'Disini aku menunggu mu '
**
"Masuk"
Ketika sebuah ketukan menghentikan fokusnya saat membaca sebuah file
Terdengar suara pintu yang terbuka , membuat wanita yang telah satu abad itu melihat kearah pengetuk pintu itu
"Ada apa ,Adlin ?" sebuah suara tua terdengar tenang
Adlin memberi menundukkan badannya dengan tegap lalu kembali mengangkat wajahnya menatap nyonya didepannya
"Apa nyonya telah melakukan kasus diperusahaan orang tua ,(namakamu) ?"
"Bahkan aku belum melakukan rencana pertama ku , memperingati (namakamu) dengan cara baik-baik . Darimana mungkin aku melakukan kasus itu "
Adlin terdiam
Wanita tua itu menatap Adlin dengan tajam
"apa kau melakukannya tanpa membritahu aku , Adlin ?"
Adlin menggelengkan kepalanya
Wanita tua itu menyipitkan kedua matanya
"Ibu (namakamu) koma , perusahaan ayahnya tengah disita dan sekarang (namakamu) tidak bersekolah , abang nya tidak diketahui dimana sekarang , aku fikir ini semua rencana nyonya"
Wanita tua itu menghela nafasnya pelan
"Aku belum sama sekali menyentuhnya , Adlin , belum "
Adlin berfikir
Wanita tua itu menatap tajam kearah depannya
"siapa musuh , (namakamu) ?"
**
'Ketika sang matahari pun tak sanggup untuk menghangatkannya'
**
"jadi pembagian proyeksi itu terbagi dari beberapa negera , yaitu ..."
Guru itu terdiam seketika saat Iqbaal memasuki kelas dengan keadaan berantakan . Rambut nya yang acak-acakkan , baju nya yang keluar , blazernya yang hanya digenggam , tas ransel yang tipis , dasi yang belum terpasang , wajah dingin dan tangan yang diperban
"Kenapa kamu baru datang , Iqbaal ? saya tahu kamu adalah pemilik sekolah ini , tapi setidaknya kamu menghormati dan menjadi panutan di—"
Iqbaal menatap dingin kearah guru yang menatapnya tajam
"Kalau kau tidak senang , aku akan mengeluarkan mu sekarang juga "dengan suara datarnya dan tatapan dinginnya ia mengeluarkan kalimat itu
Semua terkesiap dan terkejut
Guru itu mengepal gelisah tangannya , ia menundukkan kepalanya takut
Iqbaal berjalan pelan kearah bangku kosong , bangku paling belakang
Ia tidak memperdulikan tatapan sahabat-sahabatnya, ini bukan dirinya lagi semenjak (namakamu) pergi entah kemana
Ia duduk dengan tangan mengambil sebuah bungkus didalam saku celananya
Membuka bungkus itu , mengambilnya satu batang dan meletakkan bungkus rokok itu diatas meja
Menyalakan rokoknya dengan mancis yang telah ada
Menatap kearah jendela kelasnya dan menghisap rokok itu
Dia tidak memperdulikan tatapan-tatapan terkejut
Fikirannya telah penuh oleh pertanyaan 'dimana (namakamu) ku?'
Iqbaal melampiaskan rasa sesaknya dengan memukul cerminnya hingga darahnya mengalir
Ingin rasanya menggores ke urat nadinya sebuah serpihan kaca itu , tapi rasa sesaknya membuatnya lemah akan itu
Iqbaal menutup kedua matanya , satu tetes airmatanya jatuh saat kembali ia mengingat tentang (namakamu) nya
Seberapa banyak ia menghisap rokok itu , tetap rasa rindu ini begitu mengekangnya
'kenapa kau kembali merebut kebahagiaan ku , Tuhan ?'
Iqbaal menendang meja nya dengan kuat
BRAK !
Semua terkejut bahkan riuh
Iqbaal menjambak rambutnya dan meninju dinding dibelakangnya dengan kuat
BUGH!
Bahkan Aldi menahan Iqbaal
"Tenang , Baal, oke ? tenang "bisik Aldi dengan suara beratnya
Kiki bersekap dada
"bisa semuanya keluar ?kami butuh privasi"
Tanpa diminta semua keluar dari kelas
Iqbaal mencoba melepaskan dirinya dari Aldi , tapi Aldi tetap menahannya
"gue bilang tenang , Baal "bisik Aldi menahan Iqbaal
"AKU HANYA BUTUH (NAMAKAMU) ! (NAMAKAMU) KU!"teriak Iqbaal kuat
BUGH!
Kiki melayangkan tinjuannya kepada Iqbaal
Iqbaal terjatuh ke lantai dengan keras , darah meluncur dari sudut bibirnya
Aldi menatap Kiki dengan tajam
"GUE BILANG UNTUK KONTROL DIRI LO ,BANGSAT ! GUE SAKIT LIHAT LO SEPERTI INI LAGI ! KONTROL DIRI LO ! "teriak Kiki kuat
Iqbaal menangis didalam sakitnya
"AKU HANYA INGIN (NAMAKAMU) ! DIA DIMANA ! AKU HANYA INGIN DIA !"teriak Iqbaal
"KIKI ! UDAH KI"
"GUE MAU DIA SADAR!"
"LO BUKAN BUAT DIA SADAR ! LO NGEBUNUH DIA !"
Kiki melepaskan dengan kasar tangan Aldi yang menahannya ,Aldi mencoba menegakkan Iqbaal dari jatuhnya
"Sekarang bangun , dan kita akan cari (namakamu) "bisik Aldi pelan
Iqbaal menggelengkan kepalanya
"Aku takut dia menangis , aku takut dia marah , aku takut dia tidak ingin menemuiku , aku takut ..—"
Aldi mengusap rambut Iqbaal dengan lembut
"Lo kangen sama dia kan ? terserah dia mau bilang apa , asal lo nggak akan kayak gini lagi"
Iqbaal menangis
Kiki mengusap airmatanya secara diam-diam
Aldi meneteskan airmatanya
'ketika aku lemah, aku membutuhkan hujan '
**
Bersambung