Episode 22

249 42 10
                                    

Suara riuh teriakan penonton terdengar tepat setelah petikan gitar Shawn berakhir. Beberapa fans yang datang tentu akan memberikan respon positif, ia percaya. Namun bagaimana dengan pihak island record?

Raut kecewa tersirat dengan jelas, mereka tentu mengharapkan sesuatu yang menakjubkan, bukan hanya sekedar nyanyian dan instrumen gitar yang biasa ia mainkan. Perasaannya terasa bergejolak, ada marah yang terselip di dalamnya, ada kecewa yang menyebar di sekelilingnya, juga ada sedih yang tak dapat ia tolak. Gadis itu, gadis yang terduduk di depan sebuah grand piano. Apakah ia sengaja melakukan ini? Apakah semua ini sudah direncanakan sejak awal dia memutuskan untuk menerima kontrak dengan Shawn?

Tapi---Mengapa?

Shawn menundukan kepala dalam-dalam, ia turun dari atas panggung dan berjalan dengan ritme cepat ke arah backstage. Calista mengikuti dari belakang, merasa harus ada sepatah kata yang mewakili kejadian mengejutkan tadi.

Kecewa, Shawn meletakkan gitar, rahangnya terkatup kuat, tangannya terkepal menahan kekesalan. Cal mendekat dengan ragu, gadis itu langsung dihadiahkan tatapan sendu dari pria di hadapannya, ada perasaan sedih yang terbit saat melihat itu, ada jeritan kesakitan yang tak terdengar saat melihat itu.

"Semua yang terjadi diluar kendaliku, piano itu tetap tak bisa berfungsi sekuat apapun aku menekannya." Jeda sejenak, "Aku tahu ini kesalahan fatal, tolong maafkan aku."

"Seandainya kata maaf itu dapat mengembalikan semuanya, Cal." Shawn berucap datar sembari melangkah dengan lemah keluar gedung.

Pikirannya terlalu berantakan untuk berpikir jernih, hatinya terlalu sakit untuk sekedar memaafkan, raganya terlalu rapuh untuk sekali lagi menahan beban yang datang. Shawn hanya memutuskan untuk mengakhiri semua.

Dia tertawa getir, hatinya berkata. "Bukankan rasa sakit ini akan lenyap jika aku mati?"

Jawaban yang berhasil ia dapatkan adalah, "Ya!"

T h e   J o u r n e y

Calista diam terpaku di tempat, masih dalam keadaan berdiri tanpa mampu bergerak walau sedikit. Satu hal yang tak pernah ia mengerti di dunia ini, yaitu rasanya untuk Shawn. Terbit rasa sesak setiap menatapnya, namun terbit juga degup kencang saat melihat senyumnya.

"CAL?!" teriakan Peter tiba-tiba terdengar, membuat Cal tersentak, berhasil mendapatkan kembali kesadaran yang semula hilang.

"Pe--peter?"

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu. Shawn sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Pottasium yang kau temukan, barang itu aku temukan di rumah Alex. Kita nyaris menangkap pelaku sebenarnya." Jelas Peter panjang.

Pikiran gadis itu berputar keras, rasa bersalah tak sempat terbit. Dia memutuskan untuk pergi mengejar Shawn dibanding harus menyesali kesalahpahaman yang sedang terjadi. Kakinya berlari cepat ke arah jalanan besar tempat banyak kendaraan berlalu lalang dengan cepat. Shawn pasti datang kesini.

Pandangannya beredar ke seluruh penjuru kota, mencari sesosok pria jangkung yang selama ini menggoreskan luka juga kebahagiaan dalam hidupnya. Hingga di kejap berikutnya, Cal berhasil menangkap sosok Shawn.

Di sana---Shawn berdiri di pinggir jalan dengan pandangan kosong, kakinya bergerak hendak membuka langkah, sementara kendaraan terus berlalu lalang tanpa tahu menahu. Pria itu akan menerobos jalanan, dia akan mengakhiri hidupnya.

Mata Cal terbelalak lebar, dia berlari mendekat dengan kecepatan maksimal, namun pria itu terlanjur melancarkan rencana berbahayanya. Shawn berdiri di tengah jalan, satu mobil berwarna merah terang sedang berjalan searah dengan tubuh Shawn, semakin dekat, semakin mendekat.

Pipi gadis itu sudah basah oleh air mata, Cal menutup telinga dengan kedua tangan, matanya terpejam tak kuasa. Gadis itu berteriak, "PETER ADALAH DIRIMU DI MASA KECIL! AKU TAHU ITU!"

Suara berdenyit dari ban yang dihentikan dengan paksa, suara benturan keras, dan juga suara teriakan tertahan dari orang sekitar adalah sesuatu yang semula dibayangkan Calista, namun dugaannya salah.

Hening, tak ada suara yang terdengar. Dengan ragu dia membuka kedua mata yang terpejam hingga membuat ia sadar bahwa sesuatu tak terduga kembali terjadi.

Tak ada tabrakan. Tepat setelah teriakan Cal berakhir, raga Shawn menghilang, berubah menjadi hologram yang dapat dengan mudah ditembus oleh banyak kendaraan yang melintas. Calista berseru tertahan, tak ada siapapun yang menyadari perubahan pada Shawn, kecuali dirinya.

Peter baru tiba di tempat kejadian, jam pemberian Asa mengeluarkan pancaran cahaya berwarna merah, tanda bahaya. Tubuh Peter ambruk, dia memegangi dada menahan sakit tak tertahan yang tiba-tiba datang, hingga di kejap berikutnya Peter sudah berada di tempat yang berbeda, bukan lagi jalanan Kanada tempat semula ia berdiri. Begitupun dengan Shawn, menghilang tanpa jejak.

Mereka terbawa pada dimensi yang berbeda, yaitu dimensi antara masa depan dan masa lalu. Peter tak dapat membuka kedua matanya, namun ia dapat merasakan bahwa saat ini dirinya tengah berada dalam sebuah tabung, dengan kondisi kaki dan tangan dicengkram kuat oleh besi. Kesadarannya tidak lenyap, namun ia tidak dapat bergerak maupun berontak. Ya, Calista telah melanggar peraturan yang dibuat, dia meneriakan sebuah rahasia besar, membuat jam di tangan Peter berhasil mendeteksi suaranya. Dan kini, masa kecil Shawn ikut tertahan di dunia paralel yang begitu aneh.

Sementara Shawn, dia terbaring pada sebuah kubus kaca transparan, kehilangan kesadaran dalam beberapa saat. Jantungnya terluka dan sedang melakukan pemulihan berkat kekuatan yang dimiliki Asa.

Asa melayang menggunakan awan putih, matanya memandang sendu ke arah Shawn. Dia menghembuskan napas panjang, setidaknya ada satu kesempatan terakhir yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan hidup Shawn dan Calista.

"Hm," tiba-tiba terdengar gumaman serak dari Shawn, ia tersadar, masih mencoba membuka mata dan menyesuaikan diri. Setelah matanya benar-benar terbuka, kening Shawn langsung berkerut samar, ada yang tak beres.

Tangan Asa bergerak, terarah pada tabung kaca tempat Shawn berada. Tak lama kemudian bagian atas dari benda tersebut terangkat berkat kekuatan telekinesis yang digunakan pria itu.

Shawn terkejut, namun tubuhnya masih terbaring di tempat, terlalu lemah. "Bangunlah Shawn, kondisi jantungmu sudah pulih," gumam Asa terdengar bijaksana.

Shawn menelan ludah, jari-jari tangannya tergerak, diikuti dengan gerakan kepala, lalu pria itu benar-benar bisa bangkit dan keluar dari tabung kaca yang membelenggu.

"Dimana ini?" tanyanya terdengar waspada.

Asa tak menjawab, untuk yang kedua kali tangannya terangkat, terjulur ke arah kaki Shawn lalu terus bergerak naik hingga ke ujung kepala. Di gerakan terakhir, Asa menjentikan jari telunjuk, membuat pakaian yang dikenakan Shawn berubah total.
Celana jeans hitam dan kameja biru yang semula Shawn gunakan saat konser, berubah menjadi pakaian abu-abu yang terbuat dari bahan keras, bukan sejenis kain yang biasa ia pakai. Pria itu menatap sesuatu yang kini membalut tubuhnya, lebih terlihat seperti pakaian yang biasa dikenakan astronout untuk menjelajah planet lain.

"Calista akan segera datang menyusulmu kesini, petualangan sesungguhnya baru saja akan dimulai. Bersiaplah!"

T h e    J o u r n e y

Terkadang, kita perlu terluka untuk tumbuh, dan harus kehilangan untuk mendapatkan.

-Muffins93-

The Journey [Shawn Mendes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang