"Kalo makanan di-sisain, dosa nggak, ya?" tanya Gavin pada ketiga teman-temannya, ia menatap piringnya yang menyisakkan nasi serta ayam bakar.
"Dulu, kata Mami gue, nggak boleh nyisain makanan. Ntar nasinya nangis," jawab Raka serius, cowok itu mengunyah bakso goreng yang ada di tangannya.
Mendengar penuturan dari Raka, Gavin mengangguk mengerti dan kembali memakan makanannya.
"Kenal Aulia Maharani nggak?" kali ini, Ethan yang mengajukan pertanyaan.
Arya mendengus kesal. "Itu Rani yang tadi gue tunjuk, bego."
Ethan mangut-mangut, mengambil ponselnya dan menyetujui request dari Rani lalu kembali memasukkan benda tersebut ke saku celananya, tanpa mem-follow balik.
"Semalam lo ke mana?"
"Nganterin cewek pulang."
"Siapa? Kok ngga bilang dulu ke kita?"
"Lo aja kobam."
"Emang siapa cewenya?" tanya Gavin sambil menyendok nasinya.
Ethan mengingat-ingat siapa perempuan yang kemarin malam bersamanya. Ia hanya mengendikkan kedua bahu. "Siapa ya.... Gue juga lupa."
"Lah, bisa begitu Than?"
"Siapa sih ya, aduh gue lupa. Tapi gue inget ciri-cirinya." Ethan mengaduk-aduk jus mangganya dengan sedotan.
"Rambutnya panjang sepunggung coklat gelap gitu, tingginya cuma sekitar dagu gue, terus bibirnya tipis merah, gue suka deh ngeliat tuh cewek." Ethan meletakkan jemarinya di atas dagu, nampak berpikir lagi. "Seriussss! Cakep, deh. Tadi pagi gue lihat, tuh, cewek lagi."
Arya berpikir sejenak, ia melihat Rani berjalan dengan ketiga teman perempuan itu. Arya menunjuk Rani dengan tangannya. "Itu bukan?"
Ethan mengangguk mantap. "Nah bener! Lah dia anak sekolah sini?"
"Anjinggg," Raka angkat bicara sekarang, sementara Gavin hanya memutar kedua bola matanya mengatahui itu adalah Rani yang baru saja ditanyakan oleh Ethan.
"Kenapa?" Ethan menatap Raka bingung, sementara Raka mengacuhkannya.
"Kok lo bisa sama Rani?" tanya Gavin heran.
"Dia Rani?"
"Udeh ih, jawab aje," gumam Arya tidak sabaran.
Ethan mengangguk singkat. "Jadi, kemaren tuh waktu lo semua mabok, gue belom merasa mabok sama sekali. Di sana gue ngeliat-liat aja, kan. Gue nemu dia lagi digodain orang, nah si Rani ketakutan gitu. Yaudah gue lawan biar ini orang nggak macem-macem, Rani hampir nangis dan gue langsung narik dia keluar. Jadi karena udah tengah malam, gue nganterin dia ke rumahnya." Ethan menjeda omongannya sebentar. "Nah! Oh iya, gue inget. Dia juga bilang kalo dia temen sekelas kita!" katanya pada Arya, seakan sedang memberikan informasi yang penting.
Arya tidak merespon dan kembali melanjutkan makan.
"Eh kenapa ya? Ngedapetin cewek itu susah." Raka tidak melepaskan pandangannya dari salah satu perempuan yang ada di ruang ini, namanya Irish, salah satu teman Rani yang kini sedang memunggunginya.
"Enggak, mungkin lo nya aja kurang ganteng," sahut Ethan.
"Tai."
"Cabut ke kelas aja deh, pada udahan kan makannya?" ajak Ethan setelahnya.
"Bentarrr! Nanggung, nih," Arya berujar dengan mulut penuh.
"Jorok bego! Itu muncrat-muncrat!" Gavin berujar agak kesal. "Telen dulu, sih. Keselek tau rasa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Novela JuvenilEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.