{28} i'm only human can't u see

1.9K 142 27
                                    

Rani masuk ke dalam kelasnya, sebelumnya, ia memerhatikan tempat pojok di belakang kelas, tidak ada Ethan, hanya ada Arya, Gavin dan Raka yang memang biasa berkumpul.

Rani duduk di kursinya dengan malas, lalu menenggelamkan kepalanya di kedua lipatan tangannya.

"Ran, Arya ke sini," kata Dea dengan suara yang kecil.

Rani kembali mengandahkan kepalanya, lalu menoleh ke samping, memang ada Arya yang sedang berjalan ke arahnya.

"Pagi, Ran," sapa Arya, dengan senyuman kecil yang biasa ia lontarkan.

"Iya," balas Rani.

Dea berdiri dari tempatnya, seperti tahu bahwa Arya memang ingin berbicara pada Rani. Arya berjalan dan duduk di kursi sebelah Rani.

"Lo sakit? Kok keliatan lemes gitu, Ran," Arya memegang dahi Rani dengan punggung tangannya.

"Engga, lagi males aja hari ini."

"Kenapa kemarin chat gue ngga dibales-bales? Ketiduran, ya?" tanya Arya, Rani seperti berpikir sebentar, kemudian mengangguk.

"Iya, ketiduran, maaf ya."

Mana mungkin kan Rani bilang kalau dia pergi bersama Ethan?

"Hehehe, ngga papa, gue ngerti kok, pasti lo capek," Arya mengacak rambut Rani pelan, Rani hanya terdiam, lalu membalas Arya dengan senyum kecut.

Jika Ethan yang melakukan itu padanya, mungkin Rani akan senang. Namun nyatanya, Rani tidak merasakan apa-apa.

"Iya, gue capek," katanya meyakinkan Arya.

"Sebagai gantinya, gimana nanti kita pergi ke kedai es krim yang waktu itu lo tunjuk?"

Rani langsung mengangguk cepat, "iya, pulang sekolah ya."

"Yaudah gue balik ya ke tempat gue, ngga enak sama Gavin sama Raka."

"Iya."

---

Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit pagi, yang berarti sekarang waktunya pergantian pelajaran.

Tak lama setelah bel pergantian pelajaran, Bu Ida masuk membawa beberapa buku di tangannya.

"Buka buku halaman enam puluh tujuh," perintah Bu Ida, murid sekelas langsung membuka bukunya.

"Permisi, Bu," suara dari pintu masuk kelas membuat semua menoleh ke sumber suara.

Di depan pintu berdiri Ethan yang tidak membawa tas, hanya satu buku tulis yang digulung dan pulpen hitam yang ada di daun telinganya.

"Ternyata pelajaran udah mulai, ya, Bu?" tanya Ethan.

"Ya ngga tau, menurut kamu aja," Bu Ida memutar matanya. "Kamu udah telat hampir dua jam, dan masih nanya?"

Ethan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, lalu memasang raut wajah yang pura-pura terkejut, "oh iya, saya ngga tau, Bu. Jam di rumah saya mati."

"Kamu ngga saya izinkan mengikuti pelajaran saya, sana berdiri di depan kelas."

"Kenapa bisa begitu, Bu?" Ethan menyerngit, membuat kedua alisnya saling berdekatan.

"Ya kan kamu telat, sesuai yang sudah saya katakan sewaktu saya baru mengajar, saya ngga mau ada murid yang telat masuk kelas saya."

Ethan berjalan mendekati Bu Ida, lalu menarik napas perlahan. "Bu, ngga bisa begitu lah, seenggaknya saya masih mau masuk sekolah, coba deh Ibu liat anak-anak sekolah yang lain, kalo telat pasti pengennya bolos aja."

Beauty And The Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang