Orang itu terdiam di ujung kasurnya, tangan kanannya mengapit satu batang rokok yang kini sudah tersisa setengah. Laki-laki itu kembali menghisap dan menghembuskan rokoknya ke udara, berulang-kali.
"Bagus."
Suara dari arah pintu kamarnya membuat orang itu menoleh cepat, buru-buru ia mematikan puntung rokoknya yang masih menyala, lalu membuangnya ke asbak yang ada di bawah kasurnya.
"Lagi ada masalah?"
"Engga."
"Jangan bohong," Tania mendekat, ikut duduk di samping Ethan. Ia baru saja pulang dari kencannya bersama David.
"Kepo."
"Dih, batu."
Ethan tertawa mendengar Tania berucap seperti itu. "Apa sih, Kak?"
Tania mengambil bantal yang ada di kasur Ethan kemudian memangku bantal itu. "Ya, gue sih cuma nebak aja. Abis muka lo ketebak banget gitu."
"Maksudnya?"
"Lemot banget sih," Tania menggerutu. "Gue kenal lo, sejak lo lahir, bego. Ya, kebaca aja dari muka lo, ada sesuatu. Kalo lo lagi seneng, lagi sedih, lagi banyak pikiran. Gue kenal lo, kali."
Ethan terdiam.
"Jadi, lo kenapa?"
"Arya kecelakaan, Tan."
Tania terdiam sebentar, tangannya tergerak menyentuh tangan Ethan yang kini terasa dingin. Tania mengelus tangan Ethan perlahan, menyadari kini kondisi adiknya begitu rapuh.
"Gimana keadaannya?"
Ethan hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban, ia membanting dirinya ke atas kasur dengan posisi tertidur. "Sana, ah."
"Gue tidur di sini, ya?"
"Ngga, bikin sempit aja, lo." Ethan mengibaskan tangannya ke udara. "Lo kan punya kamar, ya, tidur di kamar lo, lah."
Tania ikut tertidur di sebelah Ethan, posisi tidurnya menyamping, supaya ia bisa melihat Ethan lebih jelas.
"Ngapain, sih?" kata Ethan, ketus.
"Sensi banget, deh," Tania mendekat ke arah Ethan. Ia mengambil tangan kanan Ethan, dan menjadikannya sebagai bantalan.
"Ribet, berat juga."
"Ya, ampun, ketimbang menopang kepala gue aja," Tania memutar kedua bola matanya malas. "Gue tidur di sini, ya?" pinta Tania, mengulang keinginan yang sama.
"Ngga." Ethan mengubah posisi tidurnya, kini ia membelakangi Tania. Ia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, kemudian mengambil earphone yang tepat berada di sebelah ponselnya.
Beberapa detik kemudian, lagu berjudul Best Part yang dinyanyikan oleh Daniel Caesar terdengar mengalun di telinganya.
I just wanna see how beautiful you are
You know that I see it
I know you're a starEthan menyanyikan bagian reff dengan suara yang sangat kecil.
Where you go I follow
No matter how far
If life is a movie
Oh you're the best partBaru saja Ethan merasa tenang, Tania mencopot satu earphone yang dikenakannya, membuat Ethan berbalik dan kembali menghadap Tania.
"Lagu apa tuh?" kata Tania, dilanjut dengan dirinya memasangkan satu earphone tersebut ke telinga kirinya.
"Ganggu lo!" Ethan mendengus.
"Galak, ih."
Tidak ada jawaban dari Ethan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Ficção AdolescenteEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.