kukenal, ia yang paling nekad.

"Dimana teman-temanmu yang lain?" Tanyaku, mungkin bisa mendapat alasan untuk mengusirnya.

"Aku orang yang sosial Rere, semua orang di sekolah ini adalah temanku" jawabnya singkat. Aku terhenyak dan mendengus kesal. Sesaat, Neal tampak seperti Chelsea versi cowok.

Lalu aku melihat Val. Ia membawa bakinya dan matanya mencari-cari tempat untuk duduk. Aku memandangnya lekat-lekat dan jantungku langsung berdebar. Terutama ketika matanya bertemu mataku. Matanya yang kelabu. Aku merindukannya.

Dan ia membuang muka, tentu saja. Bukankah ia menyatakan kalau ia tidak ingin melihatku lagi? Dan ia berjalan melewati meja kami sampai aku salah tingkah. Lalu ia menggebrak bakinya ke meja di belakang kami dan duduk membelakangiku. Aku mendesah kecewa.

"Kau naksir Vaclav?" Entah sudah berapa lama Neal menatapku. Wajahnya yang biasanya ramah berubah serius.

"Kau kenal dia?"

"Ya, kami sekelas di kelas sastra.. Apa kau naksir dia?"

Aku mantannya jawabku dalam hati. "Hanya suka melihatnya"

"Sayang sekali, tampaknya ia menyukaimu"

Aku tersedak.

"Ia sering melihatmu di lapangan olahraga. Aku melihatnya karena tempat dudukku tepat di belakangnya. Ia menoleh keluar jendela dan menatap seseorang di bawah sana. Kelas sastra kami bertepatan dengan jam olahragamu. Ia suka senyum-senyum sendiri. Mengerikan"

"Tahu darimana kalau ia memperhatikanku?" Aku benar-benar gugup sekarang. Benarkah demikian?

"Entahlah mungkin hanya perasaanku saja. Tapi waktu kelas sastra yang barusan, ia tidak melihat lagi ke lapangan. Mungkin ia bosan" lanjut Neal enteng.

Aku melirik lagi ke punggung Val lalu menelan kekecewaanku dengan minuman sodaku.

***

Kadang-kadang Neal suka membuntutiku kemana-mana. Kadang-kadang juga ia menghilang dan tidak kelihatan. Mungkin ia benar tentang dirinya yang amat sosial. Berbeda denganku yang anti-sosial. Pantas saja aku tidak cocok dengannya.

Hari ini genap sebulan hubunganku dengan Val berakhir. Dan aku merayakannya bersama Neal dan Amy di kafe dekat sekolah. Amy tidak begitu keberatan dengan kehadiran Neal. Ia sesekali tertawa mendengar lelucon-lelucon konyol yang dilontarkan cowok itu. Aku sedikit bersyukur karenanya, bisa melihat Amy tertawa lagi. Jadi, aku membiarkan saja makhluk senyum itu mengikuti kami.

Ia juga tidak pernah kehabisan bahan omongan. Misalnya sekarang, setelah Amy pamit pulang duluan, aku terjebak bersamanya, mendengarkan ocehannya tentang beruang.

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang