Episode 8

614 90 8
                                    

Berbagai argumen beradu di dalam kepala Peter. Dia berulang-ulang membaca kata "Pottasium" yang tertulis jelas di bagian badan tabung kecil yang ia temukan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" suara itu tiba-tiba menerjang gendang telinga Peter, tubuhnya terkesiap, dengan sigap ia menyembunyikan barang temuan itu di belakang punggungnya, dan untuk beberapa saat Peter bergeming di tempat.

"Peter?" panggilan Alex berhasil menyadarkannya. Peter segera menormalkan posisi berdirinya dan dalam beberapa detik saja ia sudah mampu mengatasi rasa terkejut yang mendera. "Hmm--Aku ingin mengambil minum, tiba-tiba saja aku merasa haus," jawabnya sesantai mungkin.

Hening. Mereka berdua sama-sama terdiam, yang terdengar hanyalah suara detak jam besar di dinding ruangan.

"Sebaiknya aku kembali ke kamar," ucap Peter memecah keheningan.

"Tunggu!" cegah Alex saat Peter baru saja akan membuka langkah.

Alex memiringkan kepalanya, "Apa yang sedang kau sembunyikan?" lanjutnya sedikit menginterogasi.

"Maksudmu? Aku tak menyembunyikan apapun," Peter tersenyum canggung, walaupun saat ini jantungnya telah berdegup cepat.

Alex tak melontarkan jawaban apapun, namun perlahan langkahnya mulai terbuka. Selangkah, dua langkah, tiga langkah, hingga jarak diantara mereka semakin dekat.

Peter diam di tempatnya, untuk sesaat ia memejamkan mata seraya mengucapkan berbagai mantra yang diharapkan bisa menghentikan waktu saat ini juga. Tapi sepertinya ini hanya akan percuma saja, karena sekuat apapun ia mencoba, waktu akan tetap berjalan.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Peter.

Alex tetap menatapnya dengan tatapan curiga tanpa menjawab sepatah katapun.

Namun tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang berasal dari kamar Alex, pandangannya langsung teralihkan. "Kembalilah ke kamarmu, aku harus mengangkat panggilan," pesannya sambil berbalik pergi ke kamar.

Peter menghembuskan napas lega, ia memegang dada, mencoba merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, anak itu pun segera kembali ke kamar.

***

Cahaya matahari menyeruak masuk melalui celah-celah jendela, membuat Peter yang merasa silau mengernyitkan dahinya. Anak itu membuka mata dan mengerjap beberapa kali, berusaha memperjelas pandangan yang semula kabur.

Ia bangkit dari posisi tidur lalu menjejalkan kedua kakinya kedalam sandal tidur berbentuk kepala beruang.

Peter berjalan menuju ke ruang makan, "Good morning Peter!" sambut Alex ramah saat Peter menghampirinya.

"Good morning!"

"Ayo sarapan bersamaku."

Peter mengangguk lalu ia menarik salah satu kursi untuk duduk. Dia mengambil dua lembar roti tawar lalu mengoleskan sedikit selai coklat di salah satu sisi roti tersebut.

"Shawn Mendes"

Mendengar nama itu disebutkan, dengan gerakan cepat Peter melirik ke arah sumber suara.

"Shawn Mendes seorang penyanyi terkenal ditemukan tak sadarkan diri di sebuah perpustakaan kota."

Peter menajamkan pendengaran dan memicingkan matanya ke arah layar televisi, mencoba memastikan bahwa ia tak salah dengar.

"A--apa itu benar-benar Shawn?" tanyanya ragu.

"Apa?" Alex melirik ke arah televisi lalu melanjutkan, "Ah ya, hampir saja lupa! Itu memang Shawn, aku baru saja mendapatkan kabar itu dari managernya."

The Journey [Shawn Mendes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang