Dan sekarang, di sini ia berdiri. Di depan gedung besar berwarna putih, Ethan menatap sekeliling gedung itu sebelum akhirnya memilih masuk ke dalam sana dengan menggenggam rangkaian Bunga Mawar berwarna putih.
Hari ini Ethan tidak sekolah, bukan karena ia ingin membolos, tetapi ia bangun terlalu siang.
Baru masuk, bau obat-obatan langsung menyengat, sebenarnya ia sangat tidak menyukai tempatnya berada sekarang, tapi ia harus tetap datang ke sini.
Ethan melangkahkan kakinya mencari ruangan tempat 'dia' berada. Kakinya berhenti bergerak di depan kamar bernomor 13.
Perlahan ia membuka kenop pintu tersebut, mata Ethan langsung menemui satu perempuan yang kini sedang duduk di kursi roda, menatap keluar jendela yang langsung mengarah ke taman rumah sakit.
Perempuan itu belum menyadari kehadiran Ethan, Ethan masih memerhatikan perempuan itu dari belakang. Badannya yang semakin kurus dan rambutnya yang semakin lama semakin tipis karena kemoterapi. Dengan yakin, ia melangkahkan kakinya, menaruh bunga yang dibawanya ke nakas di ruangan itu, ia menyentuh pegangan kursi roda yang di duduki perempuan itu, membuat perempuan itu menoleh dan memberikan senyumannya pada Ethan.
"Lo nggak sekolah? Sekarang kan belom jam pulang sekolah, jangan bolos terus," kata perempuan itu, tertawa kecil.
"Enggak, mau ke sini aja," Ethan menarik sedikit kursi roda perempuan itu, sehingga memberinya ruang untuk berlutut di depan kursi rodanya.
"Kak Tania gimana? Dia sehat?"
"Iya Re, dia sehat."
Perempuan itu-- Rena, menatap Ethan yang kini berada di bawah kakinya. Dilihatnya Ethan yang menggenggam kedua tangannya, tangan Ethan terasa hangat ketika bersentuhan langsung dengan kulitnya yang dingin.
"Gimana sekolah lo?"
"Gitu-gitu aja sih, ngebosenin juga lagian." Ethan terdiam, memberi jeda. Dielusinya punggung tangan Rena. "Apalagi sekarang udah nggak sama lo, sepi banget, asli."
"Masih ada Arya, Gavin sama Raka kan?"
"Ya tetap aja beda," kata Ethan. "Kalau bukan lo, nggak akan pernah sama, Re."
Rena mengenal Arya karena memang mereka bertiga; Arya, Ethan dan Rena. Satu kelas tiga kali berturut-turut waktu SMP, bahkan ketiganya sangat dekat. Sementara sewaktu SMA, Rena memilih sekolah yang berbeda dengan Ethan dan Arya.
Hal itu tidak membuat ketiganya jarang berkumpul, setiap weekend mereka pasti menyempatkan diri untuk berpergian bersama ke suatu tempat. Entah itu jalan-jalan keliling mall, bermain basket di halaman rumah Arya, atau pergi memancing di danau buatan yang sering dikunjungi oleh mereka.
Hari berlalu, Ethan dan Arya tidak pernah menyadari, bahwa salah satu teman mereka sedang berjuang untuk dirinya sendiri. Awal masuk kelas sebelas, Rena dirawat di rumah sakit karena penyakitnya yang kian parah. Selama itu juga Ethan dan Arya selalu rutin menjenguk Rena, terkadang mereka berdua datang membawa Raka dan Gavin, itu yang membuat Rena mengenal kedua cowok itu.
Rena hanya mengangguk kecil. "Mereka mana?" tanya Rena. "Nggak dateng?"
"Masih di sekolah lah," jawab Ethan. "Mau jalan-jalan ngga? Lo bosen kan di kamar terus?"
"Iya." Rena mengangguk membuat rambutnya beberapa helai berjatuhan.
Ethan menatap perempuan di depannya nanar, melihat Rena seperti ini membuat hatinya nyeri. Buru-buru laki-laki itu menyunggingkan senyuman tipis. "Yaudah yuk! Jalan-jalannnn!"
Ethan menarik pelan kursi roda Rena, dan mendorongnya perlahan keluar dari kamar Rena. Keluar ruangan itu, ia memerhatikan pasien-pasien lain yang juga dirawat di sini, terkadang ia juga menjumpai beberapa orang yang menangis entah karena orang terdekatnya mengalami kecelakaan, sakit yang tiba-tiba, atau bahkan meninggal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Teen FictionEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.