Chap 22

6K 509 5
                                    

'Aku mengharapkan kata baik dimasa depan ku kelak '

**

Menatap jam ditangannya yang telah menunjukkan jarum jam ke angka 8 , Iqbaal mengetuk stir mobilnya dengan pelan

Dengan tatapan kearah pekarangan rumah (namakamu)

Sudah hampir 2 jam lebih Iqbaal menunggu (namakamu) di dalam mobilnya untuk berangkat sekolah bersama

Dan baru kali ini Iqbaal menunggu seperti ini , biasanya (namakamu) dalam kurun waktu 2 menit telah berada di mobilnya

Tapi sekarang

Kembali Iqbaal melihat jam tangannya

Melirik kearah handphone nya yang tergeletak di dashboardnya

"Telepon ? tapi aku takut dia terganggu "gumam Iqbaal serbasalah

Iqbaal menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuknya

Dan kembali melirik handphone nya

"Terserah lah , mau dibilang mengganggu yang penting aku nggak khawatir "dan dengan cepat Iqbaal menelepon (namakamu)

Terdengar nada sambung tanda masuknya panggilannya

'halo '

Iqbaal merasakan nafasnya terhenti tiba-tiba saat mendengar suara lembut diujung sana

'(namakamu) kan ?'

'ya , ini siapa ?'

Iqbaal bernafas dengan lega kemudian tersenyum

'sayang ini Iqbaal , kamu sekarang dimana sih ? aku udah nunggu kamu seperti biasa, kamu dimana cinta ?'

Seketika keheningan muncul diujung sana

Iqbaal mengernyitkan dahinya

'halo (namakamu) ? kamu masih disanakan?'

'o-oh ak-ku lupa kasih tahu kamu , aku ada diluar kota jadi aku belum bisa masuk sekolah '

Iqbaal merasakan badannya lemah seketika

'kamu diluar kota ? kenapa baru bilang sekarang ?'

'ka-karena waktu flight aku matikan handphone aku jadi aku nggak bisa ngabarin kamu , aku cape ,Baal '

Iqbaal menghembuskan nafasnya pelan

'jadi sampai kapan kamu disana ?'

'ak-ku nggak tau , Baal , tunggu kabar dari orang tua aku '

Iqbaal menundukkan kepalanya

'ada acara apa memang disana ,sayang ?'

Terdengar hembusan nafas berat diujung sana

'keluarga aku ada yang menikah , ja-jadi aku harus kesana ngurus semuanya '

Iqbaal menjadikan stir mobilnya sebagai bantalannya

'aku kangen sayang , kangen kamu '

'Maaf ..'suara lemah diujung sana membuat Iqbaal kembali sesak

'apa aku boleh mengunjungi kamu ? aku mau—'

'jangan ! '

Suara bentakan kuat dari ujung sana membuat Iqbaal terdiam

'kamu terganggu dengan adanya aku , (namakamu) ?'Iqbaal mengeluarkan suaranya dengan pelan

Helaan nafasnya kembali terdengar

'maaf , aku lagi dalam masa datang bulan , jadi agak sensitive , yaudah ya Baal , aku dipanggil mami , bay '

CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang