Ethan menuju ke kelasnya dengan malas, mata yang masih mengantuk, rambut acak-acakan, baju yang sudah dikeluarkan, dan dua kancing yang terbuka di bagian atas bajunya, membuat dalaman yang digunakannya terlihat.
Ethan berjalan ke arah ketiga temannya yang sudah ada di mejanya dan Arya, lalu duduk tepat di atas meja miliknya.
"Lemes amat," Gavin menatap Ethan dari atas sampai bawah. "Ngga mandi lo, ye?"
"Ngga," jawabnya, masih dengan pandangan yang mengantuk.
"Idih," Raka langsung menatap Ethan aneh. "Kebiasaan lo, kalo telat ngga mandi. Pantes bau."
Ethan mendengus bau badannya berkali-kali setelah mendengar ucapan Raka, "ngga bau, ngga usah lebay deh."
Raka hanya memutar kedua bola matanya mendengar balasan dari Ethan.
"Gue males upacara nih," kata Ethan. "Bilang aja ya, gue sakit."
"Lo selalu ngasih alasan yang sama sepuluh juta kali," ujar Arya. "Guru juga mana ada yang percaya kali, Than."
"Udah sih ikut aja, lo ketimbang upacara ngga sampe satu jam aja ngeluh-ngeluh capek. Sekarang siapa coba yang lebay?" kata Gavin, omongannya disetujui Raka dan Arya.
"Yaudah turun, udah mulai," ajak Arya.
Mereka semua turun ke lapangan dan berbaris di bagian kelas mereka, kecuali Raka dan Gavin, mereka tetap berbaris di barisan kelas Ethan, laki-laki tentu saja berada di barisan depan, karena laki-laki lebih susah diatur, hal itu juga dilakukan supaya memudahkan guru untuk melihat siapa saja yang membuat keributan.
Ethan berbaris di paling belakang antara anak laki-laki kelasnya, karena ia paling tidak suka berada di barisan depan.
Sementara di belakang Ethan, Ara berdiri lemas dengan wajah yang sedikit pucat, ia meremas bagian bawah roknya, mengusap-usap kakinya ke lapangan berkali-kali.
Upacara dimulai dengan hening, bahkan Ethan jadi mengantuk. Matanya menjelajahi lapangan ini, memerhatikan satu persatu murid yang ada di sekolah ini, sampai akhirnya ia menoleh ke belakangnya, wajah Ara yang semakin pucat serta remasan yang semakin kuat di roknya.
"Lo kenapa?" tanya Ethan pelan.
Ara hanya menggeleng tanpa menjawab, masih melakukan kegiatan yang sama. Ethan jadi semakin heran, "lo ke UKS aja, udah ada anak-anak PMR pasti. Kalo di sini takut pingsan," kata Ethan mengingatkan. "Lo sakit Ra, ke UKS."
Ara hanya menggeleng untuk kedua kalinya. "Gue panggil anak PMR, mau?" tanya nya lagi.
"Ethan, bagus ya kamu, ngobrol terus, itu amanat didengerin, yang namanya amanat pasti bermanfaat," kata Bu Ida yang tiba-tiba ada di sebelah Ethan.
Buset ni orang.
Datang tak dijemput pulang tak diantar.
Ethan kembali menoleh ke depan, memerhatikan kepala sekolah yang sedang memberikan amanat dengan tatapan bosan. Tak lama Ethan merasa sesuatu menyentuh punggungnya, ternyata Ara menyenderkan kepalanya di punggung Ethan, badan Ara terasa sangat berkeringat.
"Ra, lo beneran ngga papa?"
Brughhh
Ara jatuh tepat di bawah kaki Ethan, Ethan terkejut sebentar namun dengan cepat menggendong Ara ala bridalstyle.
Perhatian murid langsung tertuju kepada mereka berdua, Ara yang digendong oleh Ethan sekarang terlihat lebih menarik dibandingkan kepala sekolah yang memberikan amanat.
Ethan dengan cepat membawa Ara ke UKS, baru masuk sana, kehadiran keduanya langsung disambut oleh Rani, yang memang minggu ini bertugas di sana.
Ethan menatap Rani sebentar, Rani menunduk tidak ingin melihat wajah Ethan, sekaligus tidak ingin melihat Ara yang digendong oleh Ethan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Bad Boy
Novela JuvenilEthan Ganendra dan Aulia Maharani, dua orang yang memiliki kepribadian berbeda, namun tanpa sengaja bertemu di tempat yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka, pertemuan singkat nya membuat Rani lebih ingin mengenal Ethan.