Dua Puluh Enam

1.7K 157 1
                                    

Matahari semakin condong ke barat, memancarkan warna-warna senja yang menentramkan hati. Oranye, kuning, merah, bercampur menjadi sebuah sinar di langit yang meleleh di awan-awan. Dipadukan dengan angin yang bertiup lembut, aku menengadah ke angkasa sambil mencoba menenangkan pikirnku.

Namaku Raellene Sullivan, aku adalah seorang Underhand. Aku bisa mati dan kembali hidup, setidaknya sampai tubuhku tidak mampu lagi memperbaiki diri sendiri maka saat itulah aku akan benar-benar mati.

Aku mencintai seorang pria yang seumur lebih tua dariku. Vaclav Sewell. Ia pujaan hatiku sekaligus musuh bebuyutanku. Ia adalah seorang Jinx. Pembunuh bayangan para Underhand. Mereka mampu menghabisi kami apabila kami tidak lebih dulu membunuh mereka. Bersenjatakan takdir dan maut, kami berperang. Selama ini, kami, Underhand selalu juara.

Tapi, tidak bagi Val.

Ia harapan bagi seluruh kaum Jinx untuk melepaskan mereka dari kutuk kematian muda. Ia tangguh dan melawan kematian, melawan waktu yang kumundurkan. Ia yang akan menyelesaikan permasalahan kami

Dengan cara 'membunuh'ku.

Karena itu, aku bertekad waktu yang tersisa, akan kuhabiskan bersama dengan Val walaupun ia akan menyakitiku, aku tidak peduli lagi.

Aku terlanjur mencintai Vaclav Sewell

***

"Kau memanggilku kemari?" Val entah sejak kapan sudah berada di sampingku.

"Ya..ada hal yang ingin kubicarakan..di tempat kau sering men..gangguku" jawabku pelan-pelan sambil melayangkan pandangan ke seluruh atap sekolah tempat ia selalu..

"Menyakitimu.. Disini aku selalu..menyakitimu" Val menyelesaikan pikiranku. Aku tersenyum.

"Karena itu, aku ingin mengubahnya" kataku

"Aku ingin kita rujuk"

Val tidak bereaksi

"Aku sudah mengetahui segalanya Val, kau tidak perlu takut padaku.. Aku tidak akan membawa masalah bagimu" lanjutku.

Ia masih tidak bereaksi

"Aku merindukanmu" bisikku di sela-sela angin.

"Bagaimana denganku?" Akhirnya Val bersuara "apakah aku bisa membawa masalah bagimu?"

Aku menelan ludah lalu mengulas senyum "aku akan selalu kembali kan?"

Ia tampak sangsi

"Sekeras apapun usahamu mengusirku pergi, aku akan selalu kembali kepadamu, Val. Lihat saja sekarang" kataku seraya merentangkan tanganku lebar-lebar, menunjukkan bahwa aku ada disini.

Lalu ia memelukku. Erat, bukan, sangat erat hingga aku sulit bernapas

"Val?"

"Maafkan aku Rae.. Aku...aku juga merindukanmu" ia berbisik ke telingaku. Aku menahan airmata di pelupuk mataku. Kubalas pelukannya. Aroma Val yang khas menusuk hidungku, sampai ke relung hatiku, menentramkan perasaanku.

"Mulai sekarang, aku akan berada disisimu"

***

Sudah 3 minggu berjalan semenjak aku rujuk dengan Val. Dan ia menepati janjinya, tidak sekalipun ia meninggalkan aku sendirian. Kami menjadi lebih dekat daripada sebelumnya. Tiap kali aku menoleh, wajahnya selalu memenuhi penglihatan mataku.

Amy tentu saja tidak begitu setuju dengan ideku yang berbaikan dengan Val (walaupun sebelumnya kami tidak bertengkar) tapi ia juga tidak sedingin sebelumnya.

Selain itu, satu hal juga berubah. Neal tidak pernah bertemu denganku lagi. Ia menghilang begitu saja, dan jujur saja, aku mengkhawatirkannya.

Saat ini, aku dan Val sedang berada dalam perjalanan menuju padang rumput tempat kencan pertama kami. Kuakui, meskipum takut mengendarai motor dengan Val, aku merindukan momen ini, dimana aku bisa memeluknya dari belakang dan berharap kendaraan ini terus melaju.

"Siapa yang menyangka kau akan berumur 18 tahun besok" kata Val ketika ia berbaring di sisiku. Aku sedang menikmati pancaran sinar matahari di antara dandelion

"Selamat untuk setahun lagi" kataku setengah bercanda.

"Maksudmu?" Suara Val terdengar tajam dan dingin. Aku mencubit perutnya pelan

"Bercanda"

Ia tidak tertawa dan hanya memungut iPhonenya dan sebuah lagu berkumandang dari speakernya.

"Let Your Heart Hold Fast" aku menebak.

"Benar sekali" Val menarikku ke dalam rangkulannya dan mengacak-acak rambutku. Aku berseru kesal. Ia tertawa terbahak-bahak dan aku tidak kuasa menahan tawaku sendiri.

Setelah selesai tertawa, kami bertatapan lekat-lekat.

"Kau tidak akan meninggalkanku lagi kan?" Bisikku

"Aku akan selalu berada disisimu, kan sudah kubilang" jawabnya

"Janji?"

Ia tidak menjawab dan menempelkan bibirnya pada bibirku.

Reversed TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang