"Kau benar, bagaimana kita bisa menemukannya di tempat luas tak berujung ini?"
Calista menatap sekitar, hembusan angin membelai rambutnya lembut. Dia menatap Shawn, dan Shawn membalas tatapan gadis itu, mereka sibuk bertanya-tanya dalam hati.
Sepersekian detik kemudian Cal menepuk pundak Shawn. "Aku baru mengingatnya!"
"Apa?"
"Tekanlah tombol biru pada gelang yang kau kenakan, Shawn!" perintah Cal semangat. Jiwa petualangnya semakin keluar seiring berjalannya waktu.
Pria di hadapannya mengangguk, tanpa disuruh dua kali dia langsung menekan tombol biru, sesuai dengan perkataan Calista.
Hologram berbentuk layar persegi muncul keluar seiring dengan pergerakan Shawn. Disana terdapat beberapa opsi, namun Shawn maupun Calista sama sekali tak mengerti dengan bahasa yang tertera. Mereka akhirnya memutuskan untuk menyentuh asal beberapa opsi yang ada.
"Tidak, sepertinya bukan itu Shawn, coba pilih yang lainnya lagi."
Memang, sepertinya data yang keluar tidak cocok dengan apa yang kita butuhkan. Shawn pun memilih opsi yang paling atas.
Bingo! Berbagai foto yang sama persis dengan tempat ini langsung muncul, Shawn menggulirkan layar dan tertulis beberapa deskripsi tentang tempat ini.
Ruang Trikosklereid
"When i rise up, you go down"
Dahi mereka berkerut samar, "Hanya itu? Tak ada deskripsi lain lagi?" protes Cal.
Shawn terdiam, masih berpikir keras. Kemudian pandangannya kembali teralihkan ke arah layar hologram, dia mengetuk dua kali kotak deskripsi dengan kuku jari telunjuk. Ada beberapa kata lagi yang muncul setelahnya.
Trikosklereid, tak pernah ada malam di tempat ini. Matahari terbit selamanya, dan bulan tak bisa merebut singgasana sang matahari.
"Sial! Aku sama sekali tak menemukan titik terang."
"Sebaiknya kita coba pergi ke sisi lain, barangkali bisa menemukan titik terang disana."
"Yap!"
Calista membuka langkah, namun Shawn menggenggam lengan gadis itu, menahan pergerakannya.
"Ada apa?"
"Tidak perlu berjalan Cal, kau tidak ingat perkataan Asa?"
Gadis itu masih terdiam, sementara Shawn menggelengkan kepala sambil berdecak. "Usiamu berapa memang? Dasar gadis pelupa."
"Aku tidak pelupa," Cal membela diri.
"Ini buktinya, kau bahkan tidak mengingat perkataan Asa beberapa jam yang lalu."
"Asa tidak berucap sepatah atau dua patah kata Shawn, dia banyak berbicara selama aku disana tadi. Wajar aku tidak mengingatnya."
Shawn tersenyum jahil, "Kau lucu jika sedang mencoba membela diri seperti ini ya."
"Ya, aku memang lucu. Kau mau apa?"
"Lucu tapi pelupa percuma juga kan."
"Shawn! Kau jadi menyebalkan begini ya," cecarnya merasa kesal sekaligus gemas.
"Tak masalah menyebalkan, yang penting aku tampan."
Kesabaran Cal mulai habis, dia menatap Shawn tajam. "Dasar aneh."
"Tapi kau cinta?"
"I--" ucapannya terpotong, dia terlanjur sadar.
"Iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey [Shawn Mendes]
FanficMasa depan. Sesuatu yang abstrak, tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Namun, jika diberi kesempatan untuk singgah dan melihat gambaran diri kita beberapa tahun ke depan, maukah kalian? Sem...