Episode 11

600 85 4
                                    

Dengan bibir bergetar dan lidah kelu, Shawn berhasil melontarkan satu kata yang tidak seharusnya.

"Ca--Ca--Calista?

Gadis yang dipanggil Calista itu menatap lekat-lekat ke arah Shawn, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu dia tertawa sinis, "Ternyata keadaanmu baik-baik saja setelah membunuh---"

"Hentikan! Cukup! Aku sudah muak mendengar setiap orang selalu mengatakan hal sama kepadaku," sela Shawn dengan kekesalan yang kini terbit dalam hatinya, kesabarannya selama ini telah benar-benar terkuras habis.

Calista terkejut, namun ia mampu menyembunyikan semua itu.

"Siapa kau sebenarnya? Baru saja kemarin aku mendatangi pemakamanmu, tolong jangan datangkan masalah baru untukku." tukas Shawn penuh emosi.

"Kau hantu?" Pertanyaannya mungkin terdengar konyol. hantu? Ya, Shawn rasa dirinya telah berhalusinasi atau mungkin sudah mulai gila karena semua ini.

Tidak mungkin. Itulah kalimat yang seolah terpampang besar dalam pikiran Shawn. Inilah wajah yang beberapa hari lalu ia lihat dengan darah bercucuran. Inilah gadis yang beberapa hari lalu membuatnya khawatir setengah mati. Mereka adalah dua orang yang sama.

Shawn memejamkan mata kuat-kuat, berharap setelah ia membukanya, gadis itu menghilang seketika. Namun nyatanya tidak, gadis itu masih tetap berdiri disana dan menatapnya dengan tatapan sedingin bongkahan es.

Calista tertawa samar untuk yang kesekian kalinya, "Ya, mungkin aku telah menjelma menjadi hantu setelah kau membunuh kakakku."

Shawn terdiam, mencoba mencerna setiap patah kata yang Calista ucapkan.

"Kakakmu?" Shawn balik bertanya, hanya sekedar memastikan indera pendengarannya masih berjalan dengan baik. Dahinya berkerut dan ia menautkan kedua alis, menandakan bahwa kini ada sebuah tanda tanya besar dalam pikirannya.

"A--apa kalian kembar?" lanjut Shawn setelah sekian lama bungkam.

Calista menaikkan sebelah alisnya, "Menurutmu?"

Gadis itu berdecih, "Seharusnya saat ini kau sudah membusuk di penjara! Tapi ya--" dia menggantung ucapannya, "Kau memiliki uang, popularitas, dan ketenaran."

Tubuh Shawn memberontak, "Kau pikir aku bisa bebas karena uang?" Balasnya tajam. "Aku bebas karena aku memang tak bersalah, kakakmu lah yang menerobos jalan dan menabrakkan diri ke mobilku. Tapi kenapa semua orang mencap aku sebagai pembunuh," tukasnya berapi-api, namun tak dipungkiri keadaan hatinya yang terpukul tetap terdengar dalam nada suaranya. Seandainya saja gadis dihadapannya ini adalah seorang pria, mungkin dia sudah babak belur dibuatnya. Kau beruntung dilahirkan sebagai seorang wanita, Cal.

Calista menatap kosong ke sembarang arah, dia tak menggubris ucapan Shawn sama sekali. Perlahan cairan hangat mulai terbendung di kedua matanya.

"Bahkan kau membunuhnya saat aku belum sempat bertemu dengannya sekalipun," lirih Calista penuh kepedihan.

Shawn terdiam, begitupun dengan dirinya. Hingga tanpa sadar suasana hening yang membelenggu membuat pikirannya berkelana menuju kejadian 3 tahun lalu, kejadian yang mampu membuat luka hatinya kembali terbuka lebar, kejadian yang selalu membuat air matanya terkuras tak terkendali.

Flashback ON

Calista POV

Aku menyampirkan tas berat ini di salah satu bahuku. Hari sudah larut, namun malangnya aku masih berada dalam perjalanan pulang. Seperti rutinitas biasanya, aku selalu mengikuti les piano dua kali dalam seminggu, dan kebetulan saja guru pianonya datang terlambat hari ini, hal itulah yang membuatku pulang terlambat juga.

The Journey [Shawn Mendes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang