Suara jarum jam berdetik-detik memenuhi kepalaku. Aku memain-mainkan ballpoint di tanganku dan memandang lurus ke arah papan tulis. Mrs. Quell sedang asik menerangkan pelajarannya dan rambutnya berkibas-kibas seiring gerakan kepalanya
**
Air bergemuruh meluncur turun dari pancuran. Aku memandang genangan air yang tergenang di bawah kaki di lantai kamar mandi yang dingin, yang menimbulkan lingkaran-lingkaran kecil tiap kali tetes-tetes air menjumpainya.
**
Suasana pinggir jembatan kali sedang ramai. Aku meremas-remas pinggiran pagar jembatan dan memandang lurus ke bawah. Air sungai mengalir deras dan dihiasi riak-riak sepanjang mata memandang.
**
Lampu itu masih berganti-ganti. Atas. Bawah. Atas. Bawah. Walaupun memiliki warna kuning yang sama, entah mengapa sangat menganggu pikiranku.
***
Mrs. Quell masih sibuk dengan catatannya di papan. Aku bisa mendengar seseorang berbisik di telingaku tapi aku tidak yakin siapa. Aku masih memandang kosong ke depan dan semua suara di sekitarku semakin memudar.
Baik suara jarum jam, goresan pensil di kertas, cekikikan cewek-cewek yang duduk di belakang sampai bisikan khawatir dari Amy.
**
Aku masih mematung di bawah pancuran. Handuk yang membalut tubuhku sudah basah kuyup sekarang. Tetes-tetes air meluncur turun dari bulu mataku seperti airmata. Atau mungkin itu memang airmata?
**
Orang-orang berlalu lalang di pinggir jembatan itu. Tapi aku tidak berminat untuk memperhatikan mereka. Seorang pria muda sedang menelepon dengan seseorang berhenti dan berdiri disebelahku. Ia bercerita dengan suara keras.
**
Lampu kuning itu masih berganti-ganti. Sekarang, bau karat dari rel kereta yang kududuki mulai mengusik indera penciumanku. Aku mengernyit.
***
Aku berdiri secara tiba-tiba. Seluruh pasang mata di kelas menatapku sekarang.
"Rae..!" Amy terpekik tertahan.
"Ada masalah Ms. Sullivan?" Tanya Mrs. Quell, ia tampak terkejut.
Aku tidak menjawab dan melangkah menuju pintu tanpa ragu sedikit pun.
"Ms. Sullivan!!" Tegur Mrs. Quell namun aku mengacuhkannya. Kakiku terus berjalan. Keluar dari kelas, menuju tangga ke arah atap sekolah. Dan tidak berhenti sebelum tiba di pinggirannya.
Aku memanjat pinggiran atap dan berdiri dengan tegap. Angin bertiup menyapu rambut dari wajahku.
"Raellene!!" Terdengar suara Amy yang melengking tinggi. Tapi semua sudah terlambat.
Aku mengambil satu langkah ke depan dan tubuhku langsung menuju ke tanah yang keras dan padat di bawah.
**
Aku memandang besi kecil di antara jari-jariku itu. Pinggirannya yang tipis berkilat-kilat terkena cahaya lampu. Aku mengatur suhu air yang keluar dari pancuran menjadi lebih tinggi dan uap-uap panas seperti kabut memenuhi seluruh ruangan.
Kusentuh pinggiran benda itu dan segera saja di ujung jariku terbentuk garis merah yang pedih. Tanpa pikir panjang lagi benda itu mengiris pelan daging pergelangan tanganku dan seiring berjalannya benda itu kutekan semakin dalam.
Rasanya sakit.
Seluruh air di bawah telapak kakiku berubah merah dan aku jatuh terduduk entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed Time
FantasyKetika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimewa. Ia tidak bisa mati. Bukan abadi, hanya berumur panjang. Keadaannya itu membuatnya frustrasi, paranoid, dan berbeda. Sampai ia bertemu Val...