Semua mata saat ini tertuju pada Val. Lenganku di pegang erat oleh si Botak dan menarikku supaya berdiri. Val mengulangi perkataanya.
"Lepaskan dia.."
"Atau apa Jagoan? Kau mau beraksi pahlawan yah? " si Tindik menjawab sambil tertawa diikuti oleh teman-temannya.
"Atau kalian kulaporkan pada polisi"
Apa? Polisi? Oke menurutku itu pilihan bijaksana, namun di saat yang bersamaan tidak terdengar jantan. Aku mendengus
"Hahaha..polisi?! Kau ini benar-benar cowok, man.. Cowok banci!" Si Tindik meludah ke tanah "Cih...pulanglah ke ibumu"
"Baiklah.. Kalian yang memintanya" ia berbalik menuju motornya "akan kusuruh ibuku menelpon polisi untuk kalian" katanya keras-keras.
Si Tindik memberi sinyal kepada temannya yang satu lagi yang berambut pirang gondrong tidak teratur. Si pirang merangsek maju, dan menyerang Val. Tiba-tiba saja kedua orang itu sudah bergumul di tanah. Saling meninju dan menendang.
"Hentikan!! Hentikan dia" aku berteriak memohon. Val kalah besar dari si Pirang. Ia bisa kalah
"Diamlah jalang!!" Bentak si Botak. Aku menoleh dan meludah ke wajahnya, tepat dimatanya. Ia mengerang dan aku membebaskan diri menuju si Tindik. Aksi bodoh memang karena ia dengan mudah mengalahkanku lagi.
"Hentikan mereka" desisku. Tak lama, si Pirang terlempar ke arah kami. Rupanya Val lebih unggul darinya. Mungkin Val karena ia baru saja ditopang kafein sedangkan si Pirang mandi alkohol.
"Jadi, " Val mengelap darah dari bibirnya " mau melepaskannya atau tidak?"
"Tergantung" jawab si Tindik. Ia mencengkeram pinggangku sampai aku meringis kesakitan.
"Hei!!"
Tapi si Tindik tidak berhenti. Ia kemudian mendorongku hingga jatuh dan menginjak punggungku.
"Kalau mau berkelahi, carilah lawan yang pas brengsek!!" Val memaki dan menerjang maju. Tapi sebelum ia sempat menyentuh si Tindik, kedua lawannya menangkap lengannya dan menyandarkannya ke dinding.
Ia kalah jumlah, tapi belum menyerah. Ia menendang-nendang dan memberontak sebelum si Tindik mengacungkan pistol ke wajahnya.
***
Suasana gang seketika itu menjadi hening. Val tidak memberontak lagi sekarang, tapi kemarahan masih terbakar di wajahnya. Dan aku terlepas dari injakan si Tindik, bangkit berdiri mencoba mengendalikan situasi.
"Jangan!"
Si Tindik menoleh. Tampangnya sangat mengerikan saat ini.
"Kalian mau diriku kan? Aku ....akan ikut dengan kalian......Tapi lepaskanlah dia" suaraku amat gugup sekarang.
"Rae..!" Val memprotes dan justru di hantamkan lagi ke dinding
"Diam!" Bentak si Pirang.
"Well well pussycat... Mau menjadi kucing yang jinak rupanya.. Sayang sekali, kalau kami melepaskan cowokmu..dia akan melapor" si Tindik menyentuh pipiku. Aku mengelak
"Dia bukan 'cowokku'.. " aku mendesis. "Dan kalau kalian membunuhnya, suara tembakan pasti terdengar dan kalian akan tertangkap lebih cepat karena kalian harus membawaku...dan aku pasti akan memperlambat pelarian kalian"
"Kalau begitu..." Si Tindik menimang-nimang pistolnya "kau juga akan kubunuh"
"Kalau begitu.." Aku memantapkan suaraku "kenapa tidak sekarang saja?"
Semua tampak terkejut. Terlebih Val. Tapi inilah jalan keluar dari situasi ini. Apabila aku mati sekarang, aku bisa memutar waktu dan menghindari bertemu preman-preman ini. Aku harus membuatnya menarik pelatuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/4035722-288-k689772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed Time
FantasyKetika kematian tidak bisa menghampirimu... Rae seorang gadis biasa saja. Tapi ada 1 yang membuatnya istimewa. Ia tidak bisa mati. Bukan abadi, hanya berumur panjang. Keadaannya itu membuatnya frustrasi, paranoid, dan berbeda. Sampai ia bertemu Val...