Rani duduk sendirian di bangku taman yang ada di dekat rumahnya, mengelap keringat yang menetes dari dahinya, baru saja Rani melakukan lari pagi, entah sudah berapa bulan ia tidak melakukan ini lagi.
Tiba-tiba orang duduk di sampingnya, Rani mengenali bau parfume yang digunakan, jadi tidak perlu lagi menoleh.
"Ngapain lo di sini?" kata Rani.
"Nih," orang itu menyodorkan satu botol air mineral pada Rani, Rani menerimanya.
"Kenapa ngga ajak gue lari pagi? Sendirian kan ngga enak."
"Enakin aja."
"Sensi bener dari kemaren," Orang itu-- Vano, mendengus kesal. "Soal Ethan?"
"Hmmm," Rani menggumam malas.
"Ini udah tiga hari dan lo masih gini-gini aja," Vano mendelik. "Liat Ethan, dia ngga merasa terbebani, dia keliatan biasa-biasa aja."
"Ya kan beda."
"Bedanya apa?" Vano mengangkat satu alisnya. "Sama-sama sayang, tapi lo nya aja yang ngga bisa nerima kenyataan."
"Bawel."
"Ye, batu banget sih dibilangin." Vano memajukkan duduknya, mendekat ke arah Rani. "Lagian kan David sama Tania baru tunangan, bahkan itu juga belom terjadi, santai aja."
"Ye, gila."
"Yaudeh mungkin lo bukan jodoh si Ethan," kata Vano. "Jodoh lo itu gue kali, Ran."
"Ye, ngaco."
"Gue dari tadi ngomong panjang lo jawab pendek."
"Hmmm." Rani berdiri dari kursi yang ia duduki. "Mau pulang," ujarnya.
"Yaudah gue anter," Vano ikut berdiri dari posisi duduknya.
---
"Ran!!"
Rani mendengus, "apaan?" balasnya berteriak, ia sama sekali tidak bergerak dari tempatnya duduk, yaitu di depan televisi.
"Ini snack gue pada ke mana? Lo makananin semua?" David berjalan mendekati Rani, kemudian mengarahkan bungkusan makanan yang ia pegang di depan wajah Rani.
"Enak aja!" elak Rani langsung. "Tadi si Vano tuh yang ngehabisin," jawabnya.
"Sialan tu anak," David duduk di sebelah Rani, kemudian mengangkat satu kakinya ke atas sofa. "Malem mau ikut? Gue mau pergi sama Tania, katanya dia juga ngajak Ethan."
"Liat nanti," Rani bersandar pada bagian belakang sofa, kemudian kembali menoleh pada David. "Emang ke mana dah?"
"Ke mane ye," terlihat sekali David sedang pura-pura berfikir, melihat itu Rani mendengus kesal. "Makan doang sih, Mama ngga bisa ikut karena arisan, Tante Thea ngga bisa ikut soalnya lagi kerja, baru aja tadi pagi berangkatnya. Jadi cuma kita berempat, lo, gue, Ethan, Tania."
"Oh."
"Hmmm," David juga ikut bersandar pada badan sofa. "Ikut ngga? Ikut dong."
"Ye."
"Beneran nih?"
"Iye. Bawel amat si."
"Yaudah siap-siap sana, Ran."
Rani mengangkat satu alisnya, melihat jam dinding yang ada beberapa meter dari tempatnya duduk. "Ini masih jam empat, gila."
"Cewe tuh mandi lama, milih baju lama, ini lama, itu lama, ribet tau ngga."
"Hmmm," Rani berdiri dari tempatnya duduk, lalu berjalan menjauhi David, setelah sudah berada di dekat tangga, Rani kembali menoleh pada David.
"Apa?" kata David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Novela JuvenilEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.