Ruang kamar dengan warna dinding biru langit, beberapa hiasan kartun, dan mainan berserakan menjadi pemandangan pertama yang menyapa. Peter tersentak, tubuhnya terdorong kuat hingga tersungkur ke atas tempat tidur.
Dia mengerang pelan, lalu sepersekian detik kemudian memijat kepala dengan jari-jari tangan. Rasa sakit tak tertahankan menusuk kepalanya tanpa ampun.
Peter mengerjapkan mata beberapa kali. Seiring berjalannya waktu, rasa sakit mulai hilang. Dia duduk terdiam, menyapu pandangan ke segala sudut ruangan, lalu tersenyum.
Pintu yang semula tertutup, dia buka keras-keras. Peter berlari keluar, menghampiri bangunan mewah di samping rumahnya.
"Cal? Calista? Kau di dalam?" teriaknya sembari mengetuk pintu dengan tak sabar.
Tidak ada jawaban, namun seseorang tiba-tiba menyentuh pundaknya lembut. "Aku disini, Shawn."
Calista. Dia Calista.
Kedua mata Peter berbinar, dia menatap gadis kecil di hadapannya penuh kerinduan. "Kau kembali."
"Ya, aku berhasil kembali."
Jawaban yang dilontarkan Calista kecil membuat Peter mengerutkan kening heran. "Wait Cal," jeda sejenak. "Kau mengingatnya?"
"A--aku."
Cal tak meneruskan ucapan, Peter menarik tangan gadis itu dan membawanya ke taman belakang rumah. Mereka duduk di salah satu kursi dekat air mancur.
"Bagaimana bisa kau mengingat semuanya?" Peter bertanya to the point.
Ya, ada kesalahan yang terjadi. Sebelum kembali ke dunia masa kecil, Asa datang untuk menemui Peter. Dia mengatakan bahwa semua ingatan tentang kejadian yang terjadi di masa depan akan lenyap. Asa mengatakan bahwa tak ada satupun kejadian yang akan Peter ingat, begitupun juga dengan Cal.
Peter menundukan kepala menahan sedih. Tidak, dia tidak ingin melupakan semua yang terjadi di masa depan. Dia harus mengingat setiap keping kejadian, agar dirinya bisa merubah takdir hidupnya sendiri, bersama Cal.
Dari mulai kematian Cassandra, karir Shawn yang hancur, dan keterpurukan dirinya di masa depan. Dia tidak ingin semua itu terjadi, dia mempunyai tekad kuat untuk merubahnya menjadi lebih baik.
Hingga secercah harapan datang. Peter tak sengaja menemukan buku tua yang sebelumnya ia pinjam dari perpustakaan, kalian ingat?
Di dalam buku tentang time portal itu tertulis, jika Peter membawa sesuatu dari masa depan ke masa lalu, maka ingatan mereka akan tetap terukir, tanpa kata lenyap.
Awalnya memang dia ragu. Apakah mempertahankan ingatan di masa depan adalah pilihan yang tepat? Ia hanya takut bahwa hal itu akan berpengaruh buruk pada kehidupan masa kecilnya.
Namun keraguan itu berhasil diruntuhkan oleh tekad. Peter berjalan mendekati gitar-gitar Shawn yang berjajar rapi. Raganya diam, namun matanya menelisik kesana kemari, mencari sesuatu yang cocok dibawa ke masa lalu. Sampai akhirnya anak itu berhasil menemukannya.
Yaitu pick gitar dengan tandatangan Shawn di atasnya. Pilihan tepat.
•••
Peter terdiam sambil memegangi pick gitar di tangan. "Aku mengingat semuanya."
Jeda sejenak, Peter mengangkat pandangan, menatap Cal lurus. "Dan kau?"
"Ingatanku tidak menghilang, Pete. Tapi apa gunanya, yang tergambar dalam otakku hanyalah ruangan serba putih, tabung panjang yang membelenggu, dan Asa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey [Shawn Mendes]
FanficMasa depan. Sesuatu yang abstrak, tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Namun, jika diberi kesempatan untuk singgah dan melihat gambaran diri kita beberapa tahun ke depan, maukah kalian? Sem...