Shawn meraih kenop pintu dan membukanya. Orang yang meminta dirinya datang tengah duduk seraya membaca berbagai berkas berserakan di meja.
"Kau datang?" sapanya dengan raut wajah lelah.
Shawn melangkah masuk lalu duduk di hadapan managernya.
"Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Aku tau kau baru saja keluar dari Rumah sakit, ini bukan waktu yang tepat, tapi--"
"Bicaralah, aku sudah mulai terbiasa dengan situasi seperti ini," sahutnya ketus.
"Hmm baiklah, kau tahu? Kontrakmu bersama island akan segera berakhir, dan--" jeda beberapa saat, "Dan popularitasmu akhir-akhir ini menur--"
"Jadi kau tidak akan melanjutkan kontrak itu?" sela Shawn.
"Berhentilah memotong ucapanku!" ucap Andrew sedikit membentak, namun secepat mungkin dia menormalkan kembali cara bicaranya.
"Memang, kemungkinan besar kontrakmu akan berakhir tahun ini, tapi pihak island akan memberikanmu satu kesempatan terakhir," Andrew menarik napas lalu melanjutkan, "Kami tidak akan memutuskan kontrak hanya karena skandal itu, kami juga harus tetap melihat sejauh mana kau pantas untuk dipertahankan."
"Aku tidak bersalah," gumam Shawn pelan.
"Aku mendengarnya. Aku tahu wanita yang kau tabrak itu berlari menerobos jalan, dan kebetulan mobilmu melaju kencang. Ya-- bisa dibilang ini salahnya, tapi semua orang tetap menyalahkanmu, tak ada yang bisa kita lakukan."
"Mmm," balasnya dengan gumaman, lalu Shawn melanjutkan, "Jadi kesempatan apa yang akan kau berikan?"
"Pihak island akan menyelenggarakan konser untukmu, mereka akan mengevaluasi penampilanmu. Jika kau berhasil menampilkan sesuatu yang luar biasa, maka kontrakmu akan berlanjut, tapi jika tidak---"
"Jika tidak, itu akan menjadi penampilan dan konser terakhirku?"
"Ya, kau benar."
Shawn memijat pelipis dengan salah satu tangannya, tanpa sadar ia juga menghembuskan napas kasar.
"Okay! Aku akan menampilkan sesuatu yang luar biasa," sahut Shawn seraya bangkit dari duduknya.
Andrew menepuk pundak Shawn, "Aku percaya padamu."
Shawn mengangguk pelan lalu melangkah mendekati ambang pintu sebelum akhirnya berhenti di sana.
"Ada apa lagi?"
"Mungkin untuk lagu Mercy aku harus berkolaborasi dengan seorang pianis, bagaimana?"
"Ide bagus! Akan kucarikan seorang pianis profesional untukmu, aku akan mengabarimu secepatnya."
Shawn mengacungkan tangannya setuju, dia lalu benar-benar pergi dari tempat itu.
Tubuhnya masih terasa nyeri, rasa sakit di kepalanya juga belum benar-benar pulih, tapi Shawn tak bisa menolak keinginannya untuk pergi ke studio musik miliknya. Dia hanya ingin sekedar menjernihkan pikiran dan melepas rasa rindunya akan musik.
Pikiran kosongnya tanpa sadar telah membawa Shawn tiba di tempat tujuan, dia terdiam memandang studionya dengan tatapan penuh kerinduan. Mengingat kenyataan bahwa di saat-saat sebelumnya dirinya selalu mengunjungi tempat ini setiap hari, Pria itu baru menyadari sudah seminggu lamanya dia tak pernah menginjakan kaki di sini.
Shawn berjalan masuk, kedua bola matanya memperhatikan setiap benda di sekeliling ruangan, seakan dia adalah pria asing yang baru mengunjungi tempat ini untuk yang pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey [Shawn Mendes]
FanfictionMasa depan. Sesuatu yang abstrak, tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Namun, jika diberi kesempatan untuk singgah dan melihat gambaran diri kita beberapa tahun ke depan, maukah kalian? Sem...