{16} dilema

2.1K 170 81
                                    

Setelah menerima telepon dari Arya, Ethan langsung menjalankan motornya meninggalkan kafe itu, ia membelah jalan di tengah-tengah macetnya Kota Jakarta, dengan kecepatan 80 km/jam akhirnya ia sampai rumah sakit dalam waktu sepuluh menit.

Ia memakirkan motornya cepat, dan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit itu, kini dirinya menemui ketiga temannya, serta kedua orang tua Rena sedang menunggu di ruang tunggu.

"Rena gimana kondisinya?" tanya Ethan, dadanya naik turun karena ia berlari barusan, keringat mengalir dari pelipisnya.

"Ke mana aja sih lo, hah?" balas Arya, itu bukan jawaban yang ingin Ethan dengarkan sama sekali, yang ingin ia tau sekarang; kondisi Rena.

"Gue nanya, gimana Rena, kenapa lo jadi malah nanya balik?" kata Ethan lagi, Arya tidak membalas, ia mengalihkan pandangan dari Ethan.

Ethan mendengus, karena Arya tidak menjawab pertanyaan yang Ethan ajukan, matanya menatap Gavin dan Raka "gimana?"

"Ethan, kamu duduk dulu ya, tunggu aja, dokter keluar nanti," kata Ester --ibu Rena. Ethan hanya mengangguk dan duduk di samping Arya, kepalanya menyender pada tembok ber-cat putih tulang di belakangnya, dan masih menunggu.

Tiba-tiba ia teringat pada Rani, ia menepuk pelan jidatnya, dan memutuskan untuk mengirimi Rani pesan, supaya Rani tidak mencarinya.

Setelah mengetik itu, Ethan kembali terdiam, tidak melakukan apa pun, termasuk semua orang yang ada di ruang tunggu ini, bahkan sedari tadi tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali.

Ethan kembali mengecek ponselnya, Rani hanya membaca tanpa membalas pesan yang ia kirimi, itu membuat Ethan sedikit khawatir.

"Rani?" itu suara Arya, orang yang duduk sebelah Ethan, ia menatap Ethan yang mengetikan pesan untuk Rani.

"Iya," jawab Ethan singkat.

"Lo tadi lagi sama Rani?" tanya Arya lagi, Ethan hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Ngapain?" Gavin ikut nimbrung.

"Makan."

Teman-temannya hanya mengangguk, mulut mereka membentuk huruf O.

Tak lama, dokter berumur sekitar hampir kepala lima keluar, di belakangnya berada dua suster yang membantu nya tadi.

"Gimana anak saya, Dok?" tanya Roni --ayah Rena.

"Maaf, Pak, kami sudah berjuang semaksimal mungkin, tapi anak anda tidak bisa diselamatkan."

Dan seketika itu juga, dunia Ethan seakan runtuh, Ethan langsung masuk ke ruangan tersebut untuk mengecek keadaan Rena.

"Re lo kenapa pergi?" Ethan mengelus rambut Rena pelan "kita udah janji ngelakuin semuanya bareng-bareng."

"Gue masih ngga percaya, kalau lo ninggalin gue secepat ini." Ethan mengaitkan jari-jari tangannya ke jari-jari Rena.

"Lo udah janji mau sembuh," Ethan mengguncang tubuh Rena, seakan Rena hanya tidur dan akan membalas ucapannya.

"Lo bilang takut kalau gue bakal ninggalin lo, karena lo sakit. Tapi nyatanya? Malah lo yang pergi ninggalin gue."

"Udah Than, jangan gini. Tuhan sayang Rena, makanya ngga mau ngeliat Rena sakit terus-terusan." Arya tiba-tiba sudah ada di belakang Ethan, ia mengelus punggung Ethan.

"Tapi kenapa cepet banget?" Ethan menepis tangan Arya pelan. Dirinya langsung keluar ruangan tersebut menuju parkiran motor. Ethan tidak perduli dengan teman-teman dan keluarga Rena yang berteriak memanggil namanya.

Beauty And The Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang