Episode 10

637 107 12
                                    

"Mati saja kau pembunuh."

"Aku tak menyangka dibalik wajah muliamu itu kau membunuh seorang wanita"

"Bukalah topengmu, aku mulai muak dengan semua ini."

"Haruskah kau membusuk di penjara?"

"Apa kau masih punya keberanian untuk menampilkan wajahmu di depan umum?"

"Shawn Mendes adalah seorang pembunuh"

Shawn mengatupkan rahang dan mengepalkan tangannya kuat-kuat, seakan dirinya telah siap meninju apa saja yang ada di dekatnya. Amarah semakin lama semakin bergejolak dan dalam sekejap menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia benar-benar bukan pembunuh, semua itu hanyalah kecelakaan yang terjadi begitu saja. Lalu-- kemana para fans yang beberapa waktu lalu selalu mengelu-elukan namanya dan memuji dirinya seperti orang kesetanan. Masih segar dalam ingatannya saat ia membaca berbagai komentar mereka seminggu yang lalu, tentunya sebelum kejadian ini terjadi.

"Whoa! Kau benar-benar berbakat, suaramu sangat indah."

"Mengapa kau sangat tampan, aku mencintaimu."

"Jadilah suamiku, kurasa kau adalah masa depanku."

"Kau adalah penyayi terbaik di dunia ini, luar biasa."

Shawn tertawa getir, "Haruskah aku benar-benar mati?"

Berbagai momen dalam sekejap seakan terputar begitu saja di pikirannya.

"What's Up guys! I'm Shawn Mendes, hope you enjoy this song."

Itulah rangakaian kata sederhana yang ia buat berjam-jam untuk penampilan pertamanya di sebuah panggung besar. Dia juga tak pernah melupakan suara gema dari teriakan antusias fans setiap kali dia muncul dari backstage, suara lantunan lagu yang mereka teriakan secara serempak saat dia mulai bernyanyi, dan-----

Klip video kenangan di dalam kepala Shawn terputus saat ponsel di tangannya berdering. Shawn yang sedari tadi belum beranjak dari tempat tidur membenarkan posisi duduknya dengan cara menyandarkan punggung.

Dia membaca nama yang tertera pada caller id.

Andrew

"Ya?"

"Shawn! Aku telah menemukan pianis yang akan berkolaborasi denganmu," balasnya bahagia.

"Benarkah?"

"Ya, mungkin kau belum tau tentangnya, tapi dia sudah cukup terkenal di kalangan para pianis."

"Aku percaya padamu."

"Siapa dia?" lanjutnya.

"Dia bilang aku tidak boleh memberitahumu, sebaiknya kau temui dia di studiomu besok pagi. Waktu kita tidak banyak, kau harus mulai berlatih."

"Okay! Aku mengerti, terima kasih."

"Baiklah, sampai jumpa," tutup Andrew.

Shawn tersenyum mantap, "Aku rasa aku tidak boleh mati sekarang, aku akan berusaha meraih kehidupanku kembali."

***

"Shawn Mendes?" pekik gadis itu tak percaya saat managernya mengatakan bahwa dirinya harus berkolaborasi dengan Shawn.

Entah harus sedih atau senang, gadis itu tak dapat mengendalikan perasaannya sendiri.

"Apa kau akan menerimanya?"

Gadis itu terdiam namun pikirannya berkelana memikirkan berbagai argumen yang seakan sudah membabi buta. Seketika kepalanya terasa berat.

"Kenapa harus aku?" gadis itu malah balik bertanya.

The Journey [Shawn Mendes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang