{4} pertolongan kedua kali

4.1K 318 118
                                    

Hanya butuh tujuh menit Ethan sampai ke tempat yang dimaksud. Kedua teman Tania sudah menunggu Ethan di depan pintu masuk.

Lah anjir, ngalangin orang mau beli ae batin Ethan melihat dua orang itu.

Ethan menyerahkan uang berwarna hijau nominal dua puluh ribu ke mereka berdua. "Naik bajaj aja," ujarnya, lalu langsung meninggalkan keduanya menuju Warcan.

Sesampainya di Warcan, Ethan memarkirkan motornya di tempat parkir yang sudah disediakan, ia melihat ketiga temannya masih berada di sana dan masih memakai seragam sekolah. Ethan menghampiri ketiga temannya yang sedang kali ini sedang merokok bersama dengan sekumpulan orang lainnya di tempat ini.

"Eh, Ethan," sapa Raka.

"Satu dong," Ethan menunjukkan satu jarinya pada Arya, melihat itu, Arya memberikan satu batang rokoknya pada Ethan.

Laki-laki tersebut membakar ujung rokoknya dan mulai menghisapnya, setelah itu dihembuskan. Berkali-kali ia melakukan itu; menghisap dan menghembuskan.

Ponselnya kembali bergetar beberapa kali, ia berdecak kesal, setelah itu mengangkat kembali telepon dari orang yang sama.

"Apa lagi, Ma?"

"Sekarang di mana?"

"Warung."

"Temen-temen Tania lagi di rumah, mereka bilang mau makan cilok. Kamu tolong beliin ya."

"Cilok beli di mana Ma? Yang bener aja sih, elah."

"Ya kamu carilah, masa di belahan bumi ini satupun ngga ada yang jual cilok. Cari ya. Awas aja kalo nggak."

"Ma, tapi-"

Tut tut

Belum sempat Ethan melanjutkan kalimatnya, Thea sudah mematikan sambung teleponnya terlebih dahulu, Ethan mengerang kesal, mematikkan rokoknya sambil menggerutu sebal.

"Kenapa?" Arya berujar bingung, melihat Ethan yang tiba-tiba berubah seperti itu.

"Tukang cilok di mana?"

"Ngapain nyariin tukang cilok?" Gavin ikut nimbrung, sambil menyesap kopi panas yang baru diantarkan oleh Ican.

"Buat temen Tania, ih ribet banget tuh dua mahluk."

"Deket rumah gue, banyak noh tukang cilok mangkal," Raka memberitahu.

"Beneran?"

"Iye," jawabnya singkat.

"Yaudah, dah. Gue cabut dulu, berasa pembokat ini gue, Tania sama Mama memanfaatkan keadaan ini namanya!" Ethan mendramatisir, lelaki itu kembali membakar satu batang rokok.

"Baru duduk, Than!" Arya terkekeh. "Itu bangku juga belum anget, udeh cabut aje."

"Indomie gue juga belom mateng, maen pergi aje," sahut Raka gantian.

"Nah! Kopi gue aje belom abis--"

"Aduh, berisik. Puyeng gue," potong Ethan. "Dah, ah. Dadah rakyat-rakyatku!" Ethan melangkah sambil melambai-lambai bak miss universe.

"Najis!"

"Geli!"

"Cabut lo!"

---

Beauty And The Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang