"Jangan dikuncir, lo lebih cantik kalo rambut lo digerai kaya gini."
Rani menatap Ethan, lalu tersenyum tipis, ia kembali meletakkan ikat rambutnya. Ethan duduk disembarang tempat, membuat Rani ikut terduduk di sebelah Ethan.
"Kok bisa ada kunci nya sih? Lo juga tau dari mana coba?"
"Waktu kelas 10 kita berempat penasaran banget sama pintu itu. Akhirnya kita nanya sama Pak Eko, tau kan? Yang suka bersih-bersih lantai kelas 10, terus dia bilang itu kunci mau ke rooftop, yaudah kita minta kuncinya, awalnya dia ngga mau ngasih kan, ngga tau Arya ngebisikin apa ke Pak Eko, tiba-tiba Pak Eko ngasih gitu aja, akhirnya kita bikin duplikat kunci nya, terus masing-masing megang kunci," jelas Ethan panjang lebar, Rani mengangguk mengerti.
Ethan merogoh kantong celana nya, mengeluarkan kotak rokok serta pemantik. "Ran gue mau ngerokok bentar, lo duduk jauhan aja ya dulu. Gue bener-bener ngga bisa nahan."
Baru saja ia ingin membakar rokok itu, Rani mengambil satu batang rokok juga dari bungkusan rokok milik Ethan.
"Eh, eh, lo mau ngapain? Kok ngambil?" tanya Ethan, ia belum membakar rokoknya.
"Lo mau ngerokok kan? Gue juga kalo gitu," balas Rani, Ethan menatap Rani tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Rani barusan.
"Apaan sih, cewek ngga baik ngerokok." Ethan berusaha mengambil batang rokok yang terselip di antara sela-sela jari Rani.
"Ya apa bedanya? Mau cewek mau cowok sama aja, intinya emang rokok ngga baik buat kesehatan."
"Mulut gue asem," Ethan masih berusaha mengambil rokoknya dari Rani.
"Lo mau ngerokok? Gue temanin."
"Ran, apa si tai."
"Buruan bakar rokoknya, kalau lo beneran bakar gue juga bakalan ngebakar rokoknya. Lo sampai ngerokok, biar aja gue ikut ngerokok sama lo," balas Rani lagi, Ethan diam.
"Buruan, biar gue temanin," ujar Rani.
Ethan tetap diam, melihat respon dari Ethan, Rani langsung mengambil pemantik dan menyalakannya untuk membakar rokok yang diambilnya dari Ethan.
"Iya iya! Ngga jadi, udah ih, gue ngga jadi, jangan dibakar." Ethan mengembalikan rokok yang ia ambil, Rani tersenyum senang lalu mematikan rokoknya yang memang sudah terbakar.
Sebenarnya Rani tidak benar-benar akan merokok, mencium asap nya saja sudah membuatnya batuk-batuk.
"Kalo mulut lo asem, makan permen aja." Rani merogoh kantong roknya, ia mengambil satu permen yang memang kebetulan ia beli tadi sewaktu istirahat. Ethan mengambil permen yang disodorkan oleh Rani, lalu membuka bungkusnya dan memakannya.
"Manis kan? Ngga perlu ngerokok," kata Rani, Ethan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Mereka terdiam sejenak, Rani masih menikmati angin yang menerpa wajahnya, sementara Ethan masih memikirkan mengapa ia menuruti kemauan Rani untuk tidak merokok, sementara Thea dan Tania yang sudah membujuk bahkan sampai membentak Ethan, tidak juga bisa membuat Ethan berhenti merokok.
"Than, sejak kapan lo ngerokok gini?" tanya Rani, Ethan menoleh tanpa memberikan jawaban, "lo, maksud gue, ih gimana ya ngomongnya. Lo pasti juga minum kan? Waktu lo nolong gue, mulut lo bau alkohol," sambungnya, Ethan menghembuskan nafas kasar.
Tidak mendengar jawaban apapun yang keluar dari mulut Ethan, membuat Rani merasa tidak enak pada Ethan. Sepertinya Ethan tidak ingin menceritakan apapun padanya.
"Yaudah kalo ngga mau dijawab, ngga papa-"
"Sejak orang tua gue cerai."
Rani terdiam langsung mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ethan, sekarang ia tidak tau harus menjawab apa. Ia menoleh ke arah Ethan, dan di lihatnya raut wajah Ethan telah berubah.
"Maaf, gue ngga maksud," kata Rani, Ethan hanya mengangguk.
"Than, beneran deh, maaf-"
"Iya, Rani." Ethan menoleh ke arah Rani, lalu tersenyum. Rani malah bingung mengapa Ethan tersenyum padanya.
"Ethan?" Panggil seseorang di belakangnya, tanpa menoleh ia sudah tau kalau itu adalah suara Gavin.
Rani menoleh ke belakangnya, mendapati ketiga teman Ethan sedang memerhatikan mereka berdua, Rani langsung menggeser tubuhnya, membuat jarak antara mereka dirinya dengan Ethan.
"Rani, ngapain di sini?" Arya duduk di sebelah kanan Ethan, diikuti Gavin duduk di sebelah kiri Ethan, dan Raka yang duduk di sebelah Gavin, membuat Raka kini duduk bersebelahan dengan Rani.
"Ehm, emang ngga boleh ya? Kalau gitu, gue turun aja deh." Rani berdiri dari tempatnya duduk, ia menepuk beberapa kali bagian rok nya yang kotor dengan tangan nya.
"Eh, bukan gitu. Ngga papa disini aja," Arya langsung mencegah Rani, Rani sebenarnya bingung ia lebih baik tetap di sini atau kembali ke kelas.
"Kalau ke kelas lagi, lo bakal dimarahin. Di sini aja," sambung Raka, Rani akhirnya kembali terduduk di sebelah Raka.
Gavin sudah mengambil bungkus rokok nya, Rani mendengus, ia rasa untuk sekarang, dirinya tidak bisa melarang teman-teman Ethan untuk berhenti merokok, rasanya ia tidak memiliki hak untuk melarang teman-teman Ethan.
"Jangan ngerokok, ada Rani." Peringat Ethan pelan, teman-temannya langsung berhenti sejenak, menatap Ethan. Tapi mereka langsung membatalkan niatnya, dan Rani tersenyum lega.
"Gue laper," kata Ethan lagi, teman-temannya mendengus.
"Kita baru aja makan, lo di chat ngga bales-bales lagian." Arya berujar sambil menunjuk spam chat yang dikirimnya pada Ethan.
Dan Rani, hanya diam memerhatikan mereka mengobol. Sesekali, Rani tertawa kecil saat mengetahui mereka semua adalah laki-laki yang cerewet, tidak seperti yang terlihat selama ini.
"Kucing gue baru lahiran anjir," ujar Gavin "Lo semua tau ga? ANAKNYA ADA 5!!" Gavin menunjukan kelima jarinya di depan wajah Ethan.
"Lo udah cerita di grup anying," Ethan menepis tangan Gavin dari depan wajahnya.
"Emang iya?" Gavin menggaruk tengkuknya, ketiga temannya mengangguk.
"Tapi kucing gue lahiran, ih ya ampun, gitu banget deh. Nyokap gue waktu ngelahirin gitu kali ya?"
"Emang nyokap lo kucing?" Ethan menaikkan satu alisnya.
"Paansi anjir, jayus bego." Raka ia mendengus.
"Ran, kok lo bisa ikut ke sini sama Ethan? Lo masuk toilet berduaan dong? Ngga takut di apa-apain Ethan emang?" tanya Arya.
"Apasi tai," Ethan menjitak keras kepala Arya.
"Tadinya sih takut, gue aja di tarik paksa, mulut gue di bekep," jawab Rani, yang lain hanya geleng-geleng.
"Cewe ngga mau malah dipaksa," sambung Raka "Eh Ran, gue mau nanya boleh ngga?"
"Nanya tinggal nanya, pasti tentang Irish ya?" Rani mengangkat alisnya berulang kali, dan Raka mengangguk "Nanya apa?" sambungnya.
"Irish sama Vigo. Kata Arya, dia ngeliat Irish sama Vigo jalan, mereka emang ada hubungan apa sih?"
"Cemburu emang?" Rani tersenyum mengejek Raka "Mereka itu sepupu'an, dan emang deket banget," jawabnya.
"Tapi gue kok ngga pernah ngeliat mereka berdua bareng, waktu Vigo masih sekolah di sini?" kali ini, Gavin yang bertanya, dan Raka mengangguk setuju, Irish memang tidak pernah terlihat bersama Vigo sewaktu di sekolah.
"Ya, karena Irish nya yang ngga mau," jawab Rani "Tapi nih ya, kalo udah di rumah mereka berdua tuh deket banget deh."
"Irish mulu, bosen gue," kata Ethan "Mending lo semua temenin gue makan di bawah, gue laper," sambung nya lagi.
"Mager ah, lo berdua sana sama Rani makan," jawab Arya "Kan di bilang, kita baru makan."
"Ya emang gue bilang kita semua makan? Kan gue bilangnya lo cuma nemenin gue makan doang, elah."
"Yaudah, ntar kita nyusul, lo sama Rani aja duluan, kita mau ini dulu." Gavin mengangkat bungkus rokok nya, yang sudah di pastikan mereka ingin merokok.
Ethan berdiri dan akhirnya Rani juga ikut berdiri dari tempatnya "Gue duluan ya," kata Rani, teman-teman Ethan membalas ucapan Rani.
Rani dan Ethan melangkahkan kakinya untuk turun dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Teen FictionEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.