Ethan berhenti di depan kelasnya, dilihatnya sudah ada ketiga temannya menempati meja Arya dan miliknya.
Ethan menatap Rani yang sedang membersihkan papan tulis dengan lap kecil, karena papan tulis sudah mulai kotor terkena tinta spidol. Ethan melangkahkan kakinya mendekati Rani, Rani yang tersadar ada orang di sebelahnya, langsung menoleh ke samping.
Rani hanya diam, kemudian melanjutkan aktivitasnya, tidak seperti biasanya ketika dirinya bertemu Ethan, teman-teman Ethan memerhatikan dirinya dan Rani, termasuk siswa dan siswi yang berada di kelas ini.
"Maaf," kata Ethan, Rani pura-pura tidak mendengar dan masih sibuk berkutat dengan lap kecil di tangan kanannya, sambil menghapus noda hitam yang menempel pada papan tulis.
"Rani," Ethan mendekatkan dirinya ke Rani, Rani hanya diam, tidak berbuat apa-apa.
"Ran, maafin gue, besok mau ya? Pergi sama gue, gue mau ngajak lo, dan ini bener-bener penting, mau ngga mau, lo harus mau, gue maksa." Bisiknya tepat di telinga Rani, bahkan Rani bisa sangat jelas mendengarkan suara serak Ethan, karena posisi bibir Ethan dan telinga Rani hanya berjarak sekitar 2 cm.
Rani hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Ethan, ia terlalu malas bahkan hanya untuk membalas kata yang keluar dari mulut Ethan.
Setelah puas dengan jawaban Rani, Ethan melangkahkan kakinya menuju tempatnya, lalu duduk di atas meja milik Arya.
"Lo apain Rani? Main nyosor aje, kaya anak ayam," kata Raka, Ethan mengangkat sebelah alisnya, ia benar-benar tidak mengerti ucapan Raka.
"Apa hubungannya anak ayam sama gue?"
Raka tidak membalas, berbicara pada Ethan, tidak akan ada habisnya, jadi ia memilih untuk diam.
Tatapan Ethan tertuju pada Arya, Arya juga sedang menatapnya dingin, namun tidak berbicara apapun.
"Eh, lo berdua kenapa?" Gavin menatap keduanya aneh, ada apa dengan mereka berdua?
"Ngga papa," Arya langsung mengalihkan pandangannya dari Ethan ke arah Gavin.
"Yang bener? Tapi kok-"
Kringgg
Terdengar bunyi bel di seantero sekolah, membuat Raka mendengus, karena ucapannya terpotong, ia berdiri dari kursi yang dia duduki, diikuti oleh Gavin, dan menuju kelas mereka.
Ethan duduk di samping Arya, mereka sama sekali tidak berbicara.
Tak lama guru masuk, dengan beberapa buku di tangannya. Kemudian, Riska, ketua kelas, memberikan aba-aba dan semua yang ada di kelas mengucapkan salam pada guru mereka, kecuali Ethan dan Arya, mereka sedaritadi diam.
"Ran, liat deh," Dea menunjuk Ethan dan Arya dengan dagunya "mereka kenapa ya? Kayak canggung gitu."
Rani hanya mengangkat kedua bahunya.
"Tadi Ethan bilang apa ke lo?" Dea kembali mengajukan pertanyaan.
"Ngajak jalan."
"Terus lo mau gitu? Ntar lo ditinggalin lagi gimana? Jangan mau!" Dea menatap Rani kesal.
"Dia maksa, dan dia bilang penting."
"Yaudah, terserah lo aja sih, ya." Dea kembali memerhatikan guru di depannya.
Rani menoleh untuk memastikan, ia menatap Ethan dan Arya yang memang sedaritadi hanya diam.
Ia memutuskan untuk mengirimi Ethan pesan singkat, ia melihat kolom obrolannya dengan Ethan.
32 messages unread.
Rani membelalakan matanya, kemarin memang ia sama sekali tidak memainkan ponselnya, untuk apa Ethan mengirimkan pesan sebanyak itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Roman pour AdolescentsEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.