Episode 15

632 76 12
                                    

Peter

Pagi tadi Shawn berpamitan untuk pergi ke studio musik miliknya, entah apa yang dia lakukan disana. Yang pasti berhari-hari ini Shawn sangat sibuk dengan aktivitasnya hingga sedikit mengabaikan kenyataan bahwa aku membutuhkan jalan keluar untuk mengembalikan masa kecil Calista.

Berkali-kali aku membuka lembar demi lembar kertas dari buku "Time Portal" yang kami pinjam dari perpustakaan beberapa waktu lalu, tapi nampaknya hal itu sama sekali tak membuahkan hasil. Aku tak dapat menemukan jalan keluar dari rangkaian kata dalam buku ini.

Merasa bosan, aku bangkit dari sofa ruang tengah tempatku duduk, lalu berjalan malas menuju kamar Shawn.

Pintu terbuka dan aku melangkah masuk. Kedua bola mataku menyisir seluruh ruangan, hingga pandangan terhenti pada sebuah cermin besar. Aku mendekat, menatap pantulan wajah lamat-lamat di depan cermin dalam beberapa menit.

Namun tanpa diduga, keheningan yang terjalin digantikan dengan suara gemuruh besar yang entah datang dari mana. Tubuhku tersentak dan menatap ke segala arah dengan waswas, berusaha mencari tahu dari mana datangnya suara gemuruh besar itu.

Suara gemuruh terdengar semakin besar, disusul dengan datangnya kilatan cahaya putih yang lebih terlihat seperti awan putih yang biasa kulihat di langit sana.

Tak lama setelah semburan benda seperti awan itu memenuhi ruangan, kilau cahaya yang menyilaukan mata datang tanpa aba-aba. Sinarnya berhasil mengenai dadaku seperti layaknya sambaran petir, tubuhku terpental diakhiri dengan suara erangan kesakitan dari kedua bibirku yang bergetar.

"Apa yang terjadi?" gumamku lemah dengan badan tersungkur tak berdaya.

Cahaya yang menyambar dadaku terasa menyakitkan, namun aku mampu bertahan tanpa kehilangan kesadaran.

Suara gemuruh perlahan menghilang. Awan-awan putih bergerak membuat suatu gumpalan besar dan melayang membentuk lingkaran besar di salah satu dinding. Dibagian tengahnya tercipta suatu lubang hitam pekat, aku mulai menyadari bahwa suara gemuruh tadi berasal dari sana.

Rasa penasaran yang telah berkecamuk mampu mengalahkan rasa sakit di dadaku. Diselingi erangan kesakitan, aku mencoba untuk bangkit mendekati lubang besar yang perlahan mengecil.

Tanpa berpikir panjang, aku melompat masuk ke dalamnya tanpa memikirkan hal apa yang akan menyambutku di dalam sana. Tapi aku tak punya pilihan lain, sebelum lubang portal yang terbuka itu terus mengecil hingga akhirnya menghilang. Portal itu mungkin dapat memberiku petunjuk untuk setiap potongan masalah yang kuhadapi.

Tubuhku seakan melayang di dalam lorong hitam pekat tanpa gravitasi dalam beberapa detik. Diujung portal muncul setitik cahaya putih, tubuhku berhenti melayang dan terbanting keluar disana.

"Argh!" Aku kembali mengerang sembari memegang lengan yang terbentur menahan bobot tubuh saat terbanting.

Portal itu membawaku menuju sebuah ruangan besar dengan atap yang teramat tinggi, sekelilingnya dipenuhi dengan ribuan bola kristal kecil yang melayang tanpa penahan apapun. Tak ada warna lain yang kutemukan selain warna putih. Aku menunduk, lantai yang kuinjak berbentuk lingkaran-lingkaran sebesar ban mobil yang saling menyatu, dan dibagian tengah ruangan terdapat lantai lingkaran yang lebih besar dibanding semua.

Aku menghembuskan napas pelan dan melangkah dengan hati-hati. Setelah berhasil berjalan satu langkah, tak ada apapun yang terjadi, selain menyadari bahwa lantai ini berbeda dengan banyak lantai yang pernah kutemui sebelumnya. Aku dapat merasakan sensasi berjalan di atas lapisan empuk seperti marshmallow. Ini seru.

Tanpa sadar aku tersenyum dan sesekali melompat di atas lapisan lantai empuk. Tak dipungkiri bahwa ternyata aku memang hanya anak kecil yang masih senang bermain, tak banyak mengkhawatirkan berbagai resiko ke depannya.

The Journey [Shawn Mendes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang