"Aku tak akan pernah tahu jika tidak mencobanya," gumam Shawn, dia menganggukan kepalanya beberapa kali berusaha meyakinkan diri.
Kesepuluh jari tangannya perlahan mulai terangkat, perlahan mulai terbuka. Tubuhnya bergetar hebat, napasnya terasa sesak.
Kedua telapak tangannya berhasil terbuka, dan cahaya kembali memancar, bahkan lebih terang benderang dari sebelumnya.
"Aku akan menolongmu Cal. Namun, sekarang apa yang harus kulakukan?"
Shawn termenung, memikirkan berbagai cara yang mungkin dapat ia lakukan. Anak itu mencoba menggesek-gesekan telapak tangan kanan dan kirinya, tapi tak ada perubahan. Dia mencoba merentangkan kedua tangannya ke depan sambil membaca mantra-mantra yang sering ia pelajari dari dalam film, namun masih tak ada perubahan.
Shawn menghembuskan napas panjang, seakan terlalu bingung ,cara apa lagi yang harus ia coba. Dia akhirnya menumpukan kedua tangannya ke dinding kamar dengan pasrah. Namun tanpa diduga, tiba-tiba cahaya langsung menyebar ke seluruh penjuru ruangan, menyeruak hingga membuat pandanganya menjadi putih pekat dalam seketika.
Pikirannya kosong, tubuhnya terasa hampa, pandangannya kabur. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Tubuhnya terasa melayang diantara pekatnya cahaya seputih salju.
Hingga akhirnya, raga yang hilang beberapa saat telah kembali, merasuk ke dalam dirinya. Pandangannya kembali, pikirannya kembali, tubuhnya kembali, namun ia kembali di tempat yang berbeda. Berbeda jauh dari tempat sebelumnya ia berada.
Kamar dengan dekorasi berbagai kartun-kartun lucu, tempat tidur yang kecil mungil, dinding yang dihias sedekimian rupa hingga menghasilkan warna-warna cerah, dan ukuran ruangan yang terbilang kecil, telah berubah. Semuanya berubah menjadi sebuah ruangan besar dan megah dengan tempat tidur besar ukuran dewasa, design kamar yang minimalis, warna ruangan yang didominasi warna hitam dan putih, juga beberapa gitar yang berjajar rapi di sudut ruangan.
Sebenarnya dimana dia sekarang?
Dengan tubuh mungilnya, Shawn masih saja terpaku di tempat ia berdiri. Dia mengerjapkan kedua matanya, dan sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Kedua matanya menangkap seorang pria jangkung dengan wajah yang sangat..sangat tampan sedang berdiri di hadapan cermin besar.
Tubuhnya seakan dihantam oleh arus listrik hingga terasa getaran hebat, dengan sangat hati-hati ia melangkah mundur. Namun semuanya terlambat, lelaki jangkung itu terlanjur melihat pantulan dirinya di cermin, dan dalam hitungan detik dia berbalik ke arah Shawn.
Terlihat jelas bahwa pria itu sama terkejutnya dengan Shawn. Pria itu berjalan sangat pelan, mendekati Shawn tanpa menghasilkan suara derap langkah kaki sedikitpun.
"Kau---"
"Kau siapa?" tanya pria itu.
Dengan terbata-bata, anak itu menjawab "A--a--aku Shawn Mendes."
Pria di hadapannya menaikan kedua alis dengan heran.
"D--dan ka--kau siapa?" Shawn balik bertanya.
Pria itu tidak menjawab, dia terdiam dalam beberapa menit dengan raut wajah yang sangat sulit dijelaskan. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Aku Shawn Mendes," jawabnya sambil menatap Shawn lurus-lurus.
Keduanya sama-sama tercekat, terlalu bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Lidah mereka terasa lumpuh, tak mampu mengeluarkan rangkaian kata. Keduanya saling menatap satu sama lain.
"Jadi kau--" pria jangkung itu tak melanjutkan ucapannya.
Shawn menganggukan kepala dengan ragu "Sepertinya 'YA' dugaanmu benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey [Shawn Mendes]
FanficMasa depan. Sesuatu yang abstrak, tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Namun, jika diberi kesempatan untuk singgah dan melihat gambaran diri kita beberapa tahun ke depan, maukah kalian? Sem...