Melihat Rani yang berdiri dari tempatnya, Ethan langsung ikut berdiri, lalu menghampiri Rani, mendekap Rani dari belakang, menahan Rani untuk pergi.
"But I need you, for my happiness." Akhirnya Ethan berucap sesuatu, sejak dari tadi hanya diam.
Rani tetap diam, tidak membalik tubuhnya, masih dengan posisi memebelakangi Ethan. Jika seperti ini terus, pertahanannya bisa runtuh, niatnya untuk menghilangkan rasa yang dimilikinya pada Ethan, bisa gagal total.
"Ran, liat gue," Rani tetap diam, ia tidak bergerak sama sekali.
"Rani, gue bilang liat gue," Ethan membalik tubuh Rani, sehingga sekarang Rani dan Ethan saling berhadapan.
"Gue butuh lo, Ran." Ethan menggenggam kedua tangan Rani, meremasnya pelan.
"Maaf, maaf, maaf. Maaf kalo gue perlakuin lo seakan lo ngga berarti, tapi ngga, lo itu sebaliknya, lo berarti buat gue." Ethan mencium punggung tangan Rani, lalu mengelusnya perlahan.
"Tapi-"
"Ran, gue tau, yang lo mau bukan Arya, lo mau gue, bukan Arya."
"Ngga, gue udah ngga merasa apa-apa sama lo, gue udah sepenuhnya suka sama Arya," kata Rani, namun tentu semua itu adalah kebohongan.
"Lo boong, Ran," Ethan melingkarkan lengannya di pinggang Rani, membuat jantung Rani berdetak semakin cepat.
"Bilang ke gue, kalo lo emang suka sama Arya." Ethan menatap Rani dengan serius, membuat Rani bertambah gugup, Ethan semakin menatap Rani dengan intens. "Bilang, kalo lo mau Arya."
"Gu-gue," Rani menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke bawah, menatap sendal jepit yang ia gunakan, seakan-akan pemandangan itu lebih menarik dibanding Ethan.
Ethan menaikkan dagu Rani dengan jari telunjuknya, sehingga sekarang Rani kembali saling menatap dengan dirinya.
"Lo mau gue, bukan Arya," ulang Ethan sekali lagi.
Rani seakan terkunci oleh pandangan Ethan, bahkan ia tidak bisa melirik ke arah lain selain mata Ethan. Namun dengan cepat, ia menghempas tangan Ethan yang dengan sempurna melingkar pada pinggangnya.
"Gue mau Arya, bukan lo."
Sebelum Rani kembali melangkah pergi, Ethan menarik tangan Rani, dan mendekapnya kembali.
Rani memukul dada Ethan pelan, kakinya terasa amat lemas, matanya memanas. Ia merasa Ethan telah salah memperlakukannya seperti ini.
"Maafin gue," Ethan mengelus kepala Rani pelan.
"Lo ngga ngerti, ini semua bukan tentang itu," Rani seketika terisak.
Rani melepas pelukannya, lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Rani dengan kedua ibu jarinya. Ethan mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup bibir Rani.
Rani terkejut sebentar, namun ia tidak memberontak, tidak melakukan apa pun. Tak lama Ethan melepaskannya, Rani menatap Ethan, dan tanpa sadar mengangkat satu tangannya, lalu memegangi bibirnya yang baru saja dicium Ethan dengan ibu jarinya.
Ethan kembali menatap Rani, matanya menjelajahi wajah Rani, Ethan menyelipkan rambut Rani ke belakang telinganya, "bilang ke gue, siapa yang lo mau?" tanya Ethan sekali lagi.
Rani terdiam sebentar, memandangi wajah Ethan sejenak, lalu Rani tersenyum singkat, "I want you, my man," ujar Rani. "Cause I love you, over and over again."
Ethan tersenyum singkat, kembali mendekap Rani ke dalam pelukannya.
---
Rani masih menatap langit dengan tatapan kosong, kini kepalanya berada di atas paha Ethan.
"Than, ini jam berapa ya?" gumam Rani tiba-tiba.
Ethan menatap pergelangan tangannya, ia lupa memakai jam tangan.
"HP gue masih di mobil," jawab Ethan, Rani hanya mengangguk, tanpa menyuruh Ethan mengambilnya.
Ethan mengambil tangan kanan Rani, lalu mengaitkan jemarinya ke tangan kanannya, Rani hanya tersenyum.
Ethan kembali mencium punggung tangan Rani, kali Rani malah malah tersenyum kecut, mengalihkan pandangannya, asalkan jangan ke arah Ethan.
"Kenapa?"
"Ngga," Rani tetap menghindari mata Ethan, dan Ethan tau Rani menyembunyikan sesuatu, Rani kembali duduk, sekarang posisinya berhadapan dengan Ethan.
Ethan memegangi dagu Rani, kemudian membuat Rani kembali menoleh padanya, "ada apa, Ran?" tanya Ethan sekali lagi.
"Than," suara Rani tiba-tiba mengecil, perasaan Ethan menjadi tidak enak, Ethan merasa apa pun yang diucapkan Rani sehabis ini, adalah hal yang buruk.
"Ke-kenapa?" tanya Ethan berusaha untuk tenang, namun pikirannya bercabang, menebak hal yang kemungkinan akan dikatakan oleh Rani.
"Gu-gue," Rani menggantung ucapannya, ia kembali mengigit bibirnya, sangat kencang bahkan, sampai bibirnya terluka.
Ethan memerhatikan Rani, tanpa mengatakan hal apa pun.
"Jangan marah," Rani menunduk, menatap rumput di bawahnya, Ethan menaikkan kembali dagu Rani.
"Iya," jawab Ethan.
"Arya, dia nembak gue," Rani menjeda omongannya sebentar, lalu menarik napas perlahan dan menghembuskannya. "Sejak tiga hari yang lalu, gue udah resmi pacaran sama Arya."
Ethan diam, sekarang ia yang mengalihkan pandangannya dari Rani, kemudian Ethan berdiri dari tempatnya duduk, lalu menjulurkan tangannya pada Rani, "yuk, kita pulang sekarang, Rani."
Rani menatap tangan Ethan sebentar, namun pada akhirnya menerima uluran tangannya. Mereka berdua berjalan menuju mobil yang tidak terparkir jauh, lalu masuk ke dalam sana.
Ethan fokus pada jalanan yang sepi, bahkan sangat sepi. Rani memerhatikan Ethan dengan tatapan nanar, mungkin setelah ini dirinya akan jauh lagi dari Ethan.
"Than, lo marah?" tanya Rani dengan ragu.
Ethan menggeleng pelan, namun tidak menoleh pada Rani, masih fokus pada jalan di depannya, "marah buat apa?"
"Kenapa tiba-tiba minta pulang?"
"Liat aja udah jam berapa," Ethan menyerahkan ponselnya, dan jam sudah menunjukan 02:30 pagi.
Sebenarnya itu bukan alasan utama Ethan, tentu saja alasannya meminta pulang bukan karena itu.
Selebihnya mereka isi dengan keheningan, sampai akhirnya mereka sudah sampai di depan rumah Rani.
"Makasih ya, Than."
Ethan mengangguk sambil tersenyum singkat, kemudian Rani keluar dari mobil Ethan. Rani menatap mobil Ethan yang semakin lama semakin menjauh, lalu masuk ke dalam rumahnya saat mobil itu tidak terlihat lagi.
Ethan memegang stir mobilnya kencang, seperti menyalurkan perasaannya yang campur aduk.
Ethan memberhentikan mobilnya sebentar, meremas rambutnya sendiri dengan kencang. Napasnya sedikit memburu, Ethan memutar balikan mobilnya, yang tadinya ingin pulang ke rumah, kini ia membatalkan niatnya.
Sepertinya pilihannya untuk pulang ke rumah adalah hal yang salah, dan ia tau, ke mana sekarang harus pergi untuk melupakan masalahnya.
---
Sampe sini ngerti ga alurnya? Semakin ke sini semakin ga sreg sama cerita ini:(
Btw, yang ngeship Ethan sama Rani mana suaranya? Yauda iya. Jadiannya sama Arya, sabar aja, mungkin ini yang terbaik *plak*
Give vomments readers!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Teen FictionEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.